Kampus Ganesha
Comments 16

Mengumbar Mitos: Tujuh Lokasi Ajaib di ITB Kampus Ganesha

Institut Teknologi Bandung merupakan salah satu kampus terbaik di Indonesia, katanya. ITB juga memiliki kampus terkecil di Indonesia, tidak memperhitungkan kampus swasta tentunya. Kampus Ganesha namanya berada di Jalan Ganesha No. 10 (namun semuanya berubah saat si kampus ITB jatinangor menyerang). Karena kecil, bangunan di kampus ini rapat-rapat dan saling terhubung satu sama lain. Akan tetapi, hal ini justru bagus bagi 12.000 mahasiswa disini. Karena dekat, makin eratlah hubungan antar fakultas sehingga sosok yang kita lihat bukan hanya berasal dari jurusan kita sendiri.

Bangunan di ITB lumayan untuk dibuat jalan-jalan atau berfoto ria. Kemudian sebagai kampus teknologi, terdapat beberapa bangunan yang memiliki rancangan unik. Beberapa bangunan lebih terkenal dari yang lain. Bangunan ini terkenal karena ia memiliki “keajaiban” yang khusus dibanding lokasi lain. Beberapa sih bisa diamati benar-tidaknya secara langsung tetapi saya belum menemukan referensi arsitektur yang pasti. Entah itu hanya mitos atau urban legend. Akan tetapi, sebagai anak ITB saya sih percaya-percaya saja.

Mari kita bahas satu per satu, dari depan ke belakang kampus Ganesha ITB.


Masjid Salman

Masjid Salman merupakan titik terselatan dan baling belakang dalam rangkaian Kampus Ganesha ITB di Jalan Ganesha. Masjid Salman adalah masjid kampus pertama di Indonesia. Nama “Salman” sendiri diambil dari nama sahabat rasulullah Salman Al Farisi yang merupakan seorang insinyur dari persia. Nama ini disematkan oleh Presiden Soekarno sendiri.

Ada keunikan Masjid Salman dibanding masjid pada umumnya. Yang paling kentara adalah ketiadaan kubah di atas masjid ini. Bagi Anda anak baru mungkin agak sulit menemukan masjid ini pada saat pertama kali.

Masjid ini juga tidak memiliki tiang penyangga di tengahnya. Ruang utama masjid berupa ruang besar berlantai kayu yang hanya disangga oleh dinding-dinding berpintu kayu di sekitarnya. Masjid Salman merupakan masjid pertama di Indonesia yang menggunakan struktur seperti ini. Dan yang paling penting, tentu saja, ini bukan mitos.


Gerbang Depan

Ya, gerbang depan ITB merupakan salah satu lokasi ajaib. Lebih tepatnya bunga Petrea volubilis yang mengerubungi kedua gerbang depan tersebut. Bunga ini berbunga sekitar bulan Juni-September dan bermekaran paling lebatnya pada bulan Agustus tepat pada saat masa mulai tahun ajaran baru. Kalau sudah Agustus, terdapat pula bunga lain berwarna oranye yang mekar di sela-sela bunga ungu. Seolah-olah bunga-bunga ini hidup untuk menyambut mahasiswa-mahasiswa baru yang akan menghabiskan empat tahun hidupnya di kampus ganesha ini nantinya.

Mitos yang sering terdengar adalah bunga gerbang depan ini hanya berbunga pada saat bulan Agustus atau bulan dimana mahasiswa baru datang. Ini hanyalah mitos karena bunga disini berbunga hampir sepanjang tahun. Sebagai contoh, foto di atas diambil pada awal bulan Mei. Hanya saja biasanya bunganya sangat sedikit. Pada bulan Juni-September bunga gerbang depan ini bermekaran hingga puncak.


Plaza Widya Nusantara

Tempat ini berada di tengah-tengah ITB. Selayaknya tempat di tengah sebuah tempat sehistoris ITB, banyak sekali yang bisa dilihat atau bisa dibilang “ajaib” disini.

