“Person x left the chat-room” di Thread yg Udah Seabad Nggak Aktif
Saya agak ziiing dg orang yg membangkitkan thread lama dg melakukan left group. Apa nggak tahu cara delete atau archive group??
Yang berkaitan dengan internet, web, blog, jejaring sosial, dan semacamnya. Diskusi serius ttg web, komplain tentang perilaku sosial di dunia maya, daftar situs asyik, dan lain-lain.
Saya agak ziiing dg orang yg membangkitkan thread lama dg melakukan left group. Apa nggak tahu cara delete atau archive group??
Di era internet ini, komunikasi bukan lagi hal yang sulit dilakukan. Jarak. Waktu. Bukan sebuah halangan. Informasi bertebar luas. Jalur komunikasi banyak pilihan. Tiga di antaranya adalah telepon, email, dan messaging. Dan yang lain tak kalah pentingnya adalah sosial media (Fesbuk, Twiter, dkk). Saking banyaknya jalur, saya pikir masyarakat modern sekarang sudah kehilangan sense ttg cara berkomunikasi itu sendiri. Membuat komunikasi di era komunikasi ini agak membingungkan. Tidak. Artikel ini tidak akan membicarakan ttg kurangnya interaksi orang dalam dunia nyata. Tidak juga tentang maraknya kesalahpahaman dan tendensi buruk dalam komunikasi via teks. Hal itu bisa dibahas di artikel panjang terpisah. Saya ingin mengeluhkesahkan tentang cara orang modern dalam memilih jalur untuk berkomunikasi. Penekanannya ada pada dua kata: memilih dan jalur. Ikon sosial media di atas oleh Martz90, diunduh dari Iconspedia – Circle Icons set. Catatan: Judul yang sangat panjang di atas muncul karena ada dua atau tiga ide tulisan yang mirip dan kalau ditulis jadi tiga artikel berbeda akan redundan dan cuma bikin pusing penulis saja. Tidak Semua Media Komunikasi Diciptakan untuk Tujuan yang Sama Jalur komunikasi yang sangat banyak itu …
Saya melihat ada peluang bisnis baru di Indonesia, atas penolakan dan anarki para tukang ojek pangkalan terhadap tukang gojek.
Singkat cerita… Internet saya di apartemen (baca: kosan) mati. Dari hari Senin. Yah, saya gak bisa begitu banyak protes sih mengingat bahwa internet di apartemen ini gratis sebagai servis dari pemilik apato (baca: bu kos). Daya jual untuk menarik lebih banyak penghuni. Awal-awal saya pikir cuma sementara saja, eh ditinggal sampe Selasa kok masih ga mempan. Kabelnya kah, coba 4 kabel lain juga sama, ga nyala, maklum saya menyimpan banyak barang aneh-aneh komunitas PPI disini. Akhirnya Rabu masih juga, malamnya cek di kamar teman sebelah ternyata bisa! Jadi bukan salah laptop dan kabel saya. Ya udah, telp besok deh Kamis, mungkin 2 hari sembuh ya. Seenggaknya Sabtu udah bisa main lagi. Hmf,, Don’t get me wrong. Of course, I can live without Internet. Maybe. Hanya saja rasanya ada yang kurang di hati. Tidak ada tempat merebahkan kepala, menenangkan hati, dan menghibur gundah. Mengingat background saya teknik informatika (atau komputer sains), Internet bisa dibilang darah dan daging. Mungkin seperti pelukis dan cat minyak atau pelari dengan ekstra joss kali ya. Namun, analogi ini tentu saja sangat tidak …
