All posts filed under: Sosial Politik

Diskusi serius tentang sosial dan politik yang terjadi di negeri Indonesia.

Bedebah Berprotokoler

Hari Rabu kemaren, saat baru pulang dari Cibubur, di depan pintu gerbang keluar tol Pasteur, terjadi macet parah. Jalan super lebar di depan lampu merah perempatan pertama muka gerbang sangat dipadati mobil. Hanya jarak beberapa meter dari ekor antrian ke loket gerbang. Oke, memang sih daerah sini tidak pernah tidak macet sampai-sampai pemda membuat peraturan four-in-one untuk mobil yang lewat sini. Hanya saja, waktu itu antrian kami sangat lama tidak wajar. Sekitar dua tiga menit sekali mobil dapat maju di antrian itu. Akan tetapi, yang terakhir ini lain. Si lampu merah sudah tampak, sudah dekat lah, tapi kok keberadaannya lebih lama dari yang tadi. Lima menit menunggu tak kunjung pergi juga. Adzan berkumandang. Adzan selesai. Tak juga dia berganti. Tampak arus kendaraan dari dua sisi kanan simpang sana dan kiri sana tidak juga mandek. Lima menit kemudian, masih merah juga. Ini rusak lampunya, atau diset manual terus yang lagi tugas mencetin tombolnya lagi sholat kali ya. Tidak beberapa lama (baca: sesudah lama menunggu lima belas menitan), terdengar dari jauh raung suara sirine. Serentak itulah kami …

Komentar Aneh Tentang Ujian Nasional

Bulan ini pembicaraan mengenai Ujian Nasional makin ramai. Lagi masanya UN sih. Tidak seperti tahun lalu yang beritanya hanya seputar penolakan UN dan doa bersama, tahun ini ada banyak cerita pengakuan ttg. kecurangan pada saat berlangsungnya ujian. Entah itu dari guru yang ceritanya menyebar ke milis, dari peserta termasuk cerita yang saya pos tahun lalu, atau dari pengawas ujian yang jujur dan berani. Nah, cerita yang terakhir di atas adalah yang terbaru dan kayaknya cukup heboh. Komentar balasan di bawahnya lucu-lucu. Disini saya ingin mengutip komentar tersebut dan menunjukkan kenapa itu lucu.

Oh, UN itu Begini?

Originally posted on Ninok Eyiz's Journey:
Tahun ini pertama kali saya memperoleh kehormatan sebagai pengawas Ujian Nasional! Wow. Saya menyebut kehormatan karena sejak bertugas sebagai guru PNS, baru tahun ini saya mendapatkan kesempatan. Keren sekali rasanya. Hi hi 😀 Jauh-jauh hari sebelum UN, saya melakukan survei kecil-kecilan ke teman-teman guru. Hasil surveinya sangat menarik dan membuat saya penasaran. Mereka bilang kalau nantinya pengawas itu akan jadi boneka di ruang ujian. Waktu saya tanya, Kenapa? Kok gitu? Mereka menjawab, “Ntar kamu tahu sendiri”. Nah looh..
 Senin (14/4), saya tiba di sekolah tempat saya bertugas. Sekolah kecil yang ramai. Ada 2 lembaga pendidikan di sini, pendidikan menengah dan atas. Pukul 7.00 WIB kami, para pengawas, memasuki ruang ujian. Anak-anak sudah berbaris rapi menunggu kami membuka pintu. Kami lalu mempersilahkan mereka masuk. Hari pertama yang diujikan adalah Bahasa Indonesia. Soal dan Lembar Jawab Ujian Nasional (LJUN) kami bagikan. Segera saja mereka larut mengerjakan soal-soal. Wajah-wajah berpikir, mulut komat-kamit membaca soal dan tangan yang sesekali mencoretkan pensil ke soal ujian untuk menemukan jawaban itu membuat saya dan teman…

