Pos-pos Terbaru

Kenapa Nggak Pengumuman di Facebook?

Pascasidang saat bertemu teman di jalan, mereka menanyakan hal yang sama.

“Habis sidang mas? Bijimana?”

Yah, keliatan dari bajunya sih, rapi tidak wajar.

Saat itulah saya merasakan bahwa saat orang mengucapkan “Alhamdulillah…” pada suatu progress yang kita lakukan, itu sesuatu banget (bukan ucapan selamat loh ya, tapi ucapan hamdalah). Senangnya luar biasa. Apalagi…

Ups, tapi bukan bahasan saya kali ini ya.

Salah satu dari mereka berkata seperti ini:

Ih Albed nih lo… Nggak bilang-bilang mau sidang. Pengumuman kek di Facebook.

Well.

Entah kenapa, saya merasa agak gimana gitu (mixed feeling) tentang ide mengumumkan akan sedang apa saya hari ini, besok, dan seterusnya [kok jadi judul lagu]. Walaupun itu untuk hal yang penting seperti sebuah milestone.

Okelah, memang untuk melewati suatu milestone tertentu, kerja keras saja tidak cukup. Doa adalah sangat utama. Dan doa diri sendiri seperti juga tidak cukup meyakinkan bukan? Dengan demikian, doa dari banyak orang, teman-teman dekat, khususnya yang alim-alim harus kita kejar. Kan?

Tapi kok saya tetap saja asa geli gimana gitu. Mungkin hal ini ada kaitannya dengan keintrovertan saya ya… Atau karena saya modest, xixixi… Tapi yang jelas, saya tidak merasa penting tuh update hal-hal begituan kayak “lagi makan nieh”, paling ya cuma sekali dua kali tiga kali setahun. Wong, saya make jejaring sosial cuma buat nge-junk (mostly ke pasukan SMA saya), berbagi informasi (dan spamming artikel blog), dan profiling (baca: stalking orang).

Saya juga berfikir. Kalau argumennya sidang itu penting, kenapa nggak saat mendaftar beasiswa S2 pengumuman “mau daftar monbusho nih, doakan ya kawan-kawan”, saat mendaftar CPNS pengumuman “besok ujian psikotes, doakan ya teman-teman”, saat mau melamar pengumuman “bentar lagi sms doi nih, doakan respon positif ya sahabat”.

Iya kalo setelah milestone dilewati hasilnya “diterima” [sidang diterima, beasiswa diterima, PNS diterima, tawaran taaruf diterima], kalo nggak? Udah press release, kan bingung mau jawab apa pas ditanya-tanya ntar. Kalau saya sih mending pengumuman setelah positif sukses.

No offense untuk yang melakukannya ya. Tolong cerahi saya terhadap fenomena ini jika Anda pelaku hal tersebut.

Semarak Buku Pencitraan, Kok Saya Nggak Suka

Buku Bernama Tokoh

Sumber Gambar: banyak sumber yang digabungkan. Bisa juga moto bukunya satu-satu.
Dicantumkan disini dengan semangat fair use. Hak cover adalah milik pemiliknya masing-masing.

Saat ke Gramed*a kemarin, saya menemukan banyak sekali buku-buku yang judulnya nama orang. Sayangnya, judul-judul tersebut adalah nama-nama yang orangnya masih berkeliaran sampai saat ini.

Misalnya saja di salah satu pojok toko buku, Terdapat satu buah rak cukup besar yang didedikasikan khusus untuk buku-buku ttg. seorang Dahlan Isk*n. Dahlan series mungkin. Buku-bukunya berima sekitar “Kursi Dahlan”, “Sapatau Dahlan”, “Surat Dahlan”. “Dahlan Juga Manusia”, “Dahlan Bla-bla”, dan bla-bla-bla… Jumlahnya bisa lebih dari 5 judul dan semuanya ada namanya, trust me. Mungkin sebentar lagi bakal keluar “Hidung Dahlan”, “Kaos Kaki Dahlan”, “Dahlan Rock”, dll.

Ada lagi yang bertebaran di seluruh penjuru toko (belum dikumpulkan di satu rak sepertinya), J*kowi series. Judulnya kira-kira berima seperti “J*kowi: Tokoh Perubahan”, “J*okowi: Spirit Bantaran”, “J*kowi: Dari Jualan Kursi Hingga Dua Kali Mendapatkan Kursi”. Nah, si tokoh yang satu ini bahkan sudah ada yang judulnya “Pemimpin Berjiwa Rocker”. Sesuatu banget ya?

Banyak lagi buku-buku yang menyelip di antara buku normal lain karena belum sebanyak dua “tokoh” di atas, entah itu “T*ten Masduki Panglima Domba Melawan Korupsi”, entah itu “Si Anak Singkong”, entah itu tokoh mana lah, panglima TNI mana, bla-bla… Domba? singkong? what t

Sakit saya melihatnya.

Belum juga ngapa-ngapain udah nulis sejuta biografi. Dipandang dari sisi inilah, sisi itulah. Emangnya jadi menteri udah hebat gitu. Emangnya jadi pengusaha hebat gitu. Dua kali menjabat udah hebat gitu. Nyalon gubernur hebat gitu?

Okelah hebat. Sangat hebat. Tidak semua orang bisa kan?

Tapi ya mbok, uhh… Susah saya ngomongnya. Jasa apa yang tokoh-tokoh itu berikan sehingga “perlu” ada biografinya. Saya termasuk orang yang agak geli melihat orang yang masih hidup ditulis biografinya (terutama jika orang itu pejabat dan kemungkinan berkeinginan jadi pejabat yang lebih tinggi). Apalagi kalau tidak jelas manfaat yang telah mereka kontribusikan kepada masyarakat. Tidak jelas posisi mereka dalam hati masyarakat.

Justru nggak jelas itu kan? Makanya dibuat buku.

Well. Itulah makanya saya mencap semua buku-buku itu hanya “pencitraan”. Mereka hanya ada bukunya supaya masyarakat “mengenal”. Dan kalau nanti mencalonkan diri, “elektabilitas” sudah ada.

