Muallaf Istiqlal, Manajemen Masjid Raksasa, dan Sedikit “Sisi Gelap”
Masjid Istiqlal begitu luas. Sayang jika tidak dijelajahi, pikir saya waktu itu. Kebetulan punya banyak waktu juga saya. Sambil menunggu jam 4, saya akhirnya memutuskan untuk berkeliling. Pertama, saya menyusuri koridor di hadapan tangga utama. Koridor ini sepi, hanya dua tiga orang saja yg duduk-duduk. Kiri kanan koridor terbentang luas tempat shalat terbuka. Membuat koridor tersebut sepoi-sepoi meskipun di duduk di tengah jantung Jakarta. Tadinya sih saya mau nyari colokan untuk buka laptop dan cas hape, tapi saya penasaran dengan ujung koridor sana. Sampai ujung, ternyata ada tangga ke bawah. Pintu sebelah utara rupanya lebih rendah dari area lantai utama, kagum saya waktu itu. Ya iyalah! Bodohnya saya. Lantai utama kan di lantai dua (tadi kan naik tangga dulu). Saking luasnya lantau utama tersebut (dan teras shalat luar tadi), saya sampai tidak merasa itu di lantai dua. Hmm… Area utara jauh lebih sepi dibanding Pintu Al Fattah di tenggara. Hampa. Gelap. Tapi tetap, ada satpam yg berjaga di pintu keluar masuk sana. Di kiri dan kanan ruang pertama pintu tersebut, langsung terhampar tempat wudhu hingga ke …