All posts filed under: Area Serius

Berisi tentang Islam, Sains dan hal hal yang menjurus ke arah Serius

SEO

Entah kenapa, saya kesal kalau ada orang yang menanyakan atau membanggakan tentang SEO. Yup, SEO alias Search Engine Optimization. Kenapa kesal? Sebagian di antaranya tentu karena saya tidak paham benar tentang SEO dan cara mengoptimasinya. Optimizing an optimization? Seems legit. Misalnya, sepertinya orang seenak udel saya meminta atau bertanya: mas bantuin search engine optimization dong biar web saya di atas pas googling. Orang-orang seperti ini biasanya mengesampingkan fakta bahwa ada banyak jutaan web lain yang sudah di-SEO-kan. Intinya, perkara mengedepankan webmu di halaman depan googlingan bukanlah hal yang mudah. Terlebih lagi sepertinya orang tidak paham esensi dari SEO itu sendiri (Well, saya juga belum paham sebenarnya. Katanya ada seminar tentang SEO yang harganya jutaan. Entah kayak apa ya, bisa mahal gitu. Penasaran juga saya, tetapi nggak punya duit dan kemauan untuk ikut). Banyak orang menyangka bahwa SEO itu kayak masang iklan aja. Tinggal pastikan ada alat ini itu, dipasang tools-SEO ini itu, daftar di web ranker ini itu, beres. Atau pekerjaan yang dilakukan sekali lalu beres. Kalau begitu, gampang sekali bukan. Menurut halaman pertolongannya Google yang didedikasikan untuk membahas …

Bedebah Berprotokoler

Hari Rabu kemaren, saat baru pulang dari Cibubur, di depan pintu gerbang keluar tol Pasteur, terjadi macet parah. Jalan super lebar di depan lampu merah perempatan pertama muka gerbang sangat dipadati mobil. Hanya jarak beberapa meter dari ekor antrian ke loket gerbang. Oke, memang sih daerah sini tidak pernah tidak macet sampai-sampai pemda membuat peraturan four-in-one untuk mobil yang lewat sini. Hanya saja, waktu itu antrian kami sangat lama tidak wajar. Sekitar dua tiga menit sekali mobil dapat maju di antrian itu. Akan tetapi, yang terakhir ini lain. Si lampu merah sudah tampak, sudah dekat lah, tapi kok keberadaannya lebih lama dari yang tadi. Lima menit menunggu tak kunjung pergi juga. Adzan berkumandang. Adzan selesai. Tak juga dia berganti. Tampak arus kendaraan dari dua sisi kanan simpang sana dan kiri sana tidak juga mandek. Lima menit kemudian, masih merah juga. Ini rusak lampunya, atau diset manual terus yang lagi tugas mencetin tombolnya lagi sholat kali ya. Tidak beberapa lama (baca: sesudah lama menunggu lima belas menitan), terdengar dari jauh raung suara sirine. Serentak itulah kami …

Komentar Aneh Tentang Ujian Nasional

Bulan ini pembicaraan mengenai Ujian Nasional makin ramai. Lagi masanya UN sih. Tidak seperti tahun lalu yang beritanya hanya seputar penolakan UN dan doa bersama, tahun ini ada banyak cerita pengakuan ttg. kecurangan pada saat berlangsungnya ujian. Entah itu dari guru yang ceritanya menyebar ke milis, dari peserta termasuk cerita yang saya pos tahun lalu, atau dari pengawas ujian yang jujur dan berani. Nah, cerita yang terakhir di atas adalah yang terbaru dan kayaknya cukup heboh. Komentar balasan di bawahnya lucu-lucu. Disini saya ingin mengutip komentar tersebut dan menunjukkan kenapa itu lucu.

Oh, UN itu Begini?