Jika saya berhasil menjadi pejabat, berhasil bikin jalur kereta baru, dan berhasil terkenal sok galak sedikit, lalu saya dibuatkan buku yang menceritakan dari kecil betapa tegasnya saya, kreatifnya saya, bataknya saya, tidak hanya satu buku tetapi berjudul-judul, saya akan tertawa lebar terhadap penulisnya. Saya akan berkata:

Loe gila ya? Kagak ada tema buku yang lebih penting apa? Mending loe bikin novel aja, lebih bermanfaat buat dunia literatur Indonesia. Tokohnya gua nggak apa lah.

Baca Selengkapnya

Liat-liat Dulu Mbak…

Di sebuah warung tegal… Saya masuk dan mengamati makanan yang ada di etalase. Mbak penjaga warung pun bertanya:

“Makan sini, bungkus, mas?”

“Liat-liat dulu mbak…”

“Oh,”

“Nasinya satu, setengah, mas?”

“Ah nggak mbak. Cuma liat-liat dulu aja kok.”

“???”

Ah, nggak kok, nggak. Cerita di atas tidak benar-benar terjadi. Saya cuma membayangkan kok gimana ceritanya kalau frasa “liat-liat dulu” dipake di rumah makan bukan di toko.

Baca Selengkapnya

Mengurus Persyaratan Wisuda ITB

Selain lulus TA dan sidangnya, pasti banyak lagi yang harus diurus untuk persiapan wisuda. Sayangnya entah kenapa, informasi mengenai hal ini terpisah-pisah dan kalau belum dijalani ya belum tahu apa syarat administrasi sidang. Mungkin karena perihal wisuda berkaitan dengan lebih dari satu lembaga (internal kampus) jadi ya terpisah-pisah.

Disini saya ingin memaparkan sedikit apa yang saya urus menjelang wisuda ini. Hal ini hanya membahas persyaratannya saja ya (dan akan dimutakhirkan jika ada info tambahan), bukan membahas isu-isu dan urban legend mengenai wisuda itu sendiri, seperti bisa nggak uang semester nol SKS nya balik sejuta (pada Wisuda Oktober 2012 hal ini sangat simpang siur), dll. Semoga info yang saya tulis ini masih valid ketika anda membacanya (jika ada yang salah, mohon dikoreksi).

Pengumpulan Revisi

Setelah sidang, event yang dialami oleh hampir semua mahasiswa adalah menyelesaikan revisi, maksimal selama dua minggu setelah tanggal sidang. Apa yang dikumpul saat revisi? Sayangnya info ttg. hal ini suka terlambat diberitahu. Hal-hal yang dikumpul adalah:

  1. Satu buah Buku Laporan, yang telah dijilid hardcover dan disahkan oleh dosen pembimbing. Untuk ITB warna kover adalah biru dongker (nomor warnanya saya tidak tahu, mengutip bapak TU “tukang potokopiannya tahu lah“) dan warna tulisan depan emas. 
  2. CD Tugas Akhir yang isinya:
    1. Softcopy buku laporan, pdf
    2. Softcopy ringkasan TA, alias makalah, doc
    3. Poster TA, jpg
    4. Abstrak Bahasa Indonesia dan Inggris, kayaknya doc
    5. Softcopy pas photo, jpg < 90KB
    6. Program atau produk TA
    7. Buku Acuan Teknis lainnya, jika ada

Komentar masalah format: Butir 1 jelas tertulis pdf. Butir 2 dan 3 – doc dan jpg tidak tertulis, cuma kata TU. Butir 3 kayaknya boleh png, masak nggak. Ukuran poster A2 ya. Butir 4 saya nebak saja. Butir 5 jelas tertulis.  Saya tidak tahu maksud item ke-7 apa. Penamaan dan pengelompokkan seperti tidak diatur, jadi terserah.

Informasi diambil dari sumber stei.itb.ac.id/stei/survey-wisudawan/. Untuk fakultas selain STEI, mungkin bisa cek situs fakultas masing-masing atau tanya TU.

Persyaratan Administrasi

Masih dari sumber yang sama (dan sumber surat edaran pada wisuda yang bersangkutan, untuk April 2013 adalah surat edaran wisuda April 2013 nomor: 0086/I1.C07.1/PP/2013, persyaratan administrasi yang harus dilengkapi di prodi untuk dibolehkan mengalami wisuda adalah:

Baca Selengkapnya

Ketepatan Pembuat Jam

Sampai sekarang saya masih mengagumi para pembuat jam. Tentu saja yang saya maksud dengan jam adalah benda bertulisan tanda-tanda bergaris dan berangka seringnya melingkar ke satu pusat dan memiliki jarum penunjuk ke tanda tersebut dan digunakan manusia untuk mengetahui waktu sekarang relatif terhadap posisi tertentu pada rotasi bumi. Benda itu lebih dikenal dengan sebutan jam analog (jam digital tidak masuk bahasan ini, apalagi jam matahari).

Ini loh yang namanya jam.

Ini loh yang namanya jam.
[Sumber gambar: atas pintu kamar fikri]

Apa yang saya kagumi? Akurasinya. Bahasa Indonesianya ketepatan. Bahasa teknisnya mungkin besar galat yang dialami penunjuk waktu tersebut per satuan waktu.

Coba bayangkan jika jam yang Anda punya memiliki galat 0.01 detik saja (untuk setiap detiknya). Dengan kata lain, jamnya telat 0.01 detik per tiap detiknya. Silakan bayangkan…

Seperseratus detik gan! Kecil banget… Untuk membuat akurasi sebesar itu, bayangkan gimana susahnya. Anda bisa?

Akan tetapi dengan galat 0.01 detik, itu artinya terdapat 36 detik keterlambatan dalam satu jam. Artinya, dalam 24 jam (satu hari), jam yang Anda punya tersebut akan telat hingga 864 detik alias 14 menit. Dengan kata lain, seminggu sekali Anda harus mengeset ulang jam tersebut karena sudah telat lebih dari satu jam. Menyusahkan sekali bukan?

Mari tingkatkan tantangan menjadi 0.001 detik galat per detik alias seperseribu. Pasti target akurasi ini membuat kita makin botak kalau kita insinyurnya.

Dengan keterlambatan 0.001 detik (untuk setiap detik), dalam seminggu jam yang Anda punya akan telat 10 menit. Lumayan loh 10 menit, bisa-bisa terlambat kuliah dan terpaksa push up.