Bakat Engineer Masyarakat Indonesia

Ketika diberikan kompor gas gratis untuk mengurangi ketergantungan terhadap minyak tanah, banyak masyarakat yang memanfaatkan ‘kebaikan’ pemerintah tersebut untuk mendapatkan sekadar uang tambahan. Jual lagi kompornya. Balik lagi ke kompor minyak. Ketika terdapat kebijakan untuk memekarkan daerah supaya pembangunan daerah menjadi lebih modular dan fokus, ada oknum memanfaatkan untuk menjadi bupati setelah kalah pada pilkada. Bawa sedikit masa, mekarkan daerah baru, jadi bupati pertama. … profit! Ketika ada proyek bernilai sekian em harus ditender, kenapa nggak kita pecah saja menjadi banyak proyek di bawah nilai em. Nggak perlu tender. Tinggal tunjuk perusahaan sodara. Terus kalau perusahaan sodara yg ditunjuk bukan ahlinya? Gampang. Tinggal si perusahaan sodara ‘meneruskan’ proyek. Cari lagi yang bisa ngerjain. Terus, hingga yang mengerjakan ternyata adalah mahasiswa. Ketika ada ujian nasional untuk memberikan standar, seluruh perangkat bersatu untuk mengalahkannya. Bagi tugas. Ada yang mengawas dengan renggang. Ada yang memeriksa jawaban murid. Ada yang memastikan murid bisa diajak kerja sama. Ada yang membuat jaringan karisidenan dan menyebar info. Ketika menemukan bahwa daftar Paypal itu bisa menggunakan verifikasi manual oleh staf Paypal sendiri, orang pun …

S-Class University

Setiap mendengar world class university, yang saya dengar adalah hal ini: s-class university. Kalau sekarang kan akreditasi sekolah (dan universitas) itu kan A-B-C. Saya tidak tahu syarat masing-masing apa sih. Kalau tidak salah sih C itu untuk Cukup, B untuk Baik, dan A (saya tidak yakin) untuk Asyik atau Apik mungkin ya.  Well, di situs ban-pt pun tidak ada penjelasannya loh masing-masing akreditasi di atas maksudnya apa dan syaratnya apa. Tipikal Indonesia ya. Sekarang bayangkan kalau akreditasi yang dilakukan Badan Akreditasi Nasional bukan cuma A-B-C saja. Hihi… Kayak di game-game atau di film gitu. Ada sebuah akreditasi yang lebih tinggi lagi dari sekadar akreditasi A. Untuk sekolah-sekolah yang sudah super, yang tidak perlu diragukan lagi, dan yang tidak sekadar “asyik”, “apik”, atau “sangat baik”. Sistem Kelas S ini memang sistem yang aneh. Mau gimana lagi… Huruf paling awal kan A, masa S lebih bagus. Kalau dipakai di dunia nyata juga kayaknya kurang praktikal, sangat menimbulkan kesenjangan sosial [original research]. Biasanya sistem aneh ini ada di cerita-cerita terutama yang dari Jepang. Misalnya saja di Naruto, misi dan ninja paling hebat …

Time Flash

Orang-orang mulai berdiri mematung. Beberapa memandangi jam tangannya. Ada pula yang cukup beruntung mendapati pesta di dekat rumahnya sehingga dia bisa menatap layar raksasa penghitung waktu mundur. Ada juga yang hanya duduk di dekat jendela rumah, berpegangan tangan dengan keluarga tercinta. Detik demi detik berdenting. Semakin mendekati ke titik pergantian tahun, semakin kencang jantung berdegub. Semakin tinggi pula semangat untuk melewati malam ini. Semua orang makin antusias. Satu menit lagi! Sementara hitungan mundur sudah mencapai satuan paling kecilnya, hal itu mulai tampak dari kejauhan. Fenomena yang kini disebut time flash. Sebuah dinding cahaya raksasa dengan beberapa pilar berkilau seperti pelangi secara acak muncul dari tanah sebelum dan sesudahnya. Dinding transparan berkilau ini membentang sampai ufuk cakrawala, memang tidak terlihat kecuali kita ada di pinggir laut, tapi setidaknya itu informasi yang ada di buku-buku teks. Dengan cepat senter pelangi itu berlari. Jarak sejauh itu pun hanya dilalui sekejap saja. Sementara hitungan mundur sudah dapat dilakukan dengan jari dua tangan, tsunami foton misterius itu tampak seperti tepat di depan mata. Ketika puncak nol terlalui, sensasi nikmat kemenangan yang …