Akhir-akhir ini banyak sekali kasus online bullying terjadi di sekitar kita. Mulai dari orang yang rekues untuk menggaham individual tertentu atau netizen yang menyebarluaskan racauan yang diucapkan netizen lain. Biasanya berupa makian, perendahan terhadap golongan lain, tindakan kurang sosial. Entah kenapa orang senang sekali dengan berita seperti ini, bahwa ada orang di belahan bumi lain yang kurang bagus moralnya. Ngomong-ngomong (ini cuma keisengan saya cek KBBI sih, habis ga tahu padanan bahasa Indonesia): Gaham/Sakat Daring = Online Bullying Dan yang saya maksud dengan istilah di atas adalah mengejek, menghina, atau mencemooh dalam dunia maya individu menulis status pribadi dengan nuansa asosial dalam dunia maya. Atau mengeluarkan pernyataan turut iba/malu bahwa ada orang seperti ini. Atau turut menyebarkan, memberi akses, atau tautan kepada teks asli atau teks gahaman. Huh, susah mendefinisikannya. Harus mendefinisikan pula ‘asosial’ itu yang kayak mana. Let’s go by example. Ada banyak kasus contoh. Pada saat saya masih di ITB, ada sesama civita academica yang di-DO gara-gara nonton bola dan menulis status flaming. Beberapa waktu lalu ada kasus mbak-mbak curhat nggak jelas tentang kursi prioritas di kereta. Yang terakhir antri bensin pertamax. Hal-hal ini memang …
Tinggal di daerah yang terpencil, walaupun masih disebut kota tetapi tidak dapat dimungkiri kalau terpencil, cukup menantang bagi anak informatika. Apalagi kalau bukan internet penyebabnya. Mana masih ada kerjaan yang harus disetor pas liburan menjelang lebaran gini kan. Disini saya mau “sedikit” melaporkan kondisi perinternetan (menggunakan modem) disini. Tanjungbalai adalah daerah yang cukup terpencil. Jaraknya 4 sampai 5 jam dari Medan. Dekat pesisir pantai menghadap langsung ke Port Klang, Selangor, Malaysia. Jaraknya 3 sampai 4 jam laut dari Port Klang. Meskipun begitu, kota ini pernah jadi kota terpadat se-Asia Tenggara loh. Rumah saya agak di daerah pinggir Tanjungbalai (daerah perumahan bukan daerah ramainya). Agak masuk sekitar dua kilometer dari jalan utama menuju pusat kota. Nama tempatnya Sungai Dua. Mungkin karena dahulu daerah ini diapit oleh dua sungai. Oke langsung saja. Di Sungai Dua, TELKOMSEL lemah! Internet is a no-no, walaupun gambarnya sih 3G dan kadang-kadang H. Tapi nggak ada yg ke-load. Dulu saya malah pernah ngetes, lebih cepet di tengah sungai dibanding di rumah saya, hmm… Parahnya lagi, masa semenjak saya kesini, penanda posisi di layar homescreen operator …
Tidak, artikel ini bukan untuk mengomentari langkah Pak Beye minggu lalu yang membuat akun Facebook dan Google+ yang sebelumnya membuat akun Twitter. Buat apa. Biar lah presiden kita yang lucu itu menikmati masa-masa akhirnya sebagau presiden. Tidak usah dikomentari. Toh, tulisan ini juga sudah divisikan agak lama sebelum itu. Saya cuma agak penasaran dengan presiden 2030 kita kelak. Presiden apapun, mau Indonesia, Amerika, presiden PSSI. Kenapa 2030? Karena pada saat itulah anak angkatan 90 yang merupakan angkatan pertama yg mengenyam Internet sejak kecil (minimal SMP) memasuki umur 40an. Sudah pada qualified jadi pucuk-pucuk pimpinan lah ya. Angkatan Internet istilah saya. Kenapa penasaran? Pucuk kepemimpinan tersebut biasanya dipilih oleh orang lain atau pemilu. Dan tentu saja, untuk memilih, latar belakang seorang calon tersebut akan dikupas habis, termasuk jejaknya di dunia maya. Angkatan Internet yg sejak kecil menyentuh Internet tentu saja pada punya kanal informasi di dunia maya tersebut. Baik untuk mencurahkan pikiran, pengalaman, dan ilmu di weblog atau mencurhatkan perasaan, kegiatan, dan artikel di jejaring sosial. Entah itu tumblr, facebook, wordpress, dll. Bayangkan ketika pemilu, semua …