Saya tidak tahu bagaimana para insinyur membuat jam. Saya juga tidak tahu apakah perhitungan di atas tepat (Bisa saja Anda berargumen bahwa menyebut terlambat 1/1000 detik setiap detik itu terlalu berlebihan. Pada praktiknya, tidak mungkin setiap detik telat!). Namun pada intinya, terima kasih sekali terhadap para pembuat jam analog yang super jenius tersebut. Berkat kerja keras mereka, kita hanya perlu mengeset ulang jam sekitar setahun sekali.

Berterimakasihlah!

Statistik: Bahaya Kecanduan Tomat

92.4% kenakalan remaja dilakukan oleh remaja yang pernah makan tomat.

82.1% kriminal di penjara super ketat seluruh Amerika Serikat diketahui pernah makan tomat.

Dari sumber yang dapat dipercaya, 92.1% dari komunis kebangsaan Amerika pernah makan tomat.

84% orang yang terbunuh pada kecelakaan mobil pada tahun 1954 juga diketahui pernah makan tomat.

Pada populasi manusia yang lahir sebelum tahun 1850, terlepas dari suku, bangsa, warna, maupun kasta, dan diketahui pernah makan tomat, angka kematian mencapai 100%!

Segelintir pemakan tomat yang lahir di antara 1850 hingga hingga 1900 diketahui masih bisa bertahan hidup. Akan tetapi, pemeriksaan medis menunjukkan tulang rapuh, gerakan yang melambat, kulit mengkerut, penglihatan rusak, rambut rontok, bahkan seringkali mereka kehilangan semua giginya! Angka keselamatan bagi mereka yang lahir di antara 1900 hingga 1950 memang agak lebih tinggi, tetapi gejala efek kecanduan tomat yang mengerikan itu hanya berbeda pada tingkat keparahannya saja. Hal ini sulit diperkirakan.

Eksperimen menunjukkan bahwa jika pemakan tomat tersebut dihalangi dari candunya, tak pelak gairah mereka menyebabkan mereka beralih ke candu alternatif-misalnya  jeruk atau kentang. Jika tomat dan seluruh alternatif ini terus dihalangi dari pecandu, kematian tak terelakkan akan terjadi dalam waktu singkat.

Bagi mereka yang skeptis terhadap statistik ini, atau mereka yang tidak bisa menerima tanpa bukti yang jelas dapat melakukan eksperimen sendiri. Ambil dua lusin tomat (tomat dapat diperoleh dengan mudah beberapa blok dari sekolah, atau bahkan tumbuh di halaman belakang rumah tetangga!!). Hancurkan hingga tomat tersebut dalam keadaan seperti ketika ia masuk ke perut. Kemudian tuangkan jus keji tersebut ke dalam sebuah mangkok. Masukkan ikan mas ke dalam mangkok tersebut. Dalam waktu beberapa menit, ikan mas tersebut akan mati!

Bagi mereka yang berpendapat bahwa bisa saja yang terjadi pada ikan mas tidak akan terjadi pada manusia, dapat – dengan keputusannya sendiri – melakukan uji coba langsung dengan memasukkan kepala manusia hidup-hidup ke dalam larutan tersebut selama lima menit.

Baca Selengkapnya

Time Flash

Orang-orang mulai berdiri mematung. Beberapa memandangi jam tangannya. Ada pula yang cukup beruntung mendapati pesta di dekat rumahnya sehingga dia bisa menatap layar raksasa penghitung waktu mundur. Ada juga yang hanya duduk di dekat jendela rumah, berpegangan tangan dengan keluarga tercinta.

Detik demi detik berdenting. Semakin mendekati ke titik pergantian tahun, semakin kencang jantung berdegub. Semakin tinggi pula semangat untuk melewati malam ini. Semua orang makin antusias. Satu menit lagi!

Sementara hitungan mundur sudah mencapai satuan paling kecilnya, hal itu mulai tampak dari kejauhan. Fenomena yang kini disebut time flash. Sebuah dinding cahaya raksasa dengan beberapa pilar berkilau seperti pelangi secara acak muncul dari tanah sebelum dan sesudahnya. Dinding transparan berkilau ini membentang sampai ufuk cakrawala, memang tidak terlihat kecuali kita ada di pinggir laut, tapi setidaknya itu informasi yang ada di buku-buku teks.

Dengan cepat senter pelangi itu berlari. Jarak sejauh itu pun hanya dilalui sekejap saja. Sementara hitungan mundur sudah dapat dilakukan dengan jari dua tangan, tsunami foton misterius itu tampak seperti tepat di depan mata. Ketika puncak nol terlalui, sensasi nikmat kemenangan yang dicari oleh berbagai orang di dunia itu akhirnya menjalar ke seluruh tubuh. Ah. Menyilaukan. Sungguh tahun baru itu menyilaukan, secara harfiah.


Hmm… Saya cuma agak bingung aja kenapa banyak orang yang rela menahan kantuk demi melihat detik-detik pergantuan tahun. Kalau hal yang terjadi adalah seperti yang saya ceritakan di atas, mungkin masih dimaklumi-lah. Lah ini… Nothing happen..

Ngomong-ngomong, ada sedikit cacat dalam cerita fiksi di atas. Kalau emang time flash-nya jalan dari garis bujur ke garis bujur, harusnya detik pergantian satuan tahun tadi bisa berbeda di tiap titik dalam kota dong ya.. Bukan berdasarkan zona waktu tapi berdasarkan presisi lokasi terhadap garis bujur. Bakal susah tuh menghitungnya. ^^

Blog Kemaren Siang: Review 2012

Jadi, kemarin saya menerima review tahun 2012 dari wordpress. Tahun lalu saya belum mendapatkannya, entah karena saya masih malas blogging atau waktu itu saya belum “mendaftar”.

Banyak orang yang mempublikasi review in 2012 blognya di akhir tahun kemarin. Di laman blog reader, setidaknya saya sudah melihat 5 pos dengan gambar yang sama. Saya juga akan melakukan hal yang sama dengan mereka, tetapi dengan tambahan “caci maki” terhadap annual-report milik wordpress ini.

