Month: November 2009

Idul Adha Moment

Kembali lagi mengisi blog di hari ini 10 Zulhijjah, hari Idul Adha saat setiap muslim di dunia merayakan hari qurban setelah sekian lama abstain dan stress. Hari ini juga aku mungkin mengalami sesuatu yang tak terlupakan dan agak beda sepanjang sejarah aku melewati idul adha. Sebelumnya, saya mengucapkan Selamat Lebaran Qurban buat semua saudara ku muslim dan muslimah di seluruh dunia.

Pita Suara yang Menakjubkan

Artikel menarik, pengsisi masa labil akibat tubes. Sulihan dari laziem.com. Pernahkan Anda membayangkan bagaimana bentuk pita suara Anda? Bagaimanakah pita suara saat bekerja, yaitu saat kita berkata sesuatu atau pun bernyanyi? Bagaimana cara merawat kesehatan pita suara kita? Hal apa saja yang dapat mengurangi kesehatan pita suara? Hmm, ada baiknya Anda membaca postingan saya kali ini, terutama buat Anda yang gemar bernyanyi tanpa diimbangi teknik yang mumpuni, suka teriak-teriak ndak jelas, atau pun bagi Anda yang gemar merokok dan minum-minuman yang beralkohol.

Life Must Go On

Even the earth quaked and the sky fallen Even the acean dried and the mountain blew away Even the very pillar of the city broke until its core Life must go on… Even your heart and your soul deep crushed Even your head spin and your brain cannot escape your prison Life must go on… Because we’re human, we must live. Bencana yang menimpa saudara kita di Padang Pariaman sangatlah dahsyat. Namun, hidup harus terus berjalan. Terlalu lama terundung dalam kesedihan takkan membawa apa-apa. Karena hidup tetap harus berjalan. Merahnya cabe mengalahkan sadisnya luka yang diberikan gempa. Kalahkan rasa takut dengan gempa. Mau apalagi, karena itulah satu-satunya sumber nafkah pedagang ini. Mereka saja bisa bangkit, kenapa kita tidak. sumber gambar : http://www.boston.com

Indonesia Bergetar

Tepat dua bulan lalu, 2 September 2009 bergetarlah Bumi Tasikmalaya. Getaran ini cukup dahsyat untuk bisa dirasakan teman-teman di Jakarta. Sangat dahsyat untuk meruntuhkan  ratusan bangunan dan merenggut setidaknya 72 jiwa. Dan ia adalah gempa terbesar mengawali rentetan gempa berikutnya yang mungkin membuat kita akrab dengan teguran ini. Gempa di Tasik berpusat di (7.809°S, 107.259°E) 125 km WSW dari Tasikmalaya dan 100 km SSW dari Bandung, 200 km SSE dari Jakarta pada kedalaman 46,2 km. Gempa yang dikenal dengan Gempa Tasik ini mempunyai magnitude sekitar 7.0 SR. Aku merasakan saat sedang kuliah Strukdisk. Gempa ini cukup menghebohkan ITB sampai memacetkan seluruh kuliah pada saat jam 3 itu, meskipun jam empatnya kuliah lagi dengan MK yang berbeda. Gempa ini mengerikan, bagi yang ada di Sunken Court dan melihat gedung PAU delapan lantai berjoget sungguh menyeramkan. Dan ini hanyalah gempa pembuka, pembuka mata kita.

Gempa Ketika Kuliah, Kampusku Retak

Rabu September 2009, pukul  12.00 seperti biasa kami pun memasuki kelas Mata Kuliah Probabilitas dan Statistika. Mata Kuliah 3 SKS ini tidak seharusnya memiliki 2 jam pertemuan di hari Rabu, tetapi karena kesibukan Ibu Harlili sang dosen mata kuliah ini pun dipadatkan di Hari Rabu. Jadilah hari Rabu ku sebuah pelarian panjang –kuliah 11 jam full, jam 07 pagi sampai 18 sore–.  Sebenarnya tidak ada yang aneh dengan MK ini, pelajarannya termasuk mengulang pelajaran kalkulus TPB dengan rumus yang cukup njelimet. Dosen tentu sering jadi sasaran penyalahan oleh mahasiswa.