Plaza Widya Nusantara di antara empat labtek yang kembar dan dinamai labtek kembar. Seperti namanya, keempat labtek ini memang kembar dan pencerminan satu sama lain, mirip meskipun tidak identik 100%. Dibangun pada akhir abad 20, rencana awal pembangunana adalah delapan labtek kembar. Namun, karena kurang dana jumlah pembangunan dikurangi menjadi empat. Meskpun begitu, empat labtek kembar ini memiliki “saudara perempuan” yakni Labtek 9 (Labtek Geologi Planologi, Geodesi, dan Arsitektur) di tenggara ITB. Labtek 9 memang mirip empat labtek karena dibangun dari sisa dana pembangunannya.  Empat labtek ini adalah bangunan satu-satunya (atau empat-empatnya?) yang sudah memiliki nama berupa nama orang.

Plaza Widya atau sering disebut plawid merupakan daerah air mancur dan kanal air. Di tengah plawid terdapat kolam air mancur yang diberi nama Indonesia Tenggelam atau intel. Kolam ini dinamai demikian karena terdapat peta Indonesia yang tenggelam di dasar kolam. Dari tengah peta Indonesia, terdapat air mancur utama yang menyemburkan air ke ketinggian dua sampai tiga meter. Di atas titik kota Bandung, terdapat pula air mancur kecil yang menyembur air lebih rendah. Akan tetapi, sekarang air mancur kedua ini tiada daya dan menyemburkan gelembung saja. Mungkin karena pipa semburnya sudah hilang. Mungkin pipa sembur air mancur kedua rusak gara-gara ada badan manusia yang terbang ke arahnya. Intel dulu memang tempat yang sering dimanfaatkan mahasiswa untuk “merayakan” hari ulang tahun temannya. Sayangnya, ritual ini dilarang oleh pihak rektorat setelah lembaga K3L – Kebersihan, Keamanan, dan Kesehatan Lingkungan muncul di ITB.

Bahkan Dulu Intel Dijadikan Kolam Renang Gratis Favorit Anak-anak

Di dekat intel, terdapat monumen persahabatan dengan relief berbunyi “Sekali Teman Tetap Teman”. Monumen ini sudah saya singgung sedikit pada artikel The Friendship Monument. Konon katanya, jika sepasang kekasih  menyatakan cintanya di monumen ini, cinta mereka tidak akan tumbuh dan keduanya akan selalu menjadi teman selamanya. Friendzone! (becanda gan ^^v)

Di sekitar intel, terdapat relief yang menunjukkan arah mata angin dan jurusan setiap jurusan yang ada di ITB. Maksudnya program studi ini ada di arah mana, program studi ini dimana. Lihat pada gambar di atas dan di bawah. Keramik hitam yang mengelingi Intel ini adalah penunjuk arah jurusan tersebut. Tentu saja tidak semua jurusan tertulis di sini, hanya jurusan yang sudah ada saat plawid dibangun yang muncul di peta jurusan ini renovasi intel dan pembangunan relief ini tahun 2006/2007 yang muncul di peta jurusan ini.

Oh ya, pada waktu-waktu tertentu, di atas air mancur Indonesia Tenggelam ini muncul fenomena difraksi cahaya. Artinya, ada pelangi yang muncul di atas air mancurnya. Menambah keajaiban daerah Plaza Widya Nusantara ini.

Keajaiban Plawid belum habis. Selain adanya peta indonesia di dasar kolam Indonesia Tenggelam, terdapat pula adalah dua kanal aneh yang berhubungan dengan Intel ke utara dan ke selatan. Di dasar kanal ini terdapat titik-titik berwarna yang susunannya sekilas tidak beraturan. Titik-titik ini adalah partitur lagu Indonesia Raya. Seperti partitur, posisi keramik titik berwarna melambangkan nada dan pemisahan keramik dalam rentang tertentu melambangkan birama. Sayang saya belum selesai memecahkan bagaimana cara membaca partitur tersebut. [jangankan yang di kolam, yang di kertas saja nggak mudeng] Seperti layaknya orgel (music box), jika kanal ini dimainkan akan muncul klentingan Indonesia Raya. Saya ingin sekali menyelidiki kebenaran hal ini.

