Year: 2017

Sssssttt…

Setiap pagi saya mendengar orang Jepang yang baru datang di kantor berdesis ria. Datang satu orang. Ssssttt…. Satu orang lagi… Sssttttts…. Nggak semua sih. Sebagian… Ngapa lah ini orang Jepang pikir saya… Rupanya itu singkatan dari “Selamat Pagi”. Jadi kalau ditulis full begini nih. [Ohayogozaima]sssssttsu. Mungkin karena malu atau gimana jadi awal kalimatnya diucap sirr sama mereka. Atau mungkin biar efisien atau gimana kali. Kalau di Indonesia dibuat seefisien begitu, mungkin kira-kira jadi begini… giii….. Atau begini.. likummm….. Kali yak. Di kantor saya dulu di Nagoya, orang yang berdesis gitu kalau ketahuan Shacho (CEO) bakal dimarahi dan disuruh ulang masuk kantornya. Di depan pintu harus salam pakai teriak, cem tentara. OHAYOUGOZAIMASU! Gitu… Jangan sampe deh.

Justifikasi

Awal-awal penulisku mengisi diriku ini, perataan paragraf yang dia gunakan adalah justifikasi. Entah apa itu bahasa Indonesianya? Perataan kiri kanan? Atau perataan aja? Dulu kayaknya dia berpikir kalau justifikasi itu membuat artikel jadi bagus. Kayak koran gitu. Rapih. Cantik. Mungkin lebih mudah dibaca kali ya. Namun ada banyak kelemahan dalam perataan justifikasi paragraf di web. Beberapa malah jadi antitesis dari alasan penggunaan justifikasi di koran. Pertama tengok paragraf yang diset dengan perataan kanan kiri di bawah ini. Paragraf ini diambil dari artikel Logo Provinsi yang merombak seluruh logo provinsi di Indonesia. Cek tengah paragraf, rentang spasinya jadi nggak rata. Aku tadinya mau memdemonstrasikan live dengan paragraf di atas, tapi kan justifikasi di web ini bergantung pada lebar jendela, jadi susah deh ngasih liat sisi jeleknya. Blob di tengah teks ini tentu saja tidak membuat teks lebih mudah dibaca. Pinggir-pinggir rapih sih kesannya cakep, tapi tengah itu lebih penting karena mata manusia mengalir di dalamnya saat membaca. Bukan terpaku di pinggir. Di contoh di atas sih cuma sebaris. Kalau yang muncul berbaris baris? Misal kata yang muncul panjang-panjang. …

Haimu, Haitsu, Apato, dan Mansion

Saya bingung dengan nama apato saya sekarang. Namanya, サウスハイム, yang kalau diromajikan, yup! Gimana coba? Disitu bingungnya…. Kalau per silabel Jepang sih jadinya SA-U-SU-HA-I-MU. Tiga bulan disini, misterius gimana romajinya. Masih belum kepikiran untuk nyari tahu. Sering kalau nulis alamat saya memakai romaji. Soalnya malas kan nulis kanji, corat coretnya banyak. Tokyo. Meguro. Begitu sampai ke nama apato ini, jeng-jeng… Masa Sauce Hyme, Sausu Haimu, atau Saus Haim. Coba tebak gimana? Karena bingung balik lagi deh saya ke katakana サウスハイム, selalu begitu. Sampai tiga bulan kemudian, saya googling-googling. Pertama googling pakai frasa Inggris yg saya curigai, Sauce Hyme. No good. Keluarnya Sauce Rhyme, itupun nyampah isinya. Terus saya coba pakai yang paling normal, Saus Haim. Muncul kandidat yang sangat bagus. Ada nama kota di utara Perancis, dekat Jerman. Namanya Sausheim. Wah, kandidat yang bagus! Tapi kok ragu kalau yg punya apato ngasih nama dengan kota ini, pernah kesana apa si nenek. Googling lagi deh pakai katakana, biar lebih ketahuan. Banyak ternyata yang pakai nama tersebut. Ratusan. Dari puluhan laman google, cuma satu link yang memberi hint ttg tulisan …