Originally posted on Ninok Eyiz's Journey:
Tahun ini pertama kali saya memperoleh kehormatan sebagai pengawas Ujian Nasional! Wow. Saya menyebut kehormatan karena sejak bertugas sebagai guru PNS, baru tahun ini saya mendapatkan kesempatan. Keren sekali rasanya. Hi hi 😀 Jauh-jauh hari sebelum UN, saya melakukan survei kecil-kecilan ke teman-teman guru. Hasil surveinya sangat menarik dan membuat saya penasaran. Mereka bilang kalau nantinya pengawas itu akan jadi boneka di ruang ujian. Waktu saya tanya, Kenapa? Kok gitu? Mereka menjawab, “Ntar kamu tahu sendiri”. Nah looh..
 Senin (14/4), saya tiba di sekolah tempat saya bertugas. Sekolah kecil yang ramai. Ada 2 lembaga pendidikan di sini, pendidikan menengah dan atas. Pukul 7.00 WIB kami, para pengawas, memasuki ruang ujian. Anak-anak sudah berbaris rapi menunggu kami membuka pintu. Kami lalu mempersilahkan mereka masuk. Hari pertama yang diujikan adalah Bahasa Indonesia. Soal dan Lembar Jawab Ujian Nasional (LJUN) kami bagikan. Segera saja mereka larut mengerjakan soal-soal. Wajah-wajah berpikir, mulut komat-kamit membaca soal dan tangan yang sesekali mencoretkan pensil ke soal ujian untuk menemukan jawaban itu membuat saya dan teman…

Bakat Engineer Masyarakat Indonesia

Ketika diberikan kompor gas gratis untuk mengurangi ketergantungan terhadap minyak tanah, banyak masyarakat yang memanfaatkan ‘kebaikan’ pemerintah tersebut untuk mendapatkan sekadar uang tambahan. Jual lagi kompornya. Balik lagi ke kompor minyak. Ketika terdapat kebijakan untuk memekarkan daerah supaya pembangunan daerah menjadi lebih modular dan fokus, ada oknum memanfaatkan untuk menjadi bupati setelah kalah pada pilkada. Bawa sedikit masa, mekarkan daerah baru, jadi bupati pertama. … profit! Ketika ada proyek bernilai sekian em harus ditender, kenapa nggak kita pecah saja menjadi banyak proyek di bawah nilai em. Nggak perlu tender. Tinggal tunjuk perusahaan sodara. Terus kalau perusahaan sodara yg ditunjuk bukan ahlinya? Gampang. Tinggal si perusahaan sodara ‘meneruskan’ proyek. Cari lagi yang bisa ngerjain. Terus, hingga yang mengerjakan ternyata adalah mahasiswa. Ketika ada ujian nasional untuk memberikan standar, seluruh perangkat bersatu untuk mengalahkannya. Bagi tugas. Ada yang mengawas dengan renggang. Ada yang memeriksa jawaban murid. Ada yang memastikan murid bisa diajak kerja sama. Ada yang membuat jaringan karisidenan dan menyebar info. Ketika menemukan bahwa daftar Paypal itu bisa menggunakan verifikasi manual oleh staf Paypal sendiri, orang pun …

Hijab dan Putihnya Baju Koki

Koki profesional dapat dikenali dengan mudah dari pakaiannya. Mereka punya pakaian khas putih-putih, seperti dokter saja. Anda tahu kenapa koki memakai baju putih? Emangnya nggak repot ya masak pakai baju putih. Ntar kotor? Yup, justru itulah tantangannya (dan tujuannya). Selain memang untuk menahan panas (putih = isolator), katanya sih baju putih itu supaya koki selalu hati-hati dalam melakukan pekerjaannya. Koki kan pekerjaan profesional. Malu dong kalau lagi masak kelihatan noda-noda di bajunya. Nggak pro banget lah. Karena bajunya putih, kalau ada noda jadi keliatan banget kan. Jadi, koki profesional harus hati-hati sekali dalam memasak. Tidak boleh sedikitpun noda menempel di bajunya. Malu. White signify cleanliness… Saya heran dengan wanita yang katanya sudah berniat memakai hijab (atau lebih akrab disebut jilbab) tetapi masih belum memakainya. Alasan yang dipakai biasanya “belum siap”, “masih kotor”, “nanti kalau sudah pakai jilbab lalu berbuat aneh-aneh tambah malu”. Kita lihat koki tadi. Kalau mereka mau, mereka bisa saja kan memakai baju hitam. Toh, baju hitam juga ada kok yang terlihat profesional dan elegan. Warna hitam juga aman. Nggak gampang kotor. Kena noda setitik …

