Month: Agustus 2012

Informasi Singkat tentang Tanjungbalai, Asahan

Jika akan pulang kampung, entah kenapa orang selalu menyebut “kapan pulang ke Medan?”. Yah, mereka yang menyebut seperti itu sebenarnya tidak bisa disalahkan sepenuhnya. Sebenarnya mental seperti ini muncul akibat sentralisasi peradaban Republik Indonesia di salah satu pulau di negeri ini, sebut saja Pulau Jawa. Orang yang bertempat tinggal di pulau jawa bisa dengan percaya dirinya menyebut “Besok saya pulang ke Klaten”, “Yo, pamit ke Sukabumi dulu”, “Saya kerja di Gresik”, atau “Saya masih di Cianjur euy”. Sangat jarang yang menyebut “saya mau ke Jawa dulu” atau “saya mau ke Surabaya dulu” padahal tujuan akhirnya Probolinggo.
Dengan demikian, demi propaganda, saya ingin memberikan beberapa informasi singkat untuk memberikan bibit nama kota di luar jawa selain nama ibukota provinsi sekaligus mengedukasi pembaca mengenai kota tempat saya tinggal sekarang.

Tanjungbalai : Saya (Akhirnya) Pulang (2) ~ Terbang dan Mendarat

Bandung – Medan Perjalanan Bandung – Medan memakan waktu kurang lebih 2 jam 20 menit. Jika pesawat berangkat 16.50, ETA 17.10. Saya sampai di bandara sekitar pukul 16.40. Bandara Husein ternyata lumayan kecil. Teras kedatangan dan ruangan check in begitu dekat. Tempat turun dari taksi ke pengecekan barang pertama pun cuma beberapa langkah. Resepsionis ke tempat pembayaran pajak bandara dan tangga ke pintu masuk ruang tunggu juga cuma sekali salto. Entah ini memang dermaga ini saja atau di sebelah ada dermaga lain, saya lupa mengecek. Setelah datang saya langsung masuk ke bandara. Di pintu kedatangan bandara, langsung ada pengecekan barang dengan pintu radiasi itu. Kemudian beberapa meter ke kiri tampaklah deretan resepsionis setiap maskapai. Saya pun mendatangi antrian maskapai Lion Air yang menuju Medan. Mungkin saya kepagian jadi antriannya hanya 2 atau 3 orang saja. Saat antre, saya mendengar petugas berkata ke tentara yang antre di depan “Di koper sudah tidak ada barang elektronik kan pak?” Hoo, nggak boleh saya. Pikir saya yang memasukkan harddisk ke koper. Saat saya maju, anehnya saya tidak ditanyakan hal …

Tanjungbalai : Saya (Akhirnya) Pulang (1) ~ Tiket dan Bandara

Sampai dua hari sebelum lebaran, kepulangan atau ketidakpulangan saya masih belum dapat dipastikan. Beberapa kali saya mengecek tikep pesawat sebelum lebaran saya tidak menemukan harga yang memuaskan. Harga minimal yang dikeluarkan adalah 1,4 juta rupiah. Tentu saja itu tidak bisa dijangkau oleh saya. Hampir putus asa, saya sudah berekspektasi untuk lumutan di kamar kos selama liburan dua minggu ini. Bahkan saya sudah bersiap-siap stok makanan untuk berjaga-jaga suatu saat tidak ada warung yang buka. Usai shalat jumat terakhir di Bulan Ramadhan, pikiran itu terlintas di saya. Kenapa tidak mengecek jadwal usai lebaran ya, dimana arus mudik sudah mulai turun. Setelah mengecek, wah mengagetkan juga. Ada yang dibawah satu juta pada hari H lebaran. Sekitar 800 ribu berangkat dari Jakarta ke Medan berangkat subuh jam 5.25, nggak shalat id dong. Setelah dicek ternyata Airasia ada juga yang murah dari Bandung ke Medan, tetapi berangkat subuh. Setelah dicek lagi ternyata Lion Air lebih murah hanya Rp660.000 dan berangkat sore jam 5. Kebanyakan penerbangan dari Jakarta lebih murah sedikit daripada dari Bandung. Wajar darisana lebih ramai. Akan tetapi, …

Blue Rose dan Bunga di Tepi Jalan

Mawar biru alias blue rose adalah mawar yang tidak ada secara alami di alam. Mawar tidak memiliki gen untuk menghasilkan warna biru. Akan tetapi, manusia tidak kehabisan akal. Biasanya mawar yang berwarna biru, seperti gambar di atas, diwarnai dengan zat pewarna. Mawar yang tadinya berwarna putih dicelupkan sehingga berubah wujud menjadi lebih indah. Manusia juga tidak puas sampai disana. Rekayasa genetika pun dilakukan untuk membuat mawar berwarna biru dari lahir bukan pada saat dia mati. Meskipun hasilnya sebenarnya belum bisa disebut biru, hanya sekedar ungu saja. Selain kebangsawanan, mawar biru menyimbolkan usaha manusia untuk mencapai sesuatu yang tidak mungkin. Penggapaian cinta yang tak dapat dijangkau. Misteri hidup. Dan terwujudnya impian. Dua hari sebelum lebaran, pinggir Jalan H. Juanda atau yang lebih dikenal dengan Jalan Dago sudah dipenuhi para penjual bunga. Tidak seperti dua tahun lalu, bunga-bunga yang meramaikan simpang dago kali ini berlangsung dua hari. Mungkin karena waktu lebaran dan liburan sangat dekat dengan waktu masuknya perkuliahan dan liburan tengah tahun. Kali ini pula, langit dapat bekerja sama dengan tidak mengeluarkan cairan kesuburannya. Akan tetapi, …

