Month: September 2010

Killing the Holy Day

Seperti yang saya janjikan, walaupun agak lama juga terlambatnya akan saya ceritakan rangkuman perjalanan tidak jelas keliling bandung ku di waktu di hari nan fitri (baca: holy day) yang lalu. Seperti yang telah kuceritakan, perjalanan ini dilakukan sekedar ngabuburit alias menghabiskan waktu liburan menghilangkan kebosanan dan beratnya liburan lebaran. Btw itu, Emang Idul Fitri ada Bahasa Chinanya ya? (Gambar ditemukan di dekat Jalan AA)

Kurma, Madu, dan Arum Manis

Sepuluh September pagi, sayup-sayup takbir bersahutan di langit sana menandakan bahwa hari ini adalah hari raya, hari raya kembali. Menandakan pula kalau aku telat bangun dan shalat subuh di masjid. Setelah kemarin ku kira takkan ada kumandang takbir, ternyata ada pula sesahutan takbir di malam lebaran Bandung ini. Sebenarnya takbirnya mulai setelah shalat isya di malam sebelumnya, diiringi dentuman-dentuman dan percikan di langit tentunya. Aku tidak yakin apakah itu petasan atau bom beneran.

Flowers in the Holy Night

Sore ini hari terakhir ramadhan. Aku masih di Bandung, di kosan ku sendiri. Seminggu terakhir selalu hujan cukup deras di luar sana, membuatku buka seadanya di kosan atau nekat menunggangi superbit menembus cucuran air untuk sekedar mencari es pisang hijau yang telah lama ku dambakan. Tetapi sore ini, aku terkurung di kosan malas beranjak dari novel Negeri 5 Menara yang sedang ku baca. Meskipun esok lebaran, aku belum – atau tidak bisa – bertemu keluargaku. Meskipun esok lebaran, suasana sore ini sama seperti sore-sore sebelumnya. Magrib ku berbuka dengan kurma, madu, dan arum manis, terlambat ke masjid dan ketinggalan jamaah di masjid super cepat An-Nur. Meskipun esok lebaran, tiada yang berbeda di masjid. Tidak ada takbir bada magrib, tidak ada kumpul-kumpul atau sensasi meriah lainnya. Sepi, semua* telah kembali ke rumah masing-masing.