All posts filed under: Unik di Jepang

Beberapa kejadian dan pengalaman yang saya rasakan selama di Jepang. Hal unik yang saya temui di Jepang. Diskusi tentang Jepang dan budayanya, dan interaksi dengan orang Jepang dan komunitas Internasional.

Orang Jepang: Alpukat Itu Sayur

Banyak orang (di seluruh dunia) bertanya-tanya tentang tomat, “apakah itu sayur atau buah?”. Well, secara teknis dia buah tapi digunakan umumnya sebagai sayur. Banyak hal juga masuk dalam kategori ambigu ini. I’m looking at you Timun, Terong, Kacang Panjang… Namun, tidak pernah kusangka kalau hal ini juga menyangkut Alpukat. Saya bercerita ke ibu-ibu Jepang tentang buah dan minuman di Indonesia. Mereka tanya ada alpukat juga nggak? Lalu, saya cerita deh tentu ada dong dan ditambah cerita buah aneh lain kayak rambutan, nangka. Juga tentang jus alpukat yang super lezat dan terkenal di Indonesia. Dicampur susu cokelat, wuih…. Sedap! “Dijus terus campur coklat?” Beliau kaget. “Kayak buah ya…” katanya. Lah ya memang buah toh? Masih ada keraguan pada si Pokat tah… Ternyata menurut beliau, rata-rata orang Jepang menganggap Alpukat itu sayur. Soalnya rasanya gak manis-manis amat. Terus disini makannya seperti makan salad. Atau ditaruh di-sushi. Atau di-cocol ke shōyu (kecap asin). Dijus? Wow, ciyus?… Hmm…. NB: Alpukat di Jepang mahal. Satu biji kecil harganya 100-200 yen. Nggak semahal mangga sih yang bisa sampe 800 yen atau bahkan 3000 yen per buah. …

Lima Menit Yang Begitu Berharga

Jepang dikenal sebagai bangsa yang cepat jalannya dan begitu tepat waktu. Hal ini tercermin dari sistem transportasinya yg menitan. Jadwal kereta tertera sampai ke menit dan dijamin berangkat di menit itu. Hanya topan dan orang bunuh diri aja yg bisa membuat kereta terlambat. Bus masih banyak kemungkinan (untuk halte bukan ujung rute) karena macet misalnya. Saya sebenarnya agak ragu sih apakah karena orang Jepang “punctual” sehingga mereka membuat teknologi seakurat itu atau sebaliknya karena teknologi yg begitu canggih, perlajan-lahan mereka jadi belajar tepat waktu. Well, by the way. Menurut Anda, seberapa lama waktu dihabiskan sehingga bisa disebut berharga? Mungkin salah satu jawabannya adalah 5 menit. Jika jadwal Anda adalah naik kereta 8.03, pastkan jangan naik kereta yang 8.01 karena Anda bisa nyasar. Dengan sistem yang ketat waktu seperti ini, kita bisa memprediksi dengan ketelitian tinggi kapan kita sampai kantor, kapan akan naik transportasi berikutnya, kapan kita bisa ketemu dimana, berapa lama kita harus menunggu, seberapa cepat kita harus lari. Dua minggu ini saya harus magang di kota sebelah, jam ngantor mulai dari 8.30. Saya harus ambil paling tidak bus …

Laporan Keuangan Sebulan Pertama di Jepang

Saya sering mendengar bahwa hidup di Jepang itu mahal. Yah, memang. Begitu sampai saya langsung merasakan. Namun, karena penasaran, saya ingin mengecek seberapa sih pengeluaran hidup disini. Artikel ini adalah laporan keuangan saya (hampir) sebulan belakang saya di Jepang. Saya cantumkan juga daftar barang yang saya beli berikut harganya untuk referensi. Misalnya untuk perbandingan antar kota di Jepang atau bahkan dengan indonesia. Beberapa hal yang perlu dicatat. Pengeluaran ini dilakukan di kota Toyohashi, sebuah kota countryside yang pastinya lebih murah dibanding ibukota atau ibukota provinsi. Tertanggal  09 Oktober 2013 – 02 November 2013, jadi belum genap sebulan. Kemudian, pengeluaran ini belum mencakup pengeluaran telepon dan tempat tinggal (saya tinggal di asrama internasional kampus). Karena memang belum saya keluarkan. Pengeluaran telepon saya (seharusnya) sebesar 7.155 yen per bulan mulai bulan depan. Saat saya datang saya membayar sekitar 39.000 yen untuk asrama (detail pada tabel di bawah, belum termasuk listrik air gas). Kedua hal ini tidak dicakup pada diagram di bawah. Nah, berikut laporan keuangan saya… Berikut adalah daftar barang yang saya beli, sebagai basis dari grafik di atas.