Waktu saya masih muda dulu (baca: masih TPB), saya suka sekali mengotret-otret buku binder. Waktu itu kebetulan lagi zamannya Angels&Demons. Sebuah novel Dan Brown yang sangat memukau dan diisi oleh berbagai ambigram. Nah, salah satu yang suka saya otret-otret adalah ambigram. Asyik rasanya membuat ambigram. Oh ya, ambigram adalah sebuah kata atau bentuk yang jika dilihat dari sisi, dengan cara, dan melalui sudut lain tetap mempertahankan maknanya atau memiliki makna lain. Misalnya kata suns dibalik juga bisa dibaca suns. Kasur Nababan Rusak yang berupa palindrome bisa dibilang termasuk dalam ambigram. Namun, biasanya ambigram yang cantik tidak memiliki susunan huruf yang palindrom. Meskipun begitu tetap bisa dibaca sama, jika dibaca terbalik, dicerminkan, atau dengan sudut persepsi tersentu. Logo perusahaan SUN, yang muter empat kali itu juga termasuk ambigram. Ambigram juga tidak mesti sebuah kata dibalik menjadi kata yang sama ya. Bisa juga menjadi kata yang berbeda, berpadanan, atau bertentangan. Contohnya, ambigran EL-IF, dua kubu bertentangan pada Sekolah Teknik Elektro dan Informatika. Logo di atas juga sedang populer pada saat saya masih TPB. Contoh ambigram yang saya buat …
Ngomong-ngomong, cara ngelaporin iklan/penipuan lewat SMS ke operator itu gimana, saya lupa…
Di jaman serba canggih sekarang ini, sepertinya privasi sudah tidak ada lagi. SMS yang notabene media komunikasi paling privat sekarang (ah kata siapa) sudah ikut-ikutan jadi sarana marketing. Bukan! Bukan sms mama minta pulsa atau… Gokil banget tuh orang, sms minta kirim uang ke rekening yg sama dua kali pake nomor HP berbeda. Silakan kalau ada yang mau menyumbang ke rekening tersebut atau “sekadar” membalas dendam. Namun, maksud saya adalah iklan. Ya, entah dapet nomor darimana tuh orang-orang. Saya nggak mencantumkan di laman about/me ataupun di profil Facebook loh padahal. Masa saat isi nomor di konter pulsa, isi daftar hadir di acara mana, atau isi yg lain-lain terus si empunya daftar menjual daftar nomornya. Huh, annoying bastards. Walaupun saya mau buka toko, toko online, jasa servis, atau apapun saya nggak mau lah pake cara annoying begini. Email aja sudah cukup mengesalkan apalagi sms yang lebih privasi. Jangan sampe lah ikutan terjerumus ke lembah spam dan scam, padahal kalau niat sedikit sih database nomor ponsel se-ITB berangkatan-angkatan bisa aja saya cari. Saya mulai berpikir untuk membalas dendan kepada …
Entah kenapa, saya kesal kalau ada orang yang menanyakan atau membanggakan tentang SEO. Yup, SEO alias Search Engine Optimization. Kenapa kesal? Sebagian di antaranya tentu karena saya tidak paham benar tentang SEO dan cara mengoptimasinya. Optimizing an optimization? Seems legit. Misalnya, sepertinya orang seenak udel saya meminta atau bertanya: mas bantuin search engine optimization dong biar web saya di atas pas googling. Orang-orang seperti ini biasanya mengesampingkan fakta bahwa ada banyak jutaan web lain yang sudah di-SEO-kan. Intinya, perkara mengedepankan webmu di halaman depan googlingan bukanlah hal yang mudah. Terlebih lagi sepertinya orang tidak paham esensi dari SEO itu sendiri (Well, saya juga belum paham sebenarnya. Katanya ada seminar tentang SEO yang harganya jutaan. Entah kayak apa ya, bisa mahal gitu. Penasaran juga saya, tetapi nggak punya duit dan kemauan untuk ikut). Banyak orang menyangka bahwa SEO itu kayak masang iklan aja. Tinggal pastikan ada alat ini itu, dipasang tools-SEO ini itu, daftar di web ranker ini itu, beres. Atau pekerjaan yang dilakukan sekali lalu beres. Kalau begitu, gampang sekali bukan. Menurut halaman pertolongannya Google yang didedikasikan untuk membahas …