Oh ya, berikut teks original saat saya menekan tombol “POST A SUMMARY TO MY BLOG” pada lembar laporan tahunan tersebut. Gambar di bawah ini pastinya sudah sangat pasaran sekarang. Sudah banyak yang mengepos.


The WordPress.com stats helper monkeys prepared a 2012 annual report for this blog.

Here’s an excerpt:

4,329 films were submitted to the 2012 Cannes Film Festival. This blog had 43,000 views in 2012. If each view were a film, this blog would power 10 Film Festivals

Click here to see the complete report.


Abaikan gambar yg sudah dipos berulang-ulang di seluruh dunia di atas. Sekarang saya akan menceriwisi lembar laporan ini.

Silakan buka link laporan lengkap di atas. Sebelum itu mungkin tutup dulu semua program Anda yang lain dan pastikan laptop Anda dalam kondisi prima.

Saat halaman laporan itu terbuka, akan ada kembang api yang berkibar-kibar di layar. Kembang api ini pertama-tama kan membentuk logo wordpress. Meskipun cakep, kembang api ini sangat menyiksa komputer Anda. Ya, tidak penting dan menyiksa.

Yang ditampilkan di awal lembar laporan tahunan ini kemudian beberapa tanggal muncul satu per satu diikuti kembang api. Yah, tanggal tak jelas! Dengan load komputer yang tinggi, tiada penjelasan apapun ttg tanggal ini.

Sebagai pengguna yang tidak mungkin tahu apa yang ada di kepala progrrammer/desainer wordpress, saya cuma bisa menebak apa tanggal itu maksudnya. Mungkin hanya jenius yang bisa menebak kalau ini tanggal menunjukkan waktu pos. (kalau bagi saya sih tanggal itu bisa apa saja, bisa tanggal views signifikan naik atau tanggal saya membuka blog, walaupun memang kalau dideduksi yg paling logis adalah tanggal waktu pos) Atau orang yang cukup beruntung untuk menggerakkan mouse di kondisi kerja laptop diatas 50%, punya minat lebih untuk melihat-lihat lembar tersebut pada lingkungan laggy itu, dan punya keahlian khusus untuk membaca bahwa tombol x yang ada di kiri atas lembar laporan tersebut adalah tombol penjelas maksud dari kembang api dan tanggal tak jelas itu apa.

Tombol x untuk info? You can do better than that, wordpress…

Tidak penting. Sangat tidak penting.

Ya, itulah kesan saya setelah mendapati komputer saya kesulitan bahkan untuk membuka task manager sekalipun pada waktu itu. HELL. Tanggal random yang muncul itu tidak ada keterangan apa-apa! Tiap muncul, ada kembang api. Apa ini artinya tiap tanggal itu ada perayaan? Tiap tanggal yang muncul itu berarti tahun baru terjadi? Atau ada pencapaian tertentu di blok ini. Tidak ada penjelasan apa-apa (kecuali setelah menekan x tadi). Dan animasi busuk itu memakan hampir seluruh resource komputer!!

Annual report wordpress yang berat

Selain tampak pada gambar, beberapa kali CPU mencapai 100% dan memory mencapai lebih dari 80%.

Hanya jenius lah yang paham bahwa sebenarnya tanggal yg lewat-lewat tadi itu adalah tanggal pada saat kita mempublikasi sesuatu di blog kita. HELL! Emang itu penting jadi laporan tahunan ya… Emang saya peduli saya mengepos tanggal berapa saja, sampai di tampilkan satu-satu tanggalnya. Ditambah animasi cantik, dan tanggal itu jadi menarik gitu?

Jika memang mau mereview pos per tanggal, beri judul yg di pos di tanggal itu lah! Ikutin lewat. Jadi kita bisa semacam napak tilas: hoo, pos ini yg waktu saya gila itu… Yang ini yang bulan itu kan ya… Kalau gitu kan lebih baik dibanding cuma tanggal ganti-ganti tanpa makna yg tidak dapat diketahui pengguna awam.

Lebih jauh lagi, ada fungsi pause di atas laman itu. Saya pikir laman laporan ini akan membuat saya nostalgia dengan slide tulisan lawas saya satu per satu. Atau mengingatkan saya dengan tema blog saya terdahulu. Ternyata tidak! Cuma ada bling-bling supermasif tadi, tanggal tak jelas lewat-lewat, ditambah statistik yang biasa kita lihat di laman wp-stats. Cuma kali ini diberi animasi warna-warni di sekitarnya. Fungsi tombol pause tadi ternyata hanya mematikan gerombolan si kembang api berat tadi. Tidak lain.

-.-

What the hell is wrong with you, wordpress…

Lebih baik kalau saya diberi tips tertentu ttg blogging di tahun depan, atau tren blogging tahun ini, atau yang ngetop di blog saya tetapi bukan dari halaman wp-stats. Misal perbandingan: wooh, pengunjungmu naik 100x lipat dari awal tahun atau woh topik tentang ini paling ramai atau kok bulan sekian kamu minim pengunjung ya. Tinggal pakai learning dikit lah, perusahaan skala Auttomatic pasti bisa harusnya.

Atau setidaknya napak tilas dengan slide seperti yang saya bilang tadi lah.

Bagaimana menurutmu?


NB: Tulisan ini ditulis kemarin malam pada 31 Januari 2012. Jadi saat mengeset jadwal waktu tayang pos, agak tricky. Hampir lupa mengubah tahun posnya.

Kemana Enaknya Tahun Baru Kali Ini?

Sebelumnya perlu dicatat bahwa tahun baru tidak mengandung arti spesial apapun buat saya. Kalau ada arti spesial, ya saya usahakan buat pulang. Kalau tidak, percuma juga pulang ke rumah. Lebih dari itu, kata-kata resolusi tahun baru, dan sejenisnya tidak ada artinya bagi saya. Kalau mau resolusi, kenapa harus menunggu tahun baru?

Jika dalam sejarah saja tidak ada yang spesial tentang 1 Januari (awal mula tahun surya yg sudah diulang 2012 kali), – cih siapa sih yg punya ide untuk tahun baruan di tanggal ini dan dengan alasan apa! Apa istimewanya 1 Januari 0001! – kenapa kita harus sok heboh dengan tanggal ini.