Cerita Pak Kimura: Pernikahan Orang Jepang

Sebagai penutup seri dua tema bulan ini, saya menyampaikan artikel yang menyilangkan keduanya: jejepangan dan ninikahan. Sebelum masuk ke cerita inti yg saya dengar dari Pak Kimura, mungkin ada baiknya kita simak sekilas info tentang masalah yg dihadapi di jepang saat ini. Jepang sedang mengalami yang namanya bencana populasi. Jepang adalah negara yang sangat makmur dan kaya yg salah satu indikator utamanya adalah rata-rata umur, hingga 80 tahun untuk pria. Peringkat yg sepertinya paling tinggi seluruh dunia. Akan tetapi, tingkat kelahiran Jepang kian tahun selalu mencetak rekor, terendah. Peringkat kelahiran Jepang hanya 10.3 dari 1000 orang di tahun 1993 [1] dan sekarang lebih rendah lagi, hanya 1.75%. Akibatnya, jumlah populasi produktif Jepang sangatlah sedikit. Katanya, jumlah orang tua di atas umur 65 tahun mencapai 20% populasi disana, bahkan tahun 2010 pun Jepang kehilangan 212.000 penduduk [2]. Kalau tren ini terus begini, populasi Jepang hanya akan setengah dari sekarang 70 tahunan lagi. [3] Itulah mengapa Jepang banyak impor pelajar dan pekerja ke negaranya. Proyek terbarunya saja, Global 30, menargetkan 300.000 pelajar asing yang studi di kelas …

Cerita Pak Kimura: Sampah di Jepang

Pak Kimura bercerita tentang sampah di Jepang. Kalau disini, kita buang sampah bisa seenaknya. Saat saya bilang seenaknya, itu berarti seenak kita. Mau buang di kotak sampah, selokan, bawah kolong meja, dll. Bahkan saat buang di kotak sampah pun hampir tidak ada yg peduli untuk memisahkan yg mana yg organik mana yg anorganik. Padahal kategorisasi sampah disini hanya dua. Kalau mau buang sampah pun, disini bisa pakai plastik apa saja kan? Mau trash bag betulan merek apa saja, mau kantong bekas dari minimarket, atau kresek biasa. Bebas. Di Jepang, kata Pak Kimura kita tidak bisa bebas. Disana setiap rumah kalau mau buang sampah wajib berlangganan ke perusahaan pengelola sampah kota. Kalau nggak berlangganan, ya nggak bisa buang sampah. Simpen sendiri aja di rumah. Nah, kalau sudah berlangganan boleh tuh meletakkan sampah di tempat penampungan sampah. Kemudian, tidak seperti disini yg pakai kantong apapun boleh. Sampah yg dibuang di Jepang harus dikemas oleh kantong plastik khusus dari kota. Intinya, harus beli merek tertentu yg disediakan oleh pemerintah kota. Nggak bisa sembarangan. Cek dulu kantong di kota …

Cerita Pak Kimura: Universitas Sakura dan Bank Tomat

Dalam rubrik Cerita Pak Kimura ini, saya akan menceritakan cerita yg diceritakan kepada saya oleh Prof. Kimura, profesor dari Tohoku University yg tinggal di Indonesia mengepalai Tohoku University International Relation Office (TUIO) di ITB. Saya sudah bertemu dengan beliau kira-kira satu tahun untuk belajar bahasa Jepang. Beliau membuka kursus gratis di kantornya di atas IRO ITB, depan lapangan sipil. Kalau Anda mau ikutan, tunggu aja kira-kira Agustus/September. Semoga saja masih buka japanese language course-nya. Beliau mengajar bahasa Jepang dengan bahasa Jepang (+bahasa Inggris logat Jepang sikit-sikit). Dan beliau banyak menceritakan hal-hal trivial di Jepang sana yg mungkin disini agak terlihat aneh. Nah, cerita ini yg akan saya tulis sikit-sikit. Ceritanya beberapa berkaitan dengan kehidupan di Jepang. Saya sih belum pernah kesana. Tadinya ingin menulis cerita Prof Kim ini setelah dapat melihat langsung kebenaran cerita beliau. Namun, kayaknya butuh ngisi blog nih. Hitung-hitung juga mengisi hati di bulan ini. Jadi ya dipercepat publikasinya. Sekalian menyemangati diri kali ya, supaya cepat kesana. Aamiin. Nah, suatu ketika di buku Minna no Nihonggo, terdapatlah sebuah teks dengan tulisan Sakura Daigaku, alias …