Efek Buruk Qurban

Hari raya qurban sudah beberapa hari berlalu. Kambing-kambing dan sapi-sapi telah dipotong. Daging-daging telah dibagikan ke rumah-rumah warga. Sebagian malah sudah disate dan disop. Kini keadaan telah kembali ke hari-hari biasa. Hingar bingar Idul Adha sudah mulai redup. Yang tinggal kini adalah menunggu para jemaah haji pulang dari negeri para nabi. Sebelum masuk ke artikel ini, Anda pasti bertanya-tanya tentang judul pada artikel ini. Mana mungkin Idul Qurban ada efek buruknya? Penasaran Anda klik juga tautan ke artikel ini. Iya kan? Oke lanjut. Di cisitu, pelaksanaan pemotongan hewan kurban adalah di gang Cisitu Lama 5. Tepatnya adalah lapangan futsal di samping GOR Bulu Tangkis. Hewan yang dipotong disini kurang lebih ada 20an. Jumlah tepatnya saya tidak tahu. Yang jelas, malam sebelum mereka dibantai, saya melihat ada setidaknya 5 sapi dan belasan kambing diikat disana. Mari percepat waktu ke dua sampai lima hari kemudian. Gang 5 di dekat lapangan ini adalah jalan yang paling saya hindari. Kenapa? Karena bau bangkai dan darah sangat menyengat disana. Sekali lewat masih bisa tahan. Dua kali agak menahan muntah. Tiga …

Jika itu rutin tetapi kamu masih sering tidak hadir atau telat, berarti itu belum masuk prioritasmu!

Dengan asumsi bahwa suatu pertemuan/ rapat/ agenda itu rutin, berarti para pesertanya sudah tahu kapan dan dimana sesuatu itu diadakan. Jika sudah tahu waktunya, tentu saja pilihannya cuma dua bukan? Jika sesuai dengan agenda lain, ikuti jadwal itu.  Jika tidak sesuai, tentang. Minta jadwal yang lain. Sederhana. Jika tidak melakukan apa-apa alias diam dan setuju dengan jadwal, berarti kamu punya waktu untuk hal rutin tersebut. Tidak ada halangan agenda lain. Kamu bisa hadir. Kalau tidak ada halangan, kenapa masih sering terlambat atau bahkan tidak hadir? Jawabannya hanya satu: Anda meremehkan hal rutin tersebut. Sesuatu yang diremehkan tidak akan masuk prioritas Anda, bukan? Sesuatu yang bukan prioritas tidak akan membuatmu terburu-buru hadir, menyempatkan diri, atau berusaha sedikit atau bahkan berkorban untuk hanya sekedar hadir tepat waktu dan tidak mengecewakan peserta lain. Solusinya apa? Ya entahlah. Disini saya hanya meracau, bukan ingin memaparkan sebuah problem-solving. Oh ya, lupa. Perihal di atas juga berlaku untuk shalat wajib rutin ya.

Keseimbangan: Rakus Peluang dan Tahi Kucing?

Waktu saya tingkat satu, cisitu dipenuhi dengan banyak tikus. Tikus dalam artian harfiah loh ya. Tikusnya besar-besar pula, hampir sebesar anak kucing. Jika kita berjalan malam-malam, di setiap gang peluang melihat ada tikus yang sedang maraton sangatlah besar. Waktu itu, kondisi jalan cisitu masih lumayan nyaman, setidaknya jika kita jalan kaki di siang hari. Ada tikus yang lewat itu mah biasa. Paling jijik atau serem doang saat mereka lewat. Kita maklum bahwa got disini kotor dan saling terhubung satu sama lain. Sekarang, sepertinya ada cat-boom di kawasan Cisitu Lama ini. Berangsur-angsur, populasi kucing bertambah. Entah siapa yang memulai kok bisa begini. Sepertinya, tiap beberapa blok rumah punya piaraan kucing sendiri. Perlahan, di setiap gang kita bisa melihat hewan unyu itu sedang jalan, berkelahi, atau sekedar bersantai. Tentu saja, jika harus memilih, manusia manapun [citation needed] akan memilih kucing dibanding tikus. Banyak tikus berkeliaran atau banyak kucing berkeliaran? Lebih terkesan menyenangkan yang kedua yak… Namun, jalanan di gang-gang dalam Cisitu Lama sekarang menjadi kurang nyaman. Bau, kotor. Tidak hanya dari comberan yg memang dari sananya terkadang agak …

Tabiat Orang Batak? Atau Sumatera Secara Umum?

