Kurang lebih setahun lalu saya menulis sekelumit cerita tentang persiapan menghadapi UN di sekolah saya. Isinya seputar ya…, wakil kepala sekolah yang menyemangati siswanya (untuk saling tidak meninggalkan temannya di bangku sekolah) dan perumusan strategi saat pelaksanaan ujian di kelas nanti. Saya sendiri termasuk yg ditodong untuk membantu dan sampai saya akhirnya, syukurnya, diselamatkan oleh dewi dari seberang.
Tahun lalu, cerita UN begini belum banyak. Cerita saya saja langsung berkontribusi besar pada statistik blog saya waktu itu. Teman saya sekos bahkan tidak percaya bahwa cerita UN begini nyata, syukurlah berarti sekolahnya masih bagus. Usai ngepos tuh UN juga banyak saya mengobrol hal setema ke teman dan ternyata banyak juga yg ceritanya sama.
Setahun berlalu, sekarang 2013, mulai banyak deh pengakuan-pengakuan serupa. Ceritnya makin beragam dan WAH lebih hardcore! Karena bukan cuma dari seorang siswa yg gagal mengulurkan tangannya pada konspirasi ini. Ada yang dari guru, dari korban, dan cerita ini dari pengawas yang jujur. Mungkin pemantik gelombang ini adalah cerita si Abrar siswa SD yang pengen jujur tapi malah dijauhi teman dan dikucilkan tetangganya itu ya.
Miris sekali Indonesia sekarang, top guys korupsi, young generation dikondisikan tidak jujur.
Berikut ini cerita yang tidak boleh dilewatkan. Selamat membaca.
Tahun ini pertama kali saya memperoleh kehormatan sebagai pengawas Ujian Nasional! Wow. Saya menyebut kehormatan karena sejak bertugas sebagai guru PNS, baru tahun ini saya mendapatkan kesempatan. Keren sekali rasanya. Hi hi 😀
Jauh-jauh hari sebelum UN, saya melakukan survei kecil-kecilan ke teman-teman guru. Hasil surveinya sangat menarik dan membuat saya penasaran. Mereka bilang kalau nantinya pengawas itu akan jadi boneka di ruang ujian. Waktu saya tanya, Kenapa? Kok gitu? Mereka menjawab, “Ntar kamu tahu sendiri”. Nah looh..
Lihat pos aslinya 1.335 kata lagi
Ping-balik: Komentar Aneh Tentang Ujian Nasional | Blog Kemaren Siang
Gimana kalau UN dihapus aja, urusan sekolah buat ngelulusin atau nggak. Sebagai gantinya dibuat ujian naik tingkat untuk mereka yang bakal masuk SMP/SMA, mirip SNMPTN, jadi SNMSMPN atau SNMSMAN. Cuma di situ ga langsung pilih SMP/SMA soalnya pasti datanya kebanyakan. Outputnya nilai orang-perorang aja, baru habis itu SMP/SMA buka pendaftaran pake nilai tadi.
only the best thing ever.