Namun (kesampingkan filosofi), bukankah kita patut cemburu di saat orang lain berbahagia berpesta ria tetapi diri tidak punya apapun untuk memaknai momen ini? ^^v

Satu hal yang patut disebut pada ajang tahunan ini adalah momen liburannya. Semua orang memanfaatkannya entah dengan pergi jalan-jalan atau refreshing ria. Sayangnya, kata libur juga tidak ada arti spesial untuk saya saat ini. Bagaimana saya bisa membedakan even ini?

Mengenang empat tahun baru sebelumnya semenjak saya mengenyam bangku kuliah, saya menghabiskan malam tahun baru atau setidaknya hari tahun baru di tempat berbeda. Waw! Hal ini merupakan pencapaian yg luar biasa untuk orang seperti saya.

Tahun baru 2009.

Saya masih tingkat satu, masih lucu-lucunya. Seperti biasa anak tingkat satu, waktu liburan ya dimanfaatkan penuh untuk menghabiskan waktu di rumah. Rumah saya waktu itu kebetulan masih dekat. Masih tinggal di Metro, Lampung. Tentu saja, walaupun temanya liburan di rumah, fakta yang terjadi adalah tidur-tiduran di depan tivi. Paling pol ya jalan ke taman kota melihat keramaian yang tidak jelas itu. Lihat jedar-jeder merecon murahan. Lebih ramaian malam lebaran juga. Tapi lumayan lah.

Tahun baru 2010.

Tingkat dua awal. Banyak tubes. Kebetulan waktu itu ada tugas besar Algoritma Struktur Data yang menuntut saya dan kebanyakan mahasiswa STEI lain untuk tidak pulang kampung cepat. Akan tetapi, transisi tahun waktu itu saya alami sedikit “sukses”. Saya  jalan-jalan! Wow…

Saya diajak geng Unit Budaya Lampung, spesifiknya Rizky Alfian, Raditya, dan Noura ke rumah pamannya Radit. Tempatnya ke arah Pangalengan sana, sekitar 2 jam dari Bandung. Nama lokasinya saya lupa. Kami kesana dengan naik motor. Menginap disana dan memaksakan diri “bangun” sesaat sebelum detik mengubah tahun. Pemandangan kota dari atas bukit waktu itu lumayan menarik. Dentum dan warna warni kembang api dari berbagai titik di kota cukup mengusir rasa kantuk.

Kami memutuskan untuk menghentikan jalan malam sejam kemudian untuk menghindari risiko bertemu orang mabuk-mabukan. Di desa seperti itu katanya banyak.

Esoknya kami pun memutuskan untuk jalan-jalan. Entah bagaimana, kami memutuskan untuk ke wisata (*saya lupa namanya*). Pokoknya ada pemandian air panas dan bukitnya. Yang ternyata setelah dikunjungi sangat tidak sesuai dengan ekspektasi. Menjijikkan.Kami pun memutuskan untuk naik gunung bukit. Efeknya, saat pulang saya demam, gemetar hebat, dan seperti hipotermia. Mungkin karena kami naik bukit tanpa persiapan-lah penyebabnya. Kami hanya pakai sendal jepit biasa. Kemudian, turun bukit lebih dari setengah jam diguyur hujan lebat mungkin sedikit memicu. Dan, mengendarai motor selama hampir dua jam dalam kondisi deman-lelah-hujan juga memberikan sedikit efek.

Atau bisa jadi memang sayanya yang lemah dalam aktivitas fisik. Hmmm… Walaupun hasil akhirnya adalah penurunan daya tahan tubuh secara drastis, perjalanan tersebut cukup mengesankan.

Tahun baru 2011.

Tahun baru ini lebih asyik lagi. Saya pulang ke rumah, tapi kali ini di Tanjung Balai, Sumatera Utara. Rumah saya sudah pindah kesana.

Karena kedatangan saya ke Tanjung adalah pertama dari 10 tahun kebelakang, saya pun diajak keluarga untuk mengunjungi Danau Toba. Memang tidak bermalam-tahun-baru di sana sih. Malam tahun baru saya habiskan untuk tidur awal, dan bangun sedikit setelah lonceng pergantian tahun berbunyi untuk berangkat ke danau terbesar di Indonesia it.

Enam jam dari Tanjung Balai, Rantau Parapat dan Tanjung Balai memang seindah rumor yang beredar. Tahun baru ini menjadi tahun baru paling mengesankan dari tahun-tahun baru empat tahun belakang. Hari tahun baru ini ditutup dengan kemacetan tujuh jam di sekitar kota Parapat dan diwarnai oleh hujan deras.

Tahun baru 2012.

Sepertinya keberuntungan tahun baru saya habis terpakai oleh tahun baru sebelumnya. Meskipun di tempat berbeda dari tiga tempat sebelumnya, tahun baru kali ini tidak begitu mengesankan. Tempat keempat: kosan.

Seperti laiknya anak tingkat empat, tahun barunya dihabiskan untuk satu hal: mengejar deadline Tugas Akhir dan Seminar I. Awal tahun akan dihabiskan untuk menyiapkan presentasi seminar.

Sebosan kedengarannya, tahun baru 2012 ini tidak menyisakan bekas apapun di jaringan neuron-neuron saya. Saya perlu mereka urutan tahun baru sebelumnya untuk memastikan bahwa tahun baru 2012 ini saya tidak melakukan apa-apa.


Tahun baru 2013.

Tahun baru ini, status saya tidak berubah dari tahun lalu. Masih mahasiswa tingkat akhir. “Liburan” cukup tidak berarti bagi saya (dan beberapa teman, yg sudah lulus sekalipun). Toh yang dikerjakan tiap hari pada saat “hari kerja” dan “hari libur” tetap sama.

Apakah tahun baru 2013 ini akan bernasip sama seperti tahun baru 2012? Apakah tiduran di kosan memang cara terbaik? Melihat dunia baru pasca kiamat (post apocalypse) sepertinya cukup mengesankan. Memandang  wajah baru bumi yang diselimuti air bah dari atas bahtera nuh ultra modern juga sepertinya tidak begitu buruk. Hanya saja, bangsa maya dan Roland Emmerich kurang tepat dalam prediksi mereka sehingga saya harus terkungkung di kamar menulis artikel ini.