Kamis, 11 Oktober 2012 kemarin, saya menjaga stand Sandang Indonesia di acara expo start-up IT mahasiswa Informatika, Colosseum. Sebagaimana penjaga stand pada umumnya, tentu saja saya bertemu dengan banyak orang. Salah satunya adalah seorang perempuan, sesama peserta pameran, yang jelas dari gaya bicara dan wajah merupakan orang batak. Entah bercanda atau gimana, pertanyaan yang beliau ajukan terkesan “menyerang” Sandang Indonesia. Pastinya sih bercanda walaupun nada bicaranya tinggi dan menyerang. Yah, kebanyakan orang batak dan Sumatera memang memiliki nada bicara rata-rata yang lebih tinggi dari orang normal (baca: Jawa). Si mbak itu tidak mengobrol dengan saya. Yang diajak ngobrol teman penunggu stand, Gagarin. Ngobolnya memang terkesan berbantah-bantahan persis para pengacara di ILC itu. Garin agak tenang menahan kesal dan si mbak tertawa-senyum. Bercanda sambil bertengkar. Mungkin mereka memang saling kenal atau sesama anggota apres. Dari obrolan itu, melihat pula kebanyakan pengacara-pengacara sok adalah orang batak, saya mulai melihat kebelakang terhadap diri saya sendiri. Jangan salah, ini bukan artikel bernuansa pelecehan SARA ya. Saya sendiri orang batak jadi menyindir membahas suku sendiri jelas tidak apa-apa dong ya… Walaupun orang batak (batak mandailing …

Motto : The World Can’t Be Changed with Pretty Words Alone

Hampir sebagian besar formulir memiliki ruas yang saya sangat sebal terhadapnya ini. Ya, ruas moto atau moto hidup. Setiap saya menemukan formulir yang menanyakan ini saya bingung mengisinya. Apa ya? Jalani hidup tanpa moto. Saya sih dulu kepikiran untuk mempunyai moto “Jalani hidup tanpa moto“. Lumayan kalau diisi ke ruas-ruas yang entah apa motivasinya menanyakan hal demikian. Jelas, tegas, dan cukup mendeskripsikan orang-orang seperti saya bukan? Orang-orang yang malas merumuskan kata-kata yang disebut moto. “Jalani hidup tanpa moto“, hmm bagus kayaknya. Sayangnya kalimat “Jalani hidup tanpa moto” tadi tidak cantik. Malah terdengar seperti pelarian. Bukan terdengar sih, lebih tepatnya memang pelarian. Nggak ada keren-kerennya. Kalau orang mendengar bakal tertawa, meremehkan, menafikan, atau bahkan meminta saya mengisi yang benar. Kalimat moto tersebut juga merendahkan pemiliknya kan. Masa saya mau menulis moto seperti itu kalau ditanya di CV atau oleh orang yang penting, calon bos saat melamar kerja misalnya (atau “melamar” lainnya)? Hal ini membuat pertanyaan besar untuk saya (bisa dilihat dari jenis heading-nya) dalam masa awal-awal menuju dunia orang dewasa ini. Apa ya enaknya? Moto yang dimiliki orang …

Masalah dan Kesalahpahaman terhadap Introvert

Pernahkah Anda bertemu orang yang sulit dimengerti? Harus diseret hanya untuk jalan-jalan, makan-makan, kongkow, pesta, atau sekedar kumpul-kumpul? Berpikirnya seribu kali kalau diajak main? Mahal suaranya? Jarang menyapa walaupun dia baru pulang dari jauh? Jika demikian mungkin Anda sedang berhadapan dengan introvert. Saya sendiri termasuk dalam kategori ini. Introvert? Mahluk apa lagi itu? Kedua istilah introvert dan ekstrovert diistilahkan oleh psikolog Carl Jung pada tahun 1920. Beliau mendefinisikan keintrovertan sebagai “an attitude-type characterised by orientation in life through subjective psychic contents” dan keekstrovertan sebagai “an attitude type characterised by concentration of interest on the external object“. Mudahnya, introvert adalah orang yang menemukan kedamaian dalam kesendirian. Akan tetapi, hal ini sering disalahpahami oleh orang sebagai “introvert itu pemalu” atau “introvert itu hikikomori” atau bahkan “introvert itu antisosial”. Hal ini sama sekali tidak benar. Introvert tidak mesti pemalu. Kondisi pemalu timbul karena penderitanya takut atau tidak nyaman dalam kondisi sosial. Mereka cenderung gugup dalam bertemu orang lain dan canggung dalam mengungkapkan sesuatu. Hikikomori meningkatkan skala ini menjadi mengurung diri atau hanya mau tinggal di rumah saja. Biasanya mereka takut …