Wah banyak sekali yang aneh di Plawid, terus mitosnya apa? Hmm… Sampai saat ini semua yang dikatakan di atas adalah benar. Keajaiban yang partitur juga tampaknya benar karena saya sedang mencoba memecahkan cara membacanya. Nah, yang menjadi mitos di daerah plawid adalah satu bangunan yang bernama Tugu Soekarno yang merupakan tugu peresmian ITB oleh Presiden Sokarno pada Maret 1959. Tugu ini katanya bisa dipakai sebagai jam matahari. Artinya, kita bisa tahu sekarang jam berapa selama hari itu ada matahari. Berdasarkan pengamatan sekilas saya, hal ini hanyalah mitos. Kita tidak bisa tahu jam di bawah pukul 10 pagi dan di atas pukul 2 petang. Sinar matahari akan tertutup oleh bangunan di sekitarnya. Kemudian, jam matahari itu biasanya mengandalkan panjang bayangan, bukan posisi banyangan terhadap lingkaran seperti jam dinding biasa. Akan tetapi, mungkin hal ini butuh pengamatan yang lebih berkelanjutan.


Titik Gema

Tepat di utara plawid terdapat tempat yang dinamai DPR ~ di bawah pohon rindang. Ya, memang tempat ini dikelilingi oleh pepohonan hijau dan biasa dijadikan tempat bersantai. DPR berbentuk seperti dua lingkaran. Ubinnya pun mengatakan demikian.

Yang ajaib di DPR adalah adalah adanya dua titik biru di tengah lingkaran tersebut. Dua titik tersebut katanya adalah titik gema. Jika Anda berdiri di atas titik tersebut kemudian berteriak ke arah tertentu, Anda akan mendapat gema dari teriakan kamu. Padahal itu di ruang terbuka loh, kok bisa ya?

Sebenarnya ini adalah cuma mitos.  Benar sih, tetapi istilah titik gema disini kurang tepat. Ingat kan di fisika SMP dulu ada dua jenis suara pantulan. Titik gaung mungkin adalah istilah yang lebih tepat. Saya sudah pernah mencobanya dan memang terdengar gaung pantulan dari teriakannya. Suara yang kita keluarkan seperti membesar. Akan tetapi, tidak disarankan mencoba gaung disini di saat ramai orang. Kalo nggak malu nggak apa-apa sih.

Selain di DPR, terdapat satu buah titik gaung lagi yang cenderung indoor. Tempatnya di selasar arsitektur ITB, di dekat gerbang depan sebelah timur. Kalau yang ini saya belum pernah mencobanya. Titik birunya juga sepertinya sudah hilang. Untuk analisis mengenai titik gaung ITB ini silakan amati dokumen berikut yang disusun oleh Yuniar Gitta Pratama dalam mata kuliah Akustik.


Labtek Biru

Sedikit ke utara lagi kita bisa mendapati gedung yang mencolok dengan warna birunya. Labtek biru namanya. [ya iya lah ya…] Nama aslinya sih Labtek XI. Labtek ini memiliki dua bagian kiri-kanan yang kembar. Susunan labtek biru membuat seolah-olah ia merupakan bangunan berbentuk trapesium. Labtek biru ini banyak memanfaatkan konstruksi segitiga, yang kata orang sipil enteng tapi kuat, sebagai penyangga langit-langit dan terasnya.

Di tengah kedua gedung, terdapat gedung kecil yang menghubungkan keduanya. Gedung kecil ini juga berbentuk trapesium dilapisi kaca. Kenapa trapesium kaca? Disain ini dimaksudkan untuk memantulkan lambang separuh DNA yang ada di lantai seberangnya. Dua sisi gedung ini juga memliki patrian DNA yang sama di lantai terbukanya itu. Tangga tengah gedung ini juga melingkar seperti heliks ganda pada DNA. Dilihat dari dalam dekat tangga, ke atas, Anda akan merasa seperti di dalam virus T-4. Dilihat dari luar DNA di lantai, tangga, dan DNA di pantulan filosofinya membentuk DNA yang utuh. Ajaib kan?