Emangnya seburuk itu, nggak kan? Toh, malam tahun baru ini diisi oleh hujan. Sepertinya semua warga di Bandung akan merasakan nasib yang sama dengan saya.

Pertanyaan selanjutnya adalah “bagaimana dengan besok?”. Asyiknya, kemana ya…

Selamat Datang Nyamuk. Selamat Datang Jerawat.

Dua hal yang sudah lama tak saya jumpai beberapa tahun belakangan: nyamuk dan jerawat. Entah kenapa dua objek yang banyak dijauhi orang tersebut kembali menghantui saya di akhir tahun ini. Kenapa ya?

Nyamuk.

Bandung, seperti yang diketahui semua orang, adalah kota dataran tinggi dan beriklim dingin. Ada mitos bahwa nyamuk tidak bisa hidup setelah ketinggian tertentu [Al Gore, An Inconvenient Truth]. Memang tidak ada bukti bahwa nyamuk tidak bisa hidup di daerah dataran tinggi atau daerah dingin [1][2]. Bahkan ada studi yang membuktikan bahwa mitos itu salah[3]. Akan tetapi, saya hampir tidak pernah menemui nyamuk dalam 4 tahun belakang ini. Setidaknya di sekitar daerah tempat saya tinggal. Hmm…

Akhir-akhir ini, Bandung sering mengalami curah hujan yang cukup tinggi. Tidak jarang (baca: 99 dari 100 hujan) menyebabkan banjir di beberapa daerah. Sebut saja depan kosan saya.

Pemerintah (baca: Kadin Pengairan Bandung) sih bilangnya “drainase sudah baik, hanya curah hujannya yang tinggi, jadi tak tertampung di drainase“. Err… Dengan definisi curah hujan tak tertampuk drainase, itu artinya drainase buruk pak. [tepuk jidat] Saya setuju dengan Pak Dada yang mengatakan bahwa “siapa saja yang mengatakan drainase buruk, saya menyatakan setuju buruk![4] Heh, tautologi. Now what, sir?

Ehm, kembali ke topik. Mungkin karena banjir inilah nyamuk menjadi punya motivasi sarana untuk memperbanyak koloni dan berani melakukan penyerangan terhadap manusia. Banjir -> genangan air -> nyamuk berjaya. Tapi, emangnya bertambah begitu banyakkah genangan air di Bandung? Perasaan tinggi selokan sama saja kok. Jalan memang banyak bolong, tapi kayaknya dari dulu juga gitu.

Sekarang setiap buka jendela pasti banyak nyamuk terbang-terbang. Kalau tidur malam, lampu mati, dan laptop masih menyala, mereka suka bermain di depan layar. Huh, mengotori layar saja (sasaran empuk untuk dipites). Pagi-pagi pun sekarang bisa digigit nyamuk. Hmm… Lama-lama kesel juga sama mahluk ini. Sepertinya memang harus ada rencana preemptive untuk menghalangi mereka mengusai dunia. Toh, jika nyamuk dimusnahkan dari muka bumi, ekologi tidak akan terganggu [5].

Baca Selengkapnya

Mimpi Membeku

11 April
Upacara penyambutan siswa baru
Aku jatuh cinta pada pandangan pertama
Memang dia tidak seberapa keren,
cuma sepertinya dia tipeku

12 April
Mengejutkan sekali
Bangkuku tepat berada di belakangnya
Dia sedang asyik ngobrol dengan teman sebelahnya

Malam itulah terpikir olehku
Bagaimana kalau aku pura-pura hilang ingatan
Mungkin dengan begitu dia akan tertarik padaku

13 April
Aku meminta beberapa teman SMPku
supaya pura-pura tidak mengenalku

14 April
Setelah jam BK dia berbalik badan melihatku
Dan bertanya “namamu siapa?” “dari SMP mana?”
Aku hanya memberitahu namaku
Dari SMP mana aku tidak ingat, kataku
Sesuai dugaan, wajahnya tampak bingung
Aku pun menambahkan kalau aku tidak punya ingatan masa lalu
Semenjak itu, dia memandangku berbeda
Rencana berhasil!

31 April
Sekarang hari minggu
Untuk membantu mengembalikan ingatanku,
dia mengajakku jalan ke tempat-tempat penting di kota
Ingat sesuatu? Dia bertanya
Aku hanya menggeleng kepala
Tentu saja sebenarnya aku tahu semua tempat itu

9 Mei
Aku kebingungan saat aku mengecek buka harianku
Katanya aku keliling kota dengannya kemarin
Tapi ingatan itu, sama sekali tidak ada di kepalaku

16 Mei
Aku membuka buku harianku lagi
Dan katanya aku keliling kota dengannya kemarin
Sepertinya begitu, tetapi…
Entahlah, tidak bisa kuingat

31 Mei
Setelah sekolah,
“Sudah bisa ingat sesuatu sekarang?”
Dia kembali bertanya
Tidak, hanya itu jawabku

4 Juni
Dia mengajakku berkunjung ke kuil
Untuk berdoa supaya ingatanku cepat kembali
Aku sih sudah bosan pergi kesana sejak kecil
Tapi kalau sama dia, tidak apalah kesana lagi, pikirku

6 Juni
Kubaca buku harian tentang kemarin
Sepertinya aku pergi ke Kuil Meiji dengannya
Kami mencoba kertas ramalan
Dia mendapat peruntungan terbaik dan aku terburuk
Kami pun bertukar kertas sesuai usulnya
Tapi memangnya hal itu bisa mengubah sesuatu? Aku tidak yakin

10 Juni
Ponselku berdering
Nomor tidak dikenal
Tetape entah kenapa, aku merasa perlu menjawabnya
Ketika aku angkat, terdengar suara wanita persis seperti suaraku
Dan dia bertanya kepadaku
“Kamu siapa?”