Telepon Umum

Saya kadang menemukan telepon umum di jalan, terawat dan masih berfungsi. Di depan kampus saya TUT ada. Di halaman gedung kantor sekarang juga ada dua. Di dalam kayak gini bentuknya. Retro banget, tapi bersih dari debu. Dan yang penting fungsional, layarnya masih nyala-nyala. Mesin teleponnya menerima kartu telepon dan koin. Saya nggak pernah liat sih seumur-umur kartu telepon itu yang kayak mana. Udah punah kayaknya. Tapi ada lobang koin 10 dan 100 yen, boleh juga. Saya coba iseng nyobain tadi. Masukin koin 10 yen, udah bisa manggil. Nomor yang tertampil di layar No Caller ID. Hmmm…. Sarana bagus buat ngerjain orang? Berarti telepon umum itu nggak di-assign nomor telepon kah ya? Kirain ada lho nomor teleponnya. Di film-film kan sering tuh orang di telpon via telepon umum, disuruh pergi ke telepon umum mana gitu buat kontakan. Film mata-mata sih. Atau itu di barat doang yak? Kalau menurut biro turisme nasional jepang, pakai telepon umum ini 10 yen bisa 57 detik. Lama juga ya… Murah kan berarti yak?  

Kartu Poin

Di Jepang kartu poin itu banyak dan sangat menyebar. Setiap toko punya sendiri-sendiri. Di Indonesia ada nggak ya….
Oh ya, awal-awal saya nggak tahu ini kartu buat apa. Pas tutor nyodorin kartunya ke kasir, saya kira dia bayarin saya atau ngasih saya diskon atau gimana gitu. Jadi saya bilang terima kasih deh.

Susahnya Manajemen Awan

Melanjutkan seri susahnya manajemen berkas dan foto, sekarang saya berlanjut ke awan. Ada banyak layanan penyimpanan web di luar sana. Yang paling terkenal adalah Dropbox, Google Drive, dan One Drive. Tentu saja saya punya akun di ketiganya. Lebih tepatnya, punya beberapa akun di setiap layanan tersebut. Sayangnya, akun yang saya punya akun gratisan, sehingga akunnya memiliki batas. Kalau tidak terbatas, mungkin tidak akan ada masalah manajemen awan untuk dibuat artikelnya. Karena terbatas itu jugalah saya punya beberapa akun di satu layanan… Mungkin. Yang jadi poin utama dari manajemen awan ini adalah akun yang mana enaknya dipakai buat apa. Saya sih umumnya memakai layanan web storage ini untuk back-up file. Namun, karena akun terpisah-pisah, saya jadi bingung file apa ada dimana. Saya harus mereview kembali akun-akun saya tersebut untuk menulis artikel ini. Mungkin di masa depan saya bakal membaca artikel ini supaya tahu file apa ada dimana. Pertama saya punya dua akun OneDrive. Satu pakai email gmail dan yang satu email live. Yang pertama besarnya 15GB dan yang kedua 5GB. Akun yang gmail lebih besar karena dapat …

Susahnya Manajemen Foto

Foto terurut yg disimpan kamera biasanya kita pindah dan ketegori manual lagi ke komputer supaya mudah diakses di masa depan. Yg umum adalah dengan logika event atau lokasi. Namun, bagaimana kalau fotonya nggak masuk ke event atau lokasi manapun? Bagaimana kalau eventnya terlalu besar jadi kebanyakan folder, dan malah susah mencari foto secara logis?

Scam Menang Undian

Pas jaman SMP, saya dan keluarga menerima sebuah scam yang cukup besar dan pintar. Kami tidak menyadarinya waktu itu. Namun, setelah dipikir-pikir besar kemungkinan kalau itu penipuan atau setidaknya trik marketing amoral. Saya tidak begitu ingat detail kejadian. Kira-kira seperti berikut lah ceritanya. Suatu pagi, seorang ada yang mengetuk pintu rumah. Saya pun mem-pause game Empire Earth dan keluar menyambut sang pengetuk pintu. “Ibunya ada dek?” “Mama lagi tidur kayaknya om. Kenapa?” “Oh… Ini mau nitip surat. Kasihin ke Ibunya ya…” “Surat apa ini om?”‘ “Undangan buat ambil undian. Ajak ibunya ke toko ya dik… Siapa tahu dapat hadiah lho.” “… Nanti ya om. Bilang papa dulu. …” Surat pun saya berikan ke ibu saya dan kemudian dibaca oleh ayah malam harinya. Keesokan hari, karena tidak ada kerjaan, sambil jalan-jalan kami pun mengecek si toko. Pengen tahu, undian kayak apa sih… “Ting teng ting teng,,,, Selamat Adik dapat hadiah peringkat tiga. Microwave terbaru merek XYZ! Hanya seperempat harga! Wow!! Gimana nih bapak ibu? Ajaib banget tangan anaknya nih…” “Microwave ini canggih bapak-ibu. Coba lihat, disini ada 11 …

Unboxing Kompor Paloma IC-N36HS-R

Awal bulan April, saya membeli kompor untuk apato baru saya di Tokyo. Iseng kami rekam saat meng-unboxing. Jarang kayaknya ada yg buat video unboxing kompor. Review singkat, kompor ini bisa keluar api… (ya iya lah ya) Punya dua mata dan satu ruang untuk bakar-bakar. Kompor menggunakan gas LP. Di video, kami mengetes si kompor dengan masak mie instant dan rasanya enak!