Shalat Idul Fitri di Kampus bersama Masjid Salman

Seperti tahun lalu dan dua tahun lalu, saya tidak mendapatkan kesempatan untuk shalat idul fitri bersama keluarga di rumah. Dua tahun lalu saya shalat idul fitri di dekat kosan dan tahun lalu saya memutuskan untuk ke Metro shalat idul fitri bersama sahabat SMA. Tahun ini saya mencoba shalat id di kampus. Kali ini saya berangkat pukul 05.50 untuk membunuh kemungkinan terlambat shalat seperti yang terjadi beberapa tahun lalu. Masjid Salman yang Harus Ditiru Menurut saya, masjid-masjid lain sebaiknya meniru Masjid Salman dalam banyak hal: pola pengaderan, manajemen, rutinitas, dll. Salah satunya adalah profesionalitas dan sisi informatifnya (loh itu dua ya…). Keinformatifan masjid salman sudah pernah saya singgung dalam artikel Iktikaf di Masjid Raya Bandung. Pukul enam tepat saya sampai di kampus tercinta. Hari itu motor saya jalankan begitu lambat tetapi waktu yang saya tempuh hanya sekitar 10 menit saja atau kurang. Jejalanan lengang. Suasana sepi. Beberapa pengendara motor bahkan mengganti helm menjadi peci di urat nadi besar kota Bandung jalan H. Juanda itu. Saya memilih parkir di Masjid Salman dibanding di pinggir-pinggir Jalan Ganesha yang …

Laporan Iktikaf di Masjid Raya Provinsi Jawa Barat, Bandung

Hiruk pikuk kendaraan berdesakan pada ujung Jalan Asia Afrika, berebut ingin belok ke Jalan Otto Iskandardinata. Mereka merayap. Sulit sekali bergerak. Hari itu langit kelabu. Udara cukup dingin meskipun di jalan sesak ini hangat. Selain karena lima menit lagi azan magrib dikumandangkan, awan-awan kelabu pun baru mengeluarkan isi cairan tubuhnya.  Akan tetapi, hal itu semua tidak menggentarkan para pengguna jalan utama Kota Bandung ini. Setelah beberapa menit berhenti di tengah persimpangan, tidak peduli hijau-merahnya lampu lalu lintas waktu itu (wong sudah di tengah), serengkah ruang pun muncul di sisi dua mobil di depan. Sebagai pengendara motor yang baik, kesempatan ini tidak boleh disia-siakan. Sayangnya, rengkah yang muncul di tengah jalan itu tidak lain hanyalah jebakan. Trap! Kami pun kembali stuck di antara ribuan kendaraan lain di tengah Jalan Otto ini. Harusnya aku tadi mencari rengkah di sisi paling kiri jalan saja. Rengkahan yang lain muncul! Kali ini sesuai keinginan: di sisi paling kiri jalan. Oke, hajar. Syahdunya pertarungan di sore itu membuat fokus kami tertumpu hanya pada satu tujuan: sampai ke tempat parkir secepat mungkin. Berdengungnya azan …

Laporan Iktikaf di Masjid Raya Habiburrahman

Jalan itu memang bukan jalan protokol yang banyak dilewati orang. Bukan pula jalan perumahan penduduk. Akan tetapi, jalan yang biasanya sepi itu mulai dipenuhi ribuan kendaraan. Maklum hari sudah sore. Karyawan (sisa) PTDI mulai berdesak-desakan meramaikan jalan raya tersebut. Ribuan. Ada yang menggunakan mobil. Banyak lagi yang menggunakan motor. Pemandangan kendaraan-kendaraan tersebut keluar area parkiran PTDI bagai semut yang keluar dari sarangnya membuat kita bertanya-tanya: bagaimana gerangan seandainya PTDI tidak bangkrut dan tetap jaya hingga sekarang. Namun, yang memenuhi Jalan Kapten Tata Natanegara ini bukan hanya karyawan PTDI yang ingin bertemu keluarga setelah seharian bekerja. Sebagian kecil dari ribuan kendaraan yang lalu lalang menujukan setirnya ke sebuah masjid di depan pabrik tersebut. Masjid tersebut cukup terlihat megah. Kelilingnya dijaga oleh kanal air yang cukup lebar selayaknya kastil kerajaan. Parkirannya penuh padahal sangat luas untuk ukuran sebuah masjid. Di dalam area kanal air, pembagian area masjid yang sudah sangat fungsional itu pun dipenuhi orang. Ruangan utama. Pelataran teras tengah di belakang ruang utama. Teras sekeliling masjid. Halaman belakang. Semua disesaki manusia dengan agenda-agendanya sendiri dan satu tujuan. …

Saturday

Sabtu tahun lalu. Kejadian itu terjadi. Sabtu itu seperti sabtu biasanya, tetapi entah kenapa aku gelisah dari pagi dan malas menjejakkan kaki ke luar rumah. Pagi itu aku tidak tahu tadkir apa yang menungguku di belakang kampus sana.

