Awal Ramadhan 1434H ini, di lokasi baliho pelataran parkir Masjid Salman ada yang sedikit berbeda. Lokasi baliho itu memuat 3 spot baliho yang berjejer secara menempel. Biasanya, masing-masing slot punya baliho sendiri. Kali ini hanya ada satu baliho yang ukurannya super besar menguasai seluruh tiang baliho tersebut. Wow, kalau baliho standar ukurannya 3 m x 5,3 m (perbandingan 9:16, kayak smartphone), berarti baliho raksasa itu ukurannya 9 m x 5,3 m.
Namun, yang saya agak sayangkan adalah disain balihonya itu, AGG (Agak Gimana Gitu). Ornamennya sih bagus, tapi layout dan tulisannya itu. Susah dibaca, kecil-kecil, dan fontnya aneh. Papyrus, yg emang font kecil kriwil-kriwil. Lalu, ada area putih yang tidak terpakai yang semestinya bisa dimanfaatkan untuk mengoptimalkan ukuran tulisan biar bisa dibaca. Hmm… Setidaknya itu menurut saya loh. Maaf.
Berikut potret baliho raksasa tersebut.
White area yang saya bilang adalah bagian bawah baliho (liat gambar di atas). Mungkin pikir disainernya karena terlalu bawah jadi bagian itu kurang terlihat. Well, sayangnya ini baliho kan tepat di samping jalur pejalan kaki. Jadi justru yang paling terlihat karena selevel dengan kepala pejalan kaki adalah bagian bawah baliho. Jadi ya putih doang. Hmm…
Dan font-nya itu loh, kok milih yang itu gitu. Biar necis?? Nggak ada yang lain apa?
Oleh karena itu, karena saya baik iseng saya pun ingin membuat gubahan dari baliho di atas. Disain baru yang punya ukuran dan jenis huruf lebih terbaca, susunan layout yang mementingkan tanggal dan prioritas acara, dan ruang yang termanfaatkan semua. Hasilnya adalah desain baliho di bawah.
Perlu dicatat bahwa saya bukan disainer dan tidak pernah mengambil mata kuliah disain komunikasi visual atau per-layout-an. Jadi mungkin disain di bawah bukan solusi terbaik. Saran dan kritik terpedas saya tunggu.
Disain di atas menggunakan huruf yang mudah dibaca (Moolboran dan Segoe UI) dan ukurannya besar. Acara yang lebih prioritas karena mengundang pembicara keren, saya letakkan di kiri baliho dengan ukuran yang lebih besar. Yang kurang penting dan obvious saya taruh paling kanan dan kecil.
Beberapa kata yang tidak penting, bertele-tele, saya hapus. Misalnya “bertempat di“, “mari rayakan“, “mempersembahkan“, “menghadirkan“, “sampai selesai” meskipun tidak semua kata tele juga. Yang saya pahami dalam mendesain publikasi seperti ini adalah beranikan diri menyingkat kalimat. Straight forward. Nggak usah pakai kalimat lengkap, SPOK, atau kata (sapa, ajakan, buaian) yg nggak perlu. Kata sambung gitu-gitu pun saya warnai abu-abu.
Dan seharusnya juga beranikan diri menyingkat acara, jangan semua di tumplek disana. Jadinya ya penuh gitu. Yang bukan acara besar gitu nggak usah ditulis di baliho lah.
Salah satu kelemahan disain saya di atas adalah jarak antar tulisan jadi kayak kemepetan karena ramai dan besar yang mau ditulis. Maklum acaranya banyak sih. Baligo di atas juga masih teori belum dites di tiang baliho betulan. Jadi kayaknya masih ada kemungkinan hasilnya lebih mengenaskan. Komentar Anda mengenai disain ini sangat diharapkan.