S-Class University

Setiap mendengar world class university, yang saya dengar adalah hal ini: s-class university. Kalau sekarang kan akreditasi sekolah (dan universitas) itu kan A-B-C. Saya tidak tahu syarat masing-masing apa sih. Kalau tidak salah sih C itu untuk Cukup, B untuk Baik, dan A (saya tidak yakin) untuk Asyik atau Apik mungkin ya.  Well, di situs ban-pt pun tidak ada penjelasannya loh masing-masing akreditasi di atas maksudnya apa dan syaratnya apa. Tipikal Indonesia ya. Sekarang bayangkan kalau akreditasi yang dilakukan Badan Akreditasi Nasional bukan cuma A-B-C saja. Hihi… Kayak di game-game atau di film gitu. Ada sebuah akreditasi yang lebih tinggi lagi dari sekadar akreditasi A. Untuk sekolah-sekolah yang sudah super, yang tidak perlu diragukan lagi, dan yang tidak sekadar “asyik”, “apik”, atau “sangat baik”. Sistem Kelas S ini memang sistem yang aneh. Mau gimana lagi… Huruf paling awal kan A, masa S lebih bagus. Kalau dipakai di dunia nyata juga kayaknya kurang praktikal, sangat menimbulkan kesenjangan sosial [original research]. Biasanya sistem aneh ini ada di cerita-cerita terutama yang dari Jepang. Misalnya saja di Naruto, misi dan ninja paling hebat …

Kenapa Nggak Pengumuman di Facebook?

Pascasidang saat bertemu teman di jalan, mereka menanyakan hal yang sama. “Habis sidang mas? Bijimana?” Yah, keliatan dari bajunya sih, rapi tidak wajar. Saat itulah saya merasakan bahwa saat orang mengucapkan “Alhamdulillah…” pada suatu progress yang kita lakukan, itu sesuatu banget (bukan ucapan selamat loh ya, tapi ucapan hamdalah). Senangnya luar biasa. Apalagi… Ups, tapi bukan bahasan saya kali ini ya. Salah satu dari mereka berkata seperti ini: Ih Albed nih lo… Nggak bilang-bilang mau sidang. Pengumuman kek di Facebook. Well. Entah kenapa, saya merasa agak gimana gitu (mixed feeling) tentang ide mengumumkan akan sedang apa saya hari ini, besok, dan seterusnya [kok jadi judul lagu]. Walaupun itu untuk hal yang penting seperti sebuah milestone. Okelah, memang untuk melewati suatu milestone tertentu, kerja keras saja tidak cukup. Doa adalah sangat utama. Dan doa diri sendiri seperti juga tidak cukup meyakinkan bukan? Dengan demikian, doa dari banyak orang, teman-teman dekat, khususnya yang alim-alim harus kita kejar. Kan? Tapi kok saya tetap saja asa geli gimana gitu. Mungkin hal ini ada kaitannya dengan keintrovertan saya ya… Atau karena saya modest, xixixi… Tapi …

Mengurus Persyaratan Wisuda ITB

Selain lulus TA dan sidangnya, pasti banyak lagi yang harus diurus untuk persiapan wisuda. Sayangnya entah kenapa, informasi mengenai hal ini terpisah-pisah dan kalau belum dijalani ya belum tahu apa syarat administrasi sidang. Mungkin karena perihal wisuda berkaitan dengan lebih dari satu lembaga (internal kampus) jadi ya terpisah-pisah. Disini saya ingin memaparkan sedikit apa yang saya urus menjelang wisuda ini. Hal ini hanya membahas persyaratannya saja ya (dan akan dimutakhirkan jika ada info tambahan), bukan membahas isu-isu dan urban legend mengenai wisuda itu sendiri, seperti bisa nggak uang semester nol SKS nya balik sejuta (pada Wisuda Oktober 2012 hal ini sangat simpang siur), dll. Semoga info yang saya tulis ini masih valid ketika anda membacanya (jika ada yang salah, mohon dikoreksi). Pengumpulan Revisi Setelah sidang, event yang dialami oleh hampir semua mahasiswa adalah menyelesaikan revisi, maksimal selama dua minggu setelah tanggal sidang. Apa yang dikumpul saat revisi? Sayangnya info ttg. hal ini suka terlambat diberitahu. Hal-hal yang dikumpul adalah: Satu buah Buku Laporan, yang telah dijilid hardcover dan disahkan oleh dosen pembimbing. Untuk ITB warna kover …