Nah, mitosnya adalah katanya terdapat titik yang kita bisa melihat ketiga komponen tadi menempel menjadi satu DNA utuh. Entah benar atau tidak, saya belum nemu titiknya. Oh ya, disain aneh bin ajaib kurang kerjaan ini pernah “dirusak” loh oleh pihak rektorat. Mereka pernah sekenanya memasang jalur anti hujan di atas lantai yang ada DNA-nya tadi. Akibatnya, disain trapesium kaca gedung yang dirancang untuk memantulkan lukisan tadi jadi tidak ada gunanya. Syukurnya, sekarang kondisi labtek biru sudah menjadi sedia kala, sesuai keinginan perancangnya.


Perpustakaan Pusat

Titik paling utara kampus adalah gerbang belakang. Ya iyalah! Nggak juga kok, setelah gerbang belakang ada lagi Sabuga yang masih punya ITB, tapi kayaknya nggak termasuk kampus Ganesha, sudah beda jalan soalnya.

Ehm.. tapi bukan itu bahasan kita. Di dekat gerbang belakang, berdirilah perpustakaan pusat. Gedung perpus ini empat tingkat. Diselimuti ubin, warnanya dari dulu sangat mencolok. Dahulu ia seperti WC raksasa karena ubinnya warna biru seperti ubin toilet. Sekarang ia seperti makras ultaman dengan ubin besar-besar warna perak mengkilap.

Perpustakaan Pusat ITB Dulu Berkeramik Warna Biru

Yang paling menarik dari perpus ini ada bentuknya yang berundak-undak. Bentuk ini sengaja diciptakan sebagai perlambang buku atau tumpukan buku. Lumayan mirip sih, walaupun nggak eksak mirip. Bisa Anda lihat sendiri di dua gambar atas dan bawah, bentuk perpusnya seperti buku yang ditumpuk-tumpuk. Setidaknya itu filosofi perancangnya.

Nah, mitos yang beredar adalah kalau gedung ini dilihat dari atas dia akan terlihat seperti buku. Hey, kalau mirip mirip buku beneran (satu buah buku), bentuknya cuma kotak doang dong jadinya. Tumpukan buku boleh lah walaupun mungkin tidak semirip yang anda bayangkan. Filosofi bukanlah lukisan realis, kawan.

Sekarang Warna Perak


Kampus Ganesha

Bangunan ajaib yang terakhir adalah kampus ganesha itu sendiri. Saat merancang kampus ini, orang Belanda sudah memikirkan posisi ITB masak-masak. ITB awalnya dirancang dengan konsep simetris kiri-kanan. Sumbu tengah adalah ruang tanpa gedung. Dengan demikian Anda akan banyak mendengar gebung barat-timur di ITB misalnya CC Barat CC Timur. Agak membingungkan untuk mencari gedung bagi mahasiswa baru dan orang luar yang pertama kali masuk kesini.

Hint: jangan tertukar GKU Barat dan GKU Timur di hari pertama Anda masuk kuliah.

Dari sumbu tengah ini kita bisa melihat Gunung Tangkuban Perahu di sebelah utara dan Gunung Papandayan di sebelah selatan. Dari Monumen Kubus, Jam Gerbang Depan, Plawid, Sunken Court semua satu garis lurus hingga gunung sana. Sayangnya sekarang pemandangan Gunung Tangkuban Perahu dari gerbang depan sudah agak tertutup oleh bangunan tinggi di sebelah utara kampus (PAU, perpus).

Kemudian, konsep kampus ganesha adalah progresif. Mungkin diambil dari slogan ITB: In Harmonia Progressio. Progresif disini maksud saya adalah mode bangunan dari depan ke belakang dibuat bertahap.

Di depan kita akan mendapati bangunan kuno. Bangunan gaya lama ini memang sudah ada sejak zaman Belanda. Pertama kali waktu ITB dibangun adalah daerah ini. Kemudian, agak ke tengah kita bisa melihat beberapa bangunan sedang (tiga-empat lantai) dengan gaya semi modern. Empat lablek kembar tadi termasuk bagian yang ini. Akhirnya sampai ke belakang kita bisa mendapati bangunan mode modern. Gaya yang dipakai gaya kekinian. Selayaknya bangunan modern pula, ia bertingkat tinggi. Minimal lima lantai lah. Perpustakaan, PAU, dan BSC-B merupakan bangunan tinggi di dalam daerah ini. PAU sementara ini memegang rekor gedung tertinggi di ITB: 8 lantai. Paling utara kampus terdapat Sabuga (Sasana Budaya Ganesha) dan Saraga (Sasana Olahraga Ganesha). Dua area ini adalah area yang bisa dibilang bergaya modern, walaupun tidak berlantai banyak.

