All posts filed under: Area Serius

Berisi tentang Islam, Sains dan hal hal yang menjurus ke arah Serius

Ketepatan Pembuat Jam

Sampai sekarang saya masih mengagumi para pembuat jam. Tentu saja yang saya maksud dengan jam adalah benda bertulisan tanda-tanda bergaris dan berangka seringnya melingkar ke satu pusat dan memiliki jarum penunjuk ke tanda tersebut dan digunakan manusia untuk mengetahui waktu sekarang relatif terhadap posisi tertentu pada rotasi bumi. Benda itu lebih dikenal dengan sebutan jam analog (jam digital tidak masuk bahasan ini, apalagi jam matahari). Apa yang saya kagumi? Akurasinya. Bahasa Indonesianya ketepatan. Bahasa teknisnya mungkin besar galat yang dialami penunjuk waktu tersebut per satuan waktu. Coba bayangkan jika jam yang Anda punya memiliki galat 0.01 detik saja (untuk setiap detiknya). Dengan kata lain, jamnya telat 0.01 detik per tiap detiknya. Silakan bayangkan… Seperseratus detik gan! Kecil banget… Untuk membuat akurasi sebesar itu, bayangkan gimana susahnya. Anda bisa? Akan tetapi dengan galat 0.01 detik, itu artinya terdapat 36 detik keterlambatan dalam satu jam. Artinya, dalam 24 jam (satu hari), jam yang Anda punya tersebut akan telat hingga 864 detik alias 14 menit. Dengan kata lain, seminggu sekali Anda harus mengeset ulang jam tersebut karena sudah telat lebih dari …

Statistik: Bahaya Kecanduan Tomat

92.4% kenakalan remaja dilakukan oleh remaja yang pernah makan tomat. 82.1% kriminal di penjara super ketat seluruh Amerika Serikat diketahui pernah makan tomat. Dari sumber yang dapat dipercaya, 92.1% dari komunis kebangsaan Amerika pernah makan tomat. 84% orang yang terbunuh pada kecelakaan mobil pada tahun 1954 juga diketahui pernah makan tomat. Pada populasi manusia yang lahir sebelum tahun 1850, terlepas dari suku, bangsa, warna, maupun kasta, dan diketahui pernah makan tomat, angka kematian mencapai 100%! Segelintir pemakan tomat yang lahir di antara 1850 hingga hingga 1900 diketahui masih bisa bertahan hidup. Akan tetapi, pemeriksaan medis menunjukkan tulang rapuh, gerakan yang melambat, kulit mengkerut, penglihatan rusak, rambut rontok, bahkan seringkali mereka kehilangan semua giginya! Angka keselamatan bagi mereka yang lahir di antara 1900 hingga 1950 memang agak lebih tinggi, tetapi gejala efek kecanduan tomat yang mengerikan itu hanya berbeda pada tingkat keparahannya saja. Hal ini sulit diperkirakan. Eksperimen menunjukkan bahwa jika pemakan tomat tersebut dihalangi dari candunya, tak pelak gairah mereka menyebabkan mereka beralih ke candu alternatif-misalnya  jeruk atau kentang. Jika tomat dan seluruh alternatif ini terus …

Time Flash

Orang-orang mulai berdiri mematung. Beberapa memandangi jam tangannya. Ada pula yang cukup beruntung mendapati pesta di dekat rumahnya sehingga dia bisa menatap layar raksasa penghitung waktu mundur. Ada juga yang hanya duduk di dekat jendela rumah, berpegangan tangan dengan keluarga tercinta. Detik demi detik berdenting. Semakin mendekati ke titik pergantian tahun, semakin kencang jantung berdegub. Semakin tinggi pula semangat untuk melewati malam ini. Semua orang makin antusias. Satu menit lagi! Sementara hitungan mundur sudah mencapai satuan paling kecilnya, hal itu mulai tampak dari kejauhan. Fenomena yang kini disebut time flash. Sebuah dinding cahaya raksasa dengan beberapa pilar berkilau seperti pelangi secara acak muncul dari tanah sebelum dan sesudahnya. Dinding transparan berkilau ini membentang sampai ufuk cakrawala, memang tidak terlihat kecuali kita ada di pinggir laut, tapi setidaknya itu informasi yang ada di buku-buku teks. Dengan cepat senter pelangi itu berlari. Jarak sejauh itu pun hanya dilalui sekejap saja. Sementara hitungan mundur sudah dapat dilakukan dengan jari dua tangan, tsunami foton misterius itu tampak seperti tepat di depan mata. Ketika puncak nol terlalui, sensasi nikmat kemenangan yang …