13 Juni
Lagi-lagi kemarin aku keliling kota dengannya
Hal yang tak kuingat
Seolah-olah, ada sosok diriku yang lain di luar sana

20 Juni
Sepertinya aku kegirangan karena makan kari kelapa bersamanya kemarin
Hal yang tak pernah kulakukan
Ya ampun, siapa gerangan yang akrab sekali dengannya itu…

24 Juni
Gadis yang tak kukenal tiba-tiba menghampiriku dan berkata
“Kalian serasi sekali ya”
Apa maksud perkataan orang itu tadi?
Aku tidak tahu… Tidak tahu…

25 Juni
Ponselku berdering lagi
Telepon dari diriku
“Kau menggangguku, enyahlah…”
Aku berteriak memohon kepadanya
Kemudian
“Yang palsu itu kamu…”, dia menjawabku
Palsu apa?
Kenapa aku bisa terlibat di situasi aneh macam ini?
Padahal aku cuma ingin dekat dengannya…
Padahal cuma itu…

30 Juni
Aku tidak bisa konsentrasi di kelas
Aku ingin sekali berbicara dengannya yang duduk di depanku
Siapa orang yang selalu kau temui?

31 Juni
Ketika aku kembali ke rumah, ibuku menyambut dengan muka pucat
“Bukannya kamu tadi sedang makan di dalam…”
Sekarang, aku bahkan tidak punya tempat untuk pulang
Aku pun lari keluar

Ini semua dimulai karena kebohongan tentang aku hilang ingatan
Semua karena itu!
Seharusnya aku tidak berbohong seperti itu
Seharusnya…
Kini aku menghilang dari semua orang yang kukenal

Maaf atas kebohonganku… Maafkan aku…
Maafkan aku… Maafkan aku…
Maafkan aku…

Esoknya ketika aku bangun,
seorang wanita memakai mic dan headset sedang menatapku
Dan berkata
“Terdapat bug di dalam sistem”

Jun Maeda × Yanagi Nagi
終わりの惑星のLoveSong
Kouru Yume (凍る夢)

Kemacetan Lorong Selasar Fisika di Tengah Rintik Hujan

Sore kemarin, 10 Desember 2012, seperti biasanya hujan turun rintik-rintik. Terlihat dari lantai dua Labtek V pemandangan hijau asri basah-basah sekitar Campus Center ITB. Akan tetapi, ada yang lain dari pemandangan tersebut. Jumlah pengguna payung yang tidak biasa berjalan hilir mudik di lorong dan jalur kendaraan CC Barat itu. Keren! Entah, seperti melihat pemandangan di universitas di luar negeri saja, pikirku waktu itu.

Aku pun menuju lorong selasar fisika tersebut. Bukan karena pemandangan tadi sih, emang mau pulang dan jalur bebas hujannya lewat situ. Dari dekat kejanggalan pemandangan makin jelas. Terdapat keramaian yang sangat tidak biasa disana. Bagaimana ramainya? Pernah mudik naik kereta atau kapal laut? Di lorongnya penuh sesak oleh manusia sampai berputar pun susah bukan? Nah seperti itu…

Pasar?

Dilihat dari jauh, banyak yg pakai payung, keren loh… Kayak bukan Indonesia saja.

Gilak! Jarak 1 meter aja susah geraknya. Masih ada 5 meter ke depan untuk dilalui dan lautan manusia menghadang. Mau lewat jalan raya sebelah, masih gerimis.

Lautan Manusia

Cem mau antri masuk kapal aja

Ada apa gerangan?

Aku juga tidak tahu. Antri sembako? Atau mungkin pada panik mau pulang, hujan soalnya. (loh?) Tentu saja bukan sepertinya.

Alasan paling masuk akal adalah pengumuman nilai Ujian Tengah Semester MK Fisika. Niat banget yah mereka, hujan-hujan kemari. Rela sempit-sempitan disini demi menjadi saksi pertama atas perjuangan UTS mingguan mereka. Emangnya waktu saya dulu TPB kayak gini juga gitu ya. Dulu saya agak tidak antusias melihat nilai, perasaan.

Hujan tak memadamkan semangat mereka ‘tuk melihat nilai

Karena semakin susah dilewati, akhirnya saya menyerah. Beralihlah saya ke jalur jalan raya yang ternyata tidak begitu buruk juga. Hujannya hanya membuat segar saja. Lumayan, view dari luar juga lebih bagus dan leluasa untuk foto-foto dibanding di dalam.

Bagaimana Anda dulu saat menerima hasil ujian UTS TPB? Begini jugakah?

Renjana Menjadi Dosen

Kalau saya jadi dosen, kok kepikirannya cuma dosen ITB ya. Kalau di tempat lain tidak ada renjana (passion) sama sekali. Tidak tertarik. Kalau di ITB masih ada sedikit semangat lah. Kenapa ya? Arogansi universitas? Hmm… ITB juga menargetkan memiliki 6000 dosen di 2020 [citation needed]. Wow, masih banyak kesempatan (walaupun target yg aneh kalau saya bilang bila kita melihat jumlah dosen yg diterima setiap tahunnya di institut ini).

Ya, menjadi dosen sepertinya selalu menjadi alternatif solusi bagi “pilihan hidup”. Ketika orang menanyakan, “habis lulus mau ngapain?”. Terus diikuti dosen “gimana kalau jadi dosen?”.

Hmm… Yah itu, kalaupun jadi dosen mungkin cuma niat yg di ITB aja deh. Arogansi? Sepertinya bukan lah (sepertinya). Sudah empat tahun disini tentu saja sudah merasakan kampus sendiri sebagai rumah. Seperti kata lagu itu, “Kampusku rumahku”. Sudah nyaman lah dengan segala kondisi dan lingkungannya.

Ngomong-ngomong tentang jadi dosen, kalau jadi dosen, saya ingin jadi seperti Pak Budi Raharjo. Pak Budi ini memang masih jadi dosen idola nomor satu saya. Mohon maaf dulu untuk Bu Ayu dan Pak Rin yang juga favorit saya tetapi belum menempati posisi teratas. 😀

Kata Pak Budi, beliau mengajar sebagai hobi. Cuma untuk mengenal anak muda jaman sekarang dan berbagi pengalaman dengan mereka. Keren yak! Bisnisman dengan hobi dosen. Beliau tidak berpenghasilan dari dosen itu. Kabarnya gajinya tidak diambil. Ya, namanya juga sambilan. Kemudian, cara mengajar beliau tidak kaku. Santai, ramah, dan membuka pikiran. Seringkali, beliau mengajar dengan memakai kaos pegawai gitu. Walaupun bos, tampilannya sederhana.