Masalah Mahasiswa : Tahun Tiga, Empat, dan setelahnya

“Mahasiswa, seperti semua manusia, tidak terlepas dari persoalannya.” Itulah pembukaan bab Persoalan Akademik Mahasiswa pada buku Informasi TPB 2008. Ada yang masih punya? Pasti pada nggak inget disimpan dimana. Kebetulan setelah saya beberes kamar kemarin, saya menemukan buku keramat ini. Bagi angkatan ITB 2008, buku ini pasti dibaca sewaktu tingkat satu dan paling pol tingkat dua, setelah itu mungkin tersimpan entah dimana. Untuk mengingatkan kawan-kawan sesama ITB 2008 dan sebagai sarana informasi untuk kawan-kawan diluar itu, saya kutipkan teks yang ada pada bab Persoalan Akademik tersebut. Sekaligus merenung atau menebak-nebak, bener nggak ya. Masalah tahun pertama dan kedua tidak penulis cantumkan karena asumsinya pada tahun pertama dan kedua buku ini masih mudah dijangkau dan dibaca. Masalah Mahasiswa Tahun Ketiga Mahasiswa tahun ketiga tidak mempunyai masalah yang berarti ketika memasuki tahun ketiga. Dia sudah terbiasa dengan lingkungan program studi. Persoalan yang mungkin timbul di tahun ketiga adalah kemungkinan adanya kuliah pilihan: biasanya wali akan menjadi tempat bertanya dan berdiskusi sebelum mahasiswa menentukan kuliah pilihan. Masalah Mahasiswa Tahun Keempat Mahasiswa tahun keempat harus memulai TA dan mata …

Kebanyakan Buku Catatan

Sehabis beberes kamar kemarin, saya menemukan beberapa buka catatan (notes). Ada yang dari acara tertentu. Ada yang memang buku catatan yang saya beli. Ada juga yang merupakan segepok brosur yang tidak digunakan yang saya ambil karena sepertinya bisa digunakan sebagai otretan. Lumayan kan. Gambar di bawah adalah buku-buku catatan yang saya temukan tersebut. Selain yang terpampang di gambar sebenarnya masih ada yang lain seperti tumpukan sisa kertas testimoni saat syukuran wisuda, kertas buram, dll. Akan tetapi beberapa diantaranya sudah saya buang. Saat mendapatkan buku saya sih senang saja. Lumayan… Bisa buat nyatet ini itu. Akan tetapi pada kenyataannya ternyata saya kurang bagus untuk melakukan “pencatatan rutin”. Mencatat pun sekarang bisa pakai HP dan dengan mudah disinkronisasi di awan. Buku catatan yang bagus untuk dipakai otretan juga sayang dan terlalu kecil sehingga biasanya saya nyorat-nyoret pakai kertas buram. Saya juga pernah menulis buku harian di notes seperti ini. Hal ini saya coba setelah membaca sebuah buku yang menceritakan manfaat-manfaat tentang menulis buku harian mulai dari membuat target, mengingatkan diri, melatih menulis, dll. Sayangnya saya lupa judul bukunya. …

Renungan Pasca Beberes Kamar

Kemarin saya melakukan beberes kamar. Tadinya yang saya ingin lakukan hanyalah menyiapkan sedikit ruang di rak dengan menyusun kembali buku-buku dari satu rak ke rak lainnya. Dengan demikian, ada ruang yang cukup untuk baju yang tidak cukup lagi di lemari susun tingkat empat saya. Akan tetapi, karena semaraknya debu yang beterbarang selama buku-buku itu ditata ulang dan sebagian dari mereka telah mengambil alih pojok-pojok area kamar dan sela-sela barang, saya jadi gerah. Akhirnya, (hampir) seluruh kamar terkena imbasnya. Harus Anda ketahui bahwa saya ini cukup pemalas. Aktivitas beberes kamar saya lakukan sangat jarang: mungkin satu semester sekali (tapi masih lebih sering dari kebanyakan orang, sepertinya). Akan tetapi, saya cukup menganggap serius kerapihan dan kebersihan kamar. Tentu saja, karena ini adalah tempat saya bernanung setiap harinya. Selama kegiatan ini, saya menemukan banyak sekali tumpukan kertas, plastik-plastik, dan barang tak terpakai di bawah atau sela-sela rak.  Ada yang berupa brosur iklan. Ada majalah entah dapat dari mana. Buletin. Ada bungkus barang-barang yang sayang dibuang, misalnya bungkus mouse di bawah. Ada juga tumpukan buku catatan (notes) dari mana-mana yang tidak …