Renjana Menjadi Dosen

Kalau saya jadi dosen, kok kepikirannya cuma dosen ITB ya. Kalau di tempat lain tidak ada renjana (passion) sama sekali. Tidak tertarik. Kalau di ITB masih ada sedikit semangat lah. Kenapa ya? Arogansi universitas? Hmm… ITB juga menargetkan memiliki 6000 dosen di 2020 [citation needed]. Wow, masih banyak kesempatan (walaupun target yg aneh kalau saya bilang bila kita melihat jumlah dosen yg diterima setiap tahunnya di institut ini). Ya, menjadi dosen sepertinya selalu menjadi alternatif solusi bagi “pilihan hidup”. Ketika orang menanyakan, “habis lulus mau ngapain?”. Terus diikuti dosen “gimana kalau jadi dosen?”. Hmm… Yah itu, kalaupun jadi dosen mungkin cuma niat yg di ITB aja deh. Arogansi? Sepertinya bukan lah (sepertinya). Sudah empat tahun disini tentu saja sudah merasakan kampus sendiri sebagai rumah. Seperti kata lagu itu, “Kampusku rumahku”. Sudah nyaman lah dengan segala kondisi dan lingkungannya. Ngomong-ngomong tentang jadi dosen, kalau jadi dosen, saya ingin jadi seperti Pak Budi Raharjo. Pak Budi ini memang masih jadi dosen idola nomor satu saya. Mohon maaf dulu untuk Bu Ayu dan Pak Rin yang juga favorit saya tetapi belum …

Efek Buruk Qurban

Hari raya qurban sudah beberapa hari berlalu. Kambing-kambing dan sapi-sapi telah dipotong. Daging-daging telah dibagikan ke rumah-rumah warga. Sebagian malah sudah disate dan disop. Kini keadaan telah kembali ke hari-hari biasa. Hingar bingar Idul Adha sudah mulai redup. Yang tinggal kini adalah menunggu para jemaah haji pulang dari negeri para nabi. Sebelum masuk ke artikel ini, Anda pasti bertanya-tanya tentang judul pada artikel ini. Mana mungkin Idul Qurban ada efek buruknya? Penasaran Anda klik juga tautan ke artikel ini. Iya kan? Oke lanjut. Di cisitu, pelaksanaan pemotongan hewan kurban adalah di gang Cisitu Lama 5. Tepatnya adalah lapangan futsal di samping GOR Bulu Tangkis. Hewan yang dipotong disini kurang lebih ada 20an. Jumlah tepatnya saya tidak tahu. Yang jelas, malam sebelum mereka dibantai, saya melihat ada setidaknya 5 sapi dan belasan kambing diikat disana. Mari percepat waktu ke dua sampai lima hari kemudian. Gang 5 di dekat lapangan ini adalah jalan yang paling saya hindari. Kenapa? Karena bau bangkai dan darah sangat menyengat disana. Sekali lewat masih bisa tahan. Dua kali agak menahan muntah. Tiga …

National Blogger’s Day / Hari Blogger Nasional

Do you know that in Indonesia there is a day called “National Blogger’s Day”. That day is celebrated at October 27th. I myself know about this fact just recently. This day was established by The Minister of Communication and Information, Mr M. Nuh on 2007. This is the party day for every blogger in the country. By the way, why the hell Mr. Nuh came up with such a day? I don’t have any idea. Maybe, because he was in charge of national’s communication and information and blog is an integral media of Internet. Or he wanted to encouraged Indonesia’s citizens to sharpen their writing skill. Considering human nature to share things they have, blogging is the perfect place for it (contrary to social network I think). I don’t really consider this is a special day. After all, this is the first time I heard it. I do not prepare anything for the day, nor I hear any significant news or celebration of the day. October 27th passed just like that with weeks with empty …

Jika itu rutin tetapi kamu masih sering tidak hadir atau telat, berarti itu belum masuk prioritasmu!

Dengan asumsi bahwa suatu pertemuan/ rapat/ agenda itu rutin, berarti para pesertanya sudah tahu kapan dan dimana sesuatu itu diadakan. Jika sudah tahu waktunya, tentu saja pilihannya cuma dua bukan? Jika sesuai dengan agenda lain, ikuti jadwal itu.  Jika tidak sesuai, tentang. Minta jadwal yang lain. Sederhana. Jika tidak melakukan apa-apa alias diam dan setuju dengan jadwal, berarti kamu punya waktu untuk hal rutin tersebut. Tidak ada halangan agenda lain. Kamu bisa hadir. Kalau tidak ada halangan, kenapa masih sering terlambat atau bahkan tidak hadir? Jawabannya hanya satu: Anda meremehkan hal rutin tersebut. Sesuatu yang diremehkan tidak akan masuk prioritas Anda, bukan? Sesuatu yang bukan prioritas tidak akan membuatmu terburu-buru hadir, menyempatkan diri, atau berusaha sedikit atau bahkan berkorban untuk hanya sekedar hadir tepat waktu dan tidak mengecewakan peserta lain. Solusinya apa? Ya entahlah. Disini saya hanya meracau, bukan ingin memaparkan sebuah problem-solving. Oh ya, lupa. Perihal di atas juga berlaku untuk shalat wajib rutin ya.

