Month: Juni 2015

In The Zenith

“Ah, berakhir sudah.” Leila hanya bisa pasrah. Membubung tinggi di angkasa, gravitasi tak lagi memberi mereka ampun. Mereka jatuh bebas tanpa ada pijakan lagi. Terhempas ke lapisan udara di bawahnya, terhantam angin keras ke wajah. Waktu seakan melambat bagi mereka. Lemas, tiada lagi tenaga tersisa. Tubuh Leila kian labil berguncang tak terkendali. Terjungkal, kadang kaki di atas, kepala di bawah. Dari jauh, mereka tampak seperti dua titik yang bergerak cepat. Menembus awan. Menuju permukaan samudra. Ditambah satu lagi garis hampir horizontal turut mencakar biru sang langit. Kondensasi udara membuat lintasannya terlihat di angkasa. Benda aneh menggantung di ujung jejak itu, berbentuk seperti bolpoin raksasa, panjang dua tiga meter, berbahan besi, dengan logo nuklir terukir di badannya. Rudal antar benua yang ikut jatuh bersama mereka itu mulai berkelip. Lalu berkelip lebih kencang. Pada akhirnya, cahaya menyilaukan dan kemudian api keluar secara beringas. Seperti semburan naga ke segala arah, bercabang selayaknya dahan pohon, perlahan tapi pasti, akan melahap mereka. Lei sudah kehilangan semua harapan. Masa hidupnya terlintas di depan matanya. Juga tentang sahabat terdekatnya. Lei hanya bisa bergumam. “Sepertinya …

Pilihan dalam Hidup

Hidup diwarnai dengan banyak pilihan. Semua orang harus melaluinya, hampir setiap saat. Namun, menurut saya hanya ada beberapa titik “penting” pilihan yang bisa mengubah jalan hidup 180 derajat. Bisa mengubah lingkaran sosial, kegiatan sehari-hari, kebiasaan, atau mungkin pola pikir. Dua hal itu adalah pendidikan dan pekerjaan. Dalam dua hal ini, satu pilihan akan merembet hingga ke masa depan kita. Sekolah menentukan siapa teman kita, bagaimana kita bergaul-berpikir, bagaimana kita lanjut ke jenjang lebih tinggi, apa saja skill-set kita. Walaupun sebenarnya pilihan sekolah ini sudah sangat terfilter berdasarkan lokasi. Kebetulan lahir di pedalaman, ya sulit dapat sekolah yang bagus. Sekolah berkelas internasional atau akselerasi atau punya tim olimpiade solid atau akses ke universitas xyz misalnya, hanya ada di lokasi tertentu. Makanya saya memandang orang yang aksel dll tadi itu hanya orang yang beruntung. Meskipun sudah terbatas pilihannya, tetap saja pilihan adalah pilihan. Pendidikan adalah pilihan, satu sekolah tak sama dengan lain. Kasus tadi juga, bisa saja kan memilih untuk sekolah ke tempat yang jauh, banyak teman saya yang begitu. Pekerjaan juga sama, sebuah pilihan yang besar yang akan …