Dalam rencana pembangunan kampus ITB 2020, akan dibangun pula tiga gedung tingkat delapan di belakang kampus dan satu di sisi barat kampus. Cocok dengan gaya modern yang memang posisinya di belakang. Dengan demikian, makin mencolok lah keprogresifan bangunan di kampus ini. Keterangan lebih lanjut dapat diamati di http://jica-project.itb.ac.id.

Kampus ITB Masa Depan (Sisi Belakang)

1 Komentar

  1. Ping-balik: Mengenal Kembali ITB (Bagian 1) - mamahgajahngeblog.com

  2. Saya dr HMPK Bio’85 D3 ITB mengajar di Madrasah Aliyah 1 Sumedang,…[ceritanya hijrah dr Kemendikbud ke Kemennag] dulunya mengajar di SMA N 1 Bima NTB. Ide ceritanya bagus tuh ..namun ada tapinya lho !. apa itu ? coba anda cari literasi-dokumentasi awal bangunan2 lama sebelum muncul (menjelma) menjadi bangunan2 baru … Plaza Widya Nusantara dengan labtek kembarnya dulunya adalah lapangan sepak bola, Disebelah barat Perpustakaan ada gedung yg namanya Selullosa, Labtek biru dulunya markas (Gd. MIPA) sisi timur apakah sudah berubah ?dst ….dst …banyak yg lupa [untuk mengenang] . hanya itu aja … thank,s.

  3. Indah says

    Main main ke jurusan arsitektur dan berbincang dengan Dosen2nya untuk tahu sejarah gedung ITB.
    Untuk ruang gaung ada lagi di selasar Sunaryo, sampai sekarang masih penasaran bgmn cara membuatnya.

  4. Neneng Riana Sari says

    saya angkatan 87 kimia D3, sekarang mengajar di SMA Negeri 4 Pontianak.
    membaca tulisanmu sangat enteng dan menarik,jadi terinspirasi untuk mengajak peserta didik mengunjungi ITB untuk melihat dan membuktikan ulasanmu tadi….intinya sih pameeeer laaah ke unik kan kampus ITB….tks ya….

  5. Ping-balik: Fakta dan Data Unik Seputar ITB | onde2

  6. Jadi kangen dengan si biru perpus…
    Cara kamu bertutur menyenangkan, serasa dibawa tur oleh sahabat. Saya ambil keterangan tentang gerbang depan yang banyak bunga Petrea volubilis itu untuk novel, ya.

  7. dpa says

    Maaf itu ada yang perlu di ralat…. labtek 9 bukanlah labtek geologi melainkan labtek milik 3 jurusan..
    labtek 9a planologi, labtek 9b geodesi, labtek 9c arsitektur
    geologi ada di labtek 4…. mohon tulisannya dapat di koreksi

  8. maen kesini gara2 link di postingan pak rin, hehehe sedikit koreksi ah,

    “Tentu saja tidak semua jurusan tertulis di sini, hanya jurusan yang sudah ada saat plawid dibangun yang muncul di peta jurusan ini.”

    kurang tepat ini, arah mata angin itu hasil renovasi sekitar tahun 2006-2007an, aslinya gak ada. jd bukan ada sejak dari plawid dibangun 🙂

  9. salam bloger
    asyik banget deh artikelnya. pengen nulis tentang kampus juga sih tapi gak jadi mulu. faktor males. haha

    • Mitos yang mana? Watertap ada 70 biji karena yang nyumbang angkatan 70. Nggak bisa disebut ajaib itu mah. Saya ama sidik mau nyelidiki sih, tapi belum sempet waktunya.

      • Penyelidikan saya terhenti karena sakit perut nyobain semua air dari tiap watertap yang saya temui dulu…

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.