Keren kan? Daripada jadi dosen yang cuma formalitas dan membuat mahasiswa males datang kuliah. Kuliah Pak Budi selalu menarik dan mahasiswa merasa rugi jika tidak datang. Pengetahuan yang diberikan selalu sangat menarik. Namun, sepertinya susah jadi dosen seperti itu. Gak kepikiran saya caranya gimana. Tidak terbayang juga jika saya jadi dosen bisa tidak jadi dosen dengan jiwa mengajar. Hmm… Sekarang jadi guru SMP saja (baru 4 bulan) sudah lumayan penat. Nggak pingin-pingin lagi dah. Tapi jadi dosen ITB, hmmm.. Masih bisa dipertimbangkan mungkin.

Yah gitulah, hanya rubrik “what if I become” di blog ini. Belum ada rencana untuk jadi dosen juga. Masih ingin jadi entreprenur atau kerja di luar negeri. Kalau ngomong ginian, jadi inget kartun yg ini deh. Nilai saya agak lumayan bagus soalnya… Hehe, 🙂

Sumber: foto linimasa page DrEaMeRs

Efek Buruk Qurban

Hari raya qurban sudah beberapa hari berlalu. Kambing-kambing dan sapi-sapi telah dipotong. Daging-daging telah dibagikan ke rumah-rumah warga. Sebagian malah sudah disate dan disop. Kini keadaan telah kembali ke hari-hari biasa. Hingar bingar Idul Adha sudah mulai redup. Yang tinggal kini adalah menunggu para jemaah haji pulang dari negeri para nabi.

Sebelum masuk ke artikel ini, Anda pasti bertanya-tanya tentang judul pada artikel ini. Mana mungkin Idul Qurban ada efek buruknya? Penasaran Anda klik juga tautan ke artikel ini. Iya kan?

Oke lanjut. Di cisitu, pelaksanaan pemotongan hewan kurban adalah di gang Cisitu Lama 5. Tepatnya adalah lapangan futsal di samping GOR Bulu Tangkis. Hewan yang dipotong disini kurang lebih ada 20an. Jumlah tepatnya saya tidak tahu. Yang jelas, malam sebelum mereka dibantai, saya melihat ada setidaknya 5 sapi dan belasan kambing diikat disana.

Mari percepat waktu ke dua sampai lima hari kemudian. Gang 5 di dekat lapangan ini adalah jalan yang paling saya hindari. Kenapa? Karena bau bangkai dan darah sangat menyengat disana. Sekali lewat masih bisa tahan. Dua kali agak menahan muntah. Tiga kali tidak kuat. Akhirnya saya beralih jalur ke gang 4 kalau mau salat wajib di Masid Ar-Rohim di ujung Gang 5. Herannya, ada beberapa orang/anak warga sekitar yang masih duduk-duduk di kanopi lapangan futsal. Kok tahan ya…

Ya itulah, efek buruk yang saya maksud. Tidak ada yg istimewa bukan. Hey, itu bahkan bukan efek buruk Idul Qurban itu sendiri. Cuma keteledoran warga yang tidak terlalu rapi membereskan TKP setelah hajat dilaksanakan hingga mengganggu pejalan kaki. Plus hujan yang tak kunjung datang untuk membereskan segala jejak darah yang masih menempel di permukaan tanah.

Sekitar seminggu kemudian, suasana (baca: aroma) lapangan ini kembali ke aroma segar berdebu seperti biasa. Kebetulan juga malam sebelumnya ada sedikit hujan yang bersedia mampir. Dengan ini, tuntas sudah suasana Idul Qurban yang sangat sosial tersebut.

National Blogger’s Day / Hari Blogger Nasional

Do you know that in Indonesia there is a day called “National Blogger’s Day”. That day is celebrated at October 27th. I myself know about this fact just recently. This day was established by The Minister of Communication and Information, Mr M. Nuh on 2007. This is the party day for every blogger in the country.

By the way, why the hell Mr. Nuh came up with such a day? I don’t have any idea. Maybe, because he was in charge of national’s communication and information and blog is an integral media of Internet. Or he wanted to encouraged Indonesia’s citizens to sharpen their writing skill. Considering human nature to share things they have, blogging is the perfect place for it (contrary to social network I think).

I don’t really consider this is a special day. After all, this is the first time I heard it. I do not prepare anything for the day, nor I hear any significant news or celebration of the day. October 27th passed just like that with weeks with empty post in it. Well, at that time, the owners just at his lower point of laziness it seems. Actually, he knows about the existence of the blogger’s day earlier at beginning of the month when some community don’t know why invited him to an event about blog and youngster. The invitation said that blogger’s day is October 5th (in fact, later I know it’s 27th). The invitation did not go well, so.. Forget it.

Nevertheless, Happy National Blogger’s Day to you all.

Do you have such a day in your country? Share with me!


Tahukah Anda? Tanggal 27 Oktober adalah Hari Blogger Nasional. Saya juga baru tahu keberadaan hari ini. Hari ini dicanangkan oleh Menteri Komunikasi dan Informasi, Bapak M. Nuh, pada tahun 2007. Hari dimana para blogger berpesta ria.

Ngomong-ngomong, ngapain Pak Nuh ngadain hari blogger nasional segala ya. Mungkin karena blog adalah media integral dari Komunikasi dan Informasi kali ya. Internet. Atau juga untuk mendorong warga supaya rajin berkarya lewat tulisan. Mengingat sifat alami manusia untuk saling berbagi pikiran, blog adalah sarana yang paling tepat (dibanding jejaring sosial tentunya).

Karena saya baru tahu ttg keberadaan hari ini, saya tidak terlalu menganggap hari ini istimewa. Tidak mempersiapkan apa-apa. Pada saat 27 Oktober terlewat pun, tulisan di blog ini masih tertinggal beberapa minggu. Penulisnya lagi malas sepertinya. Sebenarnya dia sudah tahu dari awal bulan sih, saat ada sebuah komunitas yg entah mengapa mengundangnya dalam sebuah acara tentang blog. Kata si pengundang dulu hari blogger itu tanggal 5 Oktober (yang ternyata tanggal 27). Undangan itu tidak berlangsung lancar jadi, oke lah…

Yah, meskipun begitu, Selamat Hari Blogger Nasional aja deh.