Keseimbangan: Rakus Peluang dan Tahi Kucing?

Waktu saya tingkat satu, cisitu dipenuhi dengan banyak tikus. Tikus dalam artian harfiah loh ya. Tikusnya besar-besar pula, hampir sebesar anak kucing. Jika kita berjalan malam-malam, di setiap gang peluang melihat ada tikus yang sedang maraton sangatlah besar. Waktu itu, kondisi jalan cisitu masih lumayan nyaman, setidaknya jika kita jalan kaki di siang hari. Ada tikus yang lewat itu mah biasa. Paling jijik atau serem doang saat mereka lewat. Kita maklum bahwa got disini kotor dan saling terhubung satu sama lain. Sekarang, sepertinya ada cat-boom di kawasan Cisitu Lama ini. Berangsur-angsur, populasi kucing bertambah. Entah siapa yang memulai kok bisa begini. Sepertinya, tiap beberapa blok rumah punya piaraan kucing sendiri. Perlahan, di setiap gang kita bisa melihat hewan unyu itu sedang jalan, berkelahi, atau sekedar bersantai. Tentu saja, jika harus memilih, manusia manapun [citation needed] akan memilih kucing dibanding tikus. Banyak tikus berkeliaran atau banyak kucing berkeliaran? Lebih terkesan menyenangkan yang kedua yak… Namun, jalanan di gang-gang dalam Cisitu Lama sekarang menjadi kurang nyaman. Bau, kotor. Tidak hanya dari comberan yg memang dari sananya terkadang agak …

Tabiat Orang Batak? Atau Sumatera Secara Umum?

Kamis, 11 Oktober 2012 kemarin, saya menjaga stand Sandang Indonesia di acara expo start-up IT mahasiswa Informatika, Colosseum. Sebagaimana penjaga stand pada umumnya, tentu saja saya bertemu dengan banyak orang. Salah satunya adalah seorang perempuan, sesama peserta pameran, yang jelas dari gaya bicara dan wajah merupakan orang batak. Entah bercanda atau gimana, pertanyaan yang beliau ajukan terkesan “menyerang” Sandang Indonesia. Pastinya sih bercanda walaupun nada bicaranya tinggi dan menyerang. Yah, kebanyakan orang batak dan Sumatera memang memiliki nada bicara rata-rata yang lebih tinggi dari orang normal (baca: Jawa). Si mbak itu tidak mengobrol dengan saya. Yang diajak ngobrol teman penunggu stand, Gagarin. Ngobolnya memang terkesan berbantah-bantahan persis para pengacara di ILC itu. Garin agak tenang menahan kesal dan si mbak tertawa-senyum. Bercanda sambil bertengkar. Mungkin mereka memang saling kenal atau sesama anggota apres. Dari obrolan itu, melihat pula kebanyakan pengacara-pengacara sok adalah orang batak, saya mulai melihat kebelakang terhadap diri saya sendiri. Jangan salah, ini bukan artikel bernuansa pelecehan SARA ya. Saya sendiri orang batak jadi menyindir membahas suku sendiri jelas tidak apa-apa dong ya… Walaupun orang batak (batak mandailing …

Bangga dengan Singapura, Malu dengan Indonesia

Senin siang 08 Oktober 2012, saya kebetulan berangkat ke kampus karena bosan di rumah. Tidak ada niat khusus sih tetapi ternyata ada kuliah umum di Ruang Multimedia Labtek V waktu itu. Kuliahnya sekilas tentang pengembangan riset teknologi di Singapura gitu. Pembicara kuliah umum ini adalah Prof. Susanto Rahardja. Beliau adalah full professor di NUS (National Univ of Singapore).

