Orang-orang mulai berdiri mematung. Beberapa memandangi jam tangannya. Ada pula yang cukup beruntung mendapati pesta di dekat rumahnya sehingga dia bisa menatap layar raksasa penghitung waktu mundur. Ada juga yang hanya duduk di dekat jendela rumah, berpegangan tangan dengan keluarga tercinta.
Detik demi detik berdenting. Semakin mendekati ke titik pergantian tahun, semakin kencang jantung berdegub. Semakin tinggi pula semangat untuk melewati malam ini. Semua orang makin antusias. Satu menit lagi!
Sementara hitungan mundur sudah mencapai satuan paling kecilnya, hal itu mulai tampak dari kejauhan. Fenomena yang kini disebut time flash. Sebuah dinding cahaya raksasa dengan beberapa pilar berkilau seperti pelangi secara acak muncul dari tanah sebelum dan sesudahnya. Dinding transparan berkilau ini membentang sampai ufuk cakrawala, memang tidak terlihat kecuali kita ada di pinggir laut, tapi setidaknya itu informasi yang ada di buku-buku teks.
Dengan cepat senter pelangi itu berlari. Jarak sejauh itu pun hanya dilalui sekejap saja. Sementara hitungan mundur sudah dapat dilakukan dengan jari dua tangan, tsunami foton misterius itu tampak seperti tepat di depan mata. Ketika puncak nol terlalui, sensasi nikmat kemenangan yang dicari oleh berbagai orang di dunia itu akhirnya menjalar ke seluruh tubuh. Ah. Menyilaukan. Sungguh tahun baru itu menyilaukan, secara harfiah.
Hmm… Saya cuma agak bingung aja kenapa banyak orang yang rela menahan kantuk demi melihat detik-detik pergantuan tahun. Kalau hal yang terjadi adalah seperti yang saya ceritakan di atas, mungkin masih dimaklumi-lah. Lah ini… Nothing happen..
Ngomong-ngomong, ada sedikit cacat dalam cerita fiksi di atas. Kalau emang time flash-nya jalan dari garis bujur ke garis bujur, harusnya detik pergantian satuan tahun tadi bisa berbeda di tiap titik dalam kota dong ya.. Bukan berdasarkan zona waktu tapi berdasarkan presisi lokasi terhadap garis bujur. Bakal susah tuh menghitungnya. ^^