Cerita Pak Ujihira: Agama Orang Jepang

Saya dulu punya dosen bahasa Jepang yang nyentrik. Pak Ujihira namanya. Beliau bisa bahasa Indonesia dan tabiatnya juga mirip orang Indonesia. Pernah di Indonesia juga. Beliau banyak cerita ttg Jepang (dan kadang ttg Indonesia), salah satunya adalah tentang agama orang Jepang. Orang Jepang, ngakunya, beragama Shinto. Shinto ini bisa digolongkan ke kelompok animisme, walaupun ada studi modern yang bilang bukan. Btw, di buku SD animisme ini dikatakan agamanya orang primitif. Nyatanya Jepang super modern gitu masyarakatnya yak… Intinya, mereka memuja leluhur. Jadi nih, ada orang hebat di masa lalu, entah mereka raja atau panglima atau ilmuwan. Misalnya ada cerdik cendikia penemu peti penyimpan es, jadi deh dia dianggap dewa es. Mungkin kata dewa disini setara dengan kata imba kali. Wah… Dewa… Quiznya dapat 100 mulu. Lokak IP 4 nih… Makanya di Jepang ini dikit-dikit dewa. Di satu komplek kuil, altarnya bisa belasan. Masing-masing punya nama dan kekuatan spesifik. Cem pokemon gitu. Semuanya ada delapan juta kata si Bapak. Sebutan semua dewanya itu  yaoyorozu no kami (八百万の神), delapan juta dewa. Istilah ini adalah romantisasi dari istilah …

Tetikus Mac Itu Aneh

Menjawab artikel teman saya tentang arah scroll tetikus di Bergulir secara alami atau standar?, saya akan memberikan argumen kalau arah scroll mouse Mac itulah yang aneh. Pertama-tama, perhatikan skema jendela komputer yang umum ditemui berikut ini. Scrolling diperlukan karena content yang dimiliki memiliki besar yang lebih besar dibanding lubang intip alias viewport dari jendela kita. Posisi intip dan rasio jendela intip terhadap keseluruhan konten secara sederhana direpresentasikan dengan batang yang ada di samping kanan jendela intip. Kalau konten keliatan kepalanya doang, ya si batang akan nongkrong di track dekat ujung atas. Benda ini bisa digeser-geser dengan panah di atas dan bawahnya atau dengan menggeser si thumb di tracknya. Geser ke atas atau bawah, posisi konten pun disesuaikan dengan posisi si batang, Secara keseluruhan alat ini disebut scrollbar. Sekarang mari kita lihat piece of technology yang berkaitan dengan diagram di atas. Mouse. Lalu perhatikan benda lingkaran seperti roda yang ada di atas teknologi tersebut. Yup. Roda tersebut…. Namanya apa? Benar! Itu namanya scroll wheel. Digunakan untuk mengendalikan scroll bar. Puter roda scroll ke atas, batang scroll bar ke atas juga; geser ke bawah, …

Antri

Orang Jepang hobi antri. Kemana-mana, dalam situasi apa-apa, pasti langsung bisa antri. Kayak natural gitu. Alami, terjadi aja, antriannya rapih… Satu jalur panjang, nggak jubel-jubelan. Misalnya foto di atas adalah di halter bus di kampus saya dulu, Toyohashi Univ of Technology. Waktu itu ada anak SMP berdatangan, kayaknya pas lagi open kampus atau ujian masuk gitu. Atau saat antri di depan toko, membeli kue. Foto yang di atas di stasiun Nagoya. Agak keliatan berjubel, tapi itu sebenarnya antri tiga lapis. Lurus juga… Dan di bawah ini antri saat di depan stand Indonesia saat festival TUT. Stand kami yang kuning tengah ada bendera Indonesianya itu. Antrinya panjang satu baris, sampai nutupin stand sebelahnya, yang berwarna biru. Salahnya karena panitia tidak menyangka bakal antri sebanyak itu, jadi ga membuat rute antri. Kalau sudah terlanjur antri gitu udah susah buat di atur lagi. Tunggu dulu. Rute antri? Maksud loe? Disini, tempat-tempat tertentu antri ada rutenya. Misalnya di stasiun ke platform. Atau antri beli tiket. Antri imigrasi. Muter-muter gitu, biar hemat space. Jadi biar nggak salah, harus hati-hati. Yang kita …