<Pasang Judul Super Kontroversial Disini>

Asumsi ada artikel berjudul “Rangga (bukan nama sebenarnya), Aktivis LDK itu lebih suka yg pantatnya besar”. Isi artikel kemudian berputar dalam sebuah dialog atau wawancara atau pengakuan si Rangga atau apalah yang isinya kira-kira: Ijul (bukan nama sebenarnya): Dia pantatnya besar… Rangga (bukan nama sebenarnya): Iya, itu saya suka itu. Isinya terserah. Bisa membesar-besarkan masalah pada headline. Atau membahas secara dalam dari sisi sana-sini. Kenapa aktivis bisa berkata demikian, dll. Menebar minyak dalam api. Padahal, cerita aslinya (dan dialog selengkapnya) adalah obrolan tentang mobil mana yang paling disukai. Bisa juga isinya memang menceritakan ragam mobil yang disukai mahasiswa. Akan tetapi, dengan judul semenantang itu siapa yang tidak mau membaca ya? (Ngomong-ngomong, dialog di atas adalah asli dengan nama pelaku disamarkan loh ya ^^v.) Yah itulah media, suka membesar-besarkan berita. Walaupun isinya cuma itu doang, judulnya super menarik. Hmm… Yah, setidaknya judul (yang kontroversial itu) masih berhubungan dengan isinya (walaupun makna atau kesannya jadi berbeda). Daripada artikelnya berjudul “10 Anggota DPR Diturunkan Karena Korupsi” padahal isinya publikasi acara himpunan :D. Yah, cuma tadi saya melihat ada …

Reblog: Solusi Mudah Menghargai Semangat Berbagi (Sekaligus Mengisi Blog)

Fitur reblog, meskipun terlambat ada di dunia perblogan, kini sudah siap digunakan. Hanya saja, kok banyak orang tetap meblog kembali artikel dengan salin-tempel biasa. Parahnya tanpa mencantumkan sumber lagi. Sebaiknya gunakan fitur reblog jika malas, dan gubah artikel asli jika kita rajin dan memang mau mencantumkan artikel penuh di blog kita. Gubah tentu saja dengan tambahan karya kita di artikel gubahan tersebut.

Hebatnya Persepsi Manusia

Suatu hari, saya sedang duduk di sebuah bis dari Merak menuju Bandung. Saya duduk di dekat supir bagian depan kanan. Menjelang gerbang tol Pasir Koja Bandung, tentu saja bis tersebut melambat dan berhenti sesaat di salah satu kios pembayaran tol. Sambil transaksi, percapakan singkat itu pun terjadi. Penjaga Gerbang Tol: “Gimana?” Supir Bus : “Belum.” Penjaga Gerbang Tol: “Oh.. Oke..” Bayangkan. Supir dan kios tol tadi itukan jarang bertemu. Supir gitu, jalan dari Merak-Bandung saja sudah 5 jam sendiri per perjalanan. Paling pol mungkin mereka hanya bertemu beberapa kali dalam seminggu. Akan tetapi, percakapan mereka saat itu sangat sederhana. Dengan kata-kata sesingkat itu pun mereka bisa mengerti satu sama lain. Apa nggak waw gitu? Saya sih kagum saja saat melihat fenomena itu. Tentu saja saya yang tidak terkait dalam pembicaran tidak punya ide sama sekali ttg. pembicaraan mereka. Direka-reka pun nggak ada klu sama sekali. Percakapan mereka begitu didesain supaya penguping tidak punya jejak apapun untuk merekonstruksi kejadian! Kalau dimodelkan dalam konteks kecerdasan buatan kayaknya agak ribet deh. Harus lihat konteks kalimat dengan pengolahan bahasa …

Motto : The World Can’t Be Changed with Pretty Words Alone

Hampir sebagian besar formulir memiliki ruas yang saya sangat sebal terhadapnya ini. Ya, ruas moto atau moto hidup. Setiap saya menemukan formulir yang menanyakan ini saya bingung mengisinya. Apa ya? Jalani hidup tanpa moto. Saya sih dulu kepikiran untuk mempunyai moto “Jalani hidup tanpa moto“. Lumayan kalau diisi ke ruas-ruas yang entah apa motivasinya menanyakan hal demikian. Jelas, tegas, dan cukup mendeskripsikan orang-orang seperti saya bukan? Orang-orang yang malas merumuskan kata-kata yang disebut moto. “Jalani hidup tanpa moto“, hmm bagus kayaknya. Sayangnya kalimat “Jalani hidup tanpa moto” tadi tidak cantik. Malah terdengar seperti pelarian. Bukan terdengar sih, lebih tepatnya memang pelarian. Nggak ada keren-kerennya. Kalau orang mendengar bakal tertawa, meremehkan, menafikan, atau bahkan meminta saya mengisi yang benar. Kalimat moto tersebut juga merendahkan pemiliknya kan. Masa saya mau menulis moto seperti itu kalau ditanya di CV atau oleh orang yang penting, calon bos saat melamar kerja misalnya (atau “melamar” lainnya)? Hal ini membuat pertanyaan besar untuk saya (bisa dilihat dari jenis heading-nya) dalam masa awal-awal menuju dunia orang dewasa ini. Apa ya enaknya? Moto yang dimiliki orang …