Pascasidang saat bertemu teman di jalan, mereka menanyakan hal yang sama. “Habis sidang mas? Bijimana?” Yah, keliatan dari bajunya sih, rapi tidak wajar. Saat itulah saya merasakan bahwa saat orang mengucapkan “Alhamdulillah…” pada suatu progress yang kita lakukan, itu sesuatu banget (bukan ucapan selamat loh ya, tapi ucapan hamdalah). Senangnya luar biasa. Apalagi… Ups, tapi bukan bahasan saya kali ini ya. Salah satu dari mereka berkata seperti ini: Ih Albed nih lo… Nggak bilang-bilang mau sidang. Pengumuman kek di Facebook. Well. Entah kenapa, saya merasa agak gimana gitu (mixed feeling) tentang ide mengumumkan akan sedang apa saya hari ini, besok, dan seterusnya [kok jadi judul lagu]. Walaupun itu untuk hal yang penting seperti sebuah milestone. Okelah, memang untuk melewati suatu milestone tertentu, kerja keras saja tidak cukup. Doa adalah sangat utama. Dan doa diri sendiri seperti juga tidak cukup meyakinkan bukan? Dengan demikian, doa dari banyak orang, teman-teman dekat, khususnya yang alim-alim harus kita kejar. Kan? Tapi kok saya tetap saja asa geli gimana gitu. Mungkin hal ini ada kaitannya dengan keintrovertan saya ya… Atau karena saya modest, xixixi… Tapi …
Do you know that in Indonesia there is a day called “National Blogger’s Day”. That day is celebrated at October 27th. I myself know about this fact just recently. This day was established by The Minister of Communication and Information, Mr M. Nuh on 2007. This is the party day for every blogger in the country. By the way, why the hell Mr. Nuh came up with such a day? I don’t have any idea. Maybe, because he was in charge of national’s communication and information and blog is an integral media of Internet. Or he wanted to encouraged Indonesia’s citizens to sharpen their writing skill. Considering human nature to share things they have, blogging is the perfect place for it (contrary to social network I think). I don’t really consider this is a special day. After all, this is the first time I heard it. I do not prepare anything for the day, nor I hear any significant news or celebration of the day. October 27th passed just like that with weeks with empty …
Asumsi ada artikel berjudul “Rangga (bukan nama sebenarnya), Aktivis LDK itu lebih suka yg pantatnya besar”. Isi artikel kemudian berputar dalam sebuah dialog atau wawancara atau pengakuan si Rangga atau apalah yang isinya kira-kira: Ijul (bukan nama sebenarnya): Dia pantatnya besar… Rangga (bukan nama sebenarnya): Iya, itu saya suka itu. Isinya terserah. Bisa membesar-besarkan masalah pada headline. Atau membahas secara dalam dari sisi sana-sini. Kenapa aktivis bisa berkata demikian, dll. Menebar minyak dalam api. Padahal, cerita aslinya (dan dialog selengkapnya) adalah obrolan tentang mobil mana yang paling disukai. Bisa juga isinya memang menceritakan ragam mobil yang disukai mahasiswa. Akan tetapi, dengan judul semenantang itu siapa yang tidak mau membaca ya? (Ngomong-ngomong, dialog di atas adalah asli dengan nama pelaku disamarkan loh ya ^^v.) Yah itulah media, suka membesar-besarkan berita. Walaupun isinya cuma itu doang, judulnya super menarik. Hmm… Yah, setidaknya judul (yang kontroversial itu) masih berhubungan dengan isinya (walaupun makna atau kesannya jadi berbeda). Daripada artikelnya berjudul “10 Anggota DPR Diturunkan Karena Korupsi” padahal isinya publikasi acara himpunan :D. Yah, cuma tadi saya melihat ada …
Terkadang gaya penulis di dunia nyata berbeda dengan gaya penulis di tulisannya sendiri. Kenapa ya? Kok bisa… Apakah karena di zaman teknologi yang canggih ini, media komunikasi jarak jauh bukanlah media yang tepat untuk menyampaikan diri yang sebenarnya?