Beberapa waktu silam, saya membeli kartu layanan Internet dari Forum Jual Beli ITB. Komunikasinya tentu saja lewat teks. Kotak komentar, chat, sms. Yah, yang gampang. Di sms, dari tutur katanya, orangnya seperti riang dan akrab alias supel. Akan tetapi, ketika bertemu kok agak beda. Lebih terkesan polos atau lugu. Gimana ya njelasin-nya… Intinya gak supel lah, bukan seorang yang luwes bicaranya. Tidak seperti kesan yang ada di teks yang dia tulis.
Terkadang memang gaya penulis di dunia nyata berbeda dengan gaya penulis di tulisannya sendiri. Kenapa ya? Kok bisa… Apakah karena di zaman teknologi yang canggih ini, media komunikasi jarak jauh bukanlah media yang tepat untuk menyampaikan diri yang sebenarnya? Komunikasi jarak jauh = informal, jadi ya segampangnya kita menulis. Bebas konstrain dan norma masyarakat tidak terlalu terasa. Saya juga lebih lancar dan luwes ngomong dg orang-orang “tertentu” via layar dan kibor dibanding berhadapan langsung dengannya.
Ataukah karena dalam tulisan kita memiliki sumber daya waktu lebih banyak dibanding lisan? Dengan demikian, kita bisa memikirkan masak-masak tentang konten tulisan kita. Plus juga kesan yang ingin ditimbulkan. Kalau lisan kan susah dan ya apa adanya kebiasaan kita. Tapi kan sms agak lumayan berdasarkan kebiasaan bicara juga tuh? Hmm…
Di manga Bakuman (atau dimana ya saya lupa) juga sepertinya pernah diceritakan bahwa kebanyakan penulis cerita itu berbeda dengan rona cerita yang diceritakan. Misal penulis novel cinta yang mengharu biru, bukan berarti kehidupan cintanya seperti yang ia tulis. Novelnya riang dan gembira, eh orangnya suram. Novel misteri dan penuh sisi gelap dunia tetapi penulisnya santai dan suka bercanda. Katanya sih, tulisan mereka mengekspresikan apa yang belum bisa mereka capai dalam dunia nyata. Pelampiasan ke dunia fiksi mereka sendiri, gitu mungkin. Hmm…
Coba saya pada saat kalian menulis, yang kalian tulis itu kan sebenarnya inner self kalian kan? Yang ada di pikiran, di hati. Kalau pada saat berbicara langsung, ada banyak batasan (konstrain kerennya). Norma sosial. Tatap muka. Tidak biasa ngomong. Umpan balik langsung dari pendengar. Jadi diri kita yang sebenarnya itu gaya yang di tulisan atau yang langsung di utarakan yah? Hmm…
Kalau saya gimana? Sama nggak ya, gaya bicara saya di tulisan dan gaya bicara saya di dunia nyata? 😀
Kasih komentar yak…
so far, baru tahu lewat tulisan. supel. tapi, I don’t have any idea about the real of you kak
*edisi komen setiap tulisan*