Dunia Maya
Tinggalkan sebuah Komentar

Terkait Kasus Gaham Daring

Akhir-akhir ini banyak sekali kasus online bullying terjadi di sekitar kita. Mulai dari orang yang rekues untuk menggaham individual tertentu atau netizen yang menyebarluaskan racauan yang diucapkan netizen lain. Biasanya berupa makian, perendahan terhadap golongan lain, tindakan kurang sosial. Entah kenapa orang senang sekali dengan berita seperti ini, bahwa ada orang di belahan bumi lain yang kurang bagus moralnya.

Ngomong-ngomong (ini cuma keisengan saya cek KBBI sih, habis ga tahu padanan bahasa Indonesia):

Gaham/Sakat Daring = Online Bullying

Dan yang saya maksud dengan istilah di atas adalah mengejek, menghina, atau mencemooh dalam dunia maya individu menulis status pribadi dengan nuansa asosial dalam dunia maya. Atau mengeluarkan pernyataan turut iba/malu bahwa ada orang seperti ini. Atau turut menyebarkan, memberi akses, atau tautan kepada teks asli atau teks gahaman. Huh, susah mendefinisikannya. Harus mendefinisikan pula ‘asosial’ itu yang kayak mana. Let’s go by example.

Ada banyak kasus contoh. Pada saat saya masih di ITB, ada sesama civita academica yang di-DO gara-gara nonton bola dan menulis status flaming. Beberapa waktu lalu ada kasus mbak-mbak curhat nggak jelas tentang kursi prioritas di kereta. Yang terakhir antri bensin pertamax.

Hal-hal ini memang membuka mata kita bahwa di dunia ini ada orang-orang yang kurang bisa menjaga mulut (baca: jari). Atau mungkin istilah saya “kurang bisa berkata-kata” atau “menahan kata-kata di dunia maya”.  Namun, siapa yg tidak tahu itu? Ya jelas ada lah!!

Lalu kalau kita tahu, kenapa masih disebar? Bukannya dengan menyebar itu berarti mendukung penggahaman? Padahal kita tidak tahu apa yg terjadi sebenarnya. Apakah keracauan pada teks makian itu benar karena si pemilik jari “nggak beres” atau interpetasi kita yang nggak beres?

Misalnya kasus yang terakhir pertamax, usut mengusut ternyata dia memang ingin beli pertamax bukan karena tidak bisa/mau antri. Lalu eh kok ditolak oleh petugas SPBU dan dikira menyerobot. Hati kesal tak terbentung. Jari pun gatal. Katalis! Apa boleh buat, bihun sudah menjadi soto.

Aneh sekali kan kita tidak tahu bagaimana keseharian mereka, siapa mereka, apa yang mendorong jari mereka menulis demikian, lalu langsung kita hujat sedemikian rupa, mengumumkan ke dunia kalau seolah kita menemukan orang teramoral di dunia. Aneh sekali kan karena kesalahan kecil hilang seluruh harga diri. Nila setitik, susu sebelanga rusak.

Yang paling membuat saya heran adalah kalau ada teman yang menulis teks bernuansa negatif seperti itu ya kok disebar ya? Yang membuat racauan itu dibaca oleh dunia luas kan ya karena teman-teman terdekat pertamalah yang menanggapi duluan dan lebih parah mengklik tombol like, share, retweet dan sejenisnya itu.

Kalau saya sih, saya tidak mau hal ini terjadi dengan orang yang saya kenal! Dan saya sangat tidak suka kalau ada yang menyebar hal-hal seperti ini.

Jika Anda menyebarkan hal-hal berbau seperti itu dan sampai terbaca di newsfeed saya, then <isi ancaman/makian disini>.

Jadi setujukah Anda dengan Online Bullying? Menggaham orang yang tidak bisa Anda sentuh dengan kekuatan dunia nyata? Emangnya perlukah orang yang melakukan kesalahan di dunia nyata, atau salah berkata-kata di dunia maya, disebar aibnya dan diolok-olok sedemikian rupa?

Atau lebih konkretnya, menurut Anda jika kita
(1) membaca status/tweet/komentar kasar/negatif orang yang tak pandai menguntai kata dan menahan emosi, perlukah kita menyebarkan hal ini seluas-luasnya dengan tujuan membuka mata semua orang?
(2) melihat atau mengalami perlakukan buruk, atau perbuatan buruk di dunia nyata,  perlukah kita melaporkan dengan merendahkan bukan hanya perbuatannya tetapi si orangnya juga di dunia maya?

Bagaimana menurut Anda? Silakan diskusikan di kotak komentar dibawah.


Gaham daring yang dipetik di atas hanya salah satu kategori dari penggahamdaringan yang ada. Beberapa kategori lain misalnya adalah menyebarluaskan di internet perlakukan buruk oleh orang lain kepada diri sendiri di dunia nyata. Jadi bukan pelaku melainkan korban yang memulai titik maya. Misalnya, “penjaga hotel ini nggak bolehin saya nginep berdua sama cowok tanpa surat nikah” atau “ini ada orang merokok di tempat yang bertulisan dilarang merokok, diingetin marah pula“.

Ada juga kategori lain berupa investigasi pribadi (kalau investigasi media betulan atau pemerintah sih ga saya permasalahkan). Misalnya “wah ketahuan individu polisi ini gampang disogok“. Ada juga diujung lain kategori yang memang benar-benar murni fitnah.

Memang kadang kekuatan massa di Internet adalah (seolah menjadi) jalan terakhir untuk ‘menghukum’ orang yang sulit dijerat oleh hukum biasa. Terlihat dari kasus Sim Lim Square dan penipuan oleh MobileAir pada awal bulan November 2014. That’s a relief and an interesting read/action indeed.

But still, is it justifiable, this kind of thing?

 

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.