All posts filed under: Celoteh

Resepsi Pernikahan Megah Nan Sederhana

Tanggal 9 Juni kemarin, saya dan teman-teman berkunjung ke Bekasi Timur pada acara resepsi pernikahan murabbi kami Aditya Satrya. Kisah perjalanan pergi dan pulang kami sudah saya ceritakan tetapi acara resepsinya sendiri belum saya sampaikan disini. Setelah melihat resepsi pernikahan kak Adit ini, saya jadi berfikir bahwa saya ingin resepsi pernikahan saya seperti ini. Acara yang terbalut dengan hiasan yang tampak mewah walaupun sebenarnya sederhana. Mungkin. Resepsi pernikahan Aditya Satrya dan Listya Citra S. ini diselenggarakan di Gedung OSO Sport, Bekasi Timur. Pertama sampai ke depan gedung ini saya merasakan kesan “wah” karena gedung ini memang cukup terlihat prestis. Di dalam pun, daerah resepsionis gedung tampak tertata rapi. WC gedungnya saja mirip WC di mall (kami langsung mencari toilet untuk cuci muka ketika kami sampai). Intinya saat baru masuk saya merasa masuk ke gedung yang mewah. Setelah mengisi buku tamu, kami masuk ke ruangan utama. Kami langsung disambut oleh hiasan kain berwarna-warni di dekat pintu dan dinding-dinding gedung. Di ruangan utama terdapat dua baris meja berisi makanan prasmanan memanjang mengikuti panjang ruangan. Di tengah terdapat …

Masuk Buletin STEI

Alhamdulillah, setelah kembali aktif mengeblog selama dua bulan, akhirnya saya mendapat buahnya juga. Bulan lalu salah satu dosen saya, Bapak Rinaldi Munir, memilih salah satu tulisan saya untuk dimuat di buletin STEI (Sekolah Teknik Elektro dan Informatika, salah satu fakultas di ITB). Tulisan saya tersebut berjudul Facebook dan Google+: Mengapa Google+ Terlihat Sepi. Tulisan ini dimuat pada Buletin STEI Tahun 2 Vol.2 (April-Mei 2012). Buletin STEI merupakan media internal dari fakultas STEI yang terbit dua bulan sekali. Buletin ini dibagikan kepada lab-lab di STEI dan beberapa pihak yang memiliki kerja sama dengan STEI. Pada buletin ini terdapat rubrik “Dari Blog ke Blog” yang menampilkan tulisan dari blog yang ditulis keluarga STEI. Kebetulan, setelah blogwalking, Pak Rin menemukan tulisan saya tersebut. Saya memang belum merasa tulisan saya sudah bagus untuk dimuat di media lain selain blog. Akan tetapi, saya sangat ingin memiliki kemampuan seperti teman-teman yang tulisannya bisa tembus ke majalah, koran, atau media elektronik. Dengan demikian, tawaran dari Pak Rin sangat membahagiakan. Walaupun buletin STEI ini hanya media terbatas, ini mungkin awal dari jalan saya menuju …

Abadan Kabar SensOpost : Rahasia Kehidupan

Suatu hari, pada tahun 1990, lahir dua anak bernama Jomes Fragile dan Vesica Urinaria. Lalu, mereka pun beranjak dewasa. Versica berubah menjadi gadis remaja nan jelita. Tapi Jomes langsung menangis jika Sica membobokkannya. Aneh sekali. Orangtua mereka terkejut, setiap Jomes menangis ia berubah menjadi seorang pangeran. Satu bulan telah berlalu. Tapi mereka belum mendapat pasangan. Orang tua mereka berputar-putar ke seluruh alam nan indah ini. Sejak ditinggalkan orang tua mereka, mereka selalu bertengkar. Ada aja masalahnya. Apa gerangan yang mereka rebutkan? Ternyata sebuah kotak. Aduh.. Aduh.. Kalian ini hanya sebuah kotak kok rebutan to.. to. Ya ampuun. Sesudah orangtua mereka pulang, mereka pura-pura akrab. Walaupun harus dipaksakan. Sebal hati Sica. Saat mereka pura-pura akrab nah ketahuan lu bedua pade. Mampus lu ya. Kapok. Cap jempol. Enak nggak? Saat ditanya Buyut mereka, “Jom, Ca, ada apa sih di dalam kotak itu ?” Mereka menjawab, “Fotonya Lopes’s bin Jurnalis dan gambar bola.” “Memangnya untuk apa ?” tanya buyut mereka. “Kalo foto untuk ditempel dan bola untuk main sepak bola.” Jawab mereka pelan. “Lho, gimana caranye gambar bola …

Terbalik di Indonesia

Beberapa hal di Indonesia sepertinya tampak terbalik dibanding hal-hal yang seharusnya. Contoh sederhananya adalah saat ada orang yang ulang tahun. Ucapan selamat dan doa masih bisa dimaafkan lah. Doa kan hal yang baik walaupun tidak seharusnya hanya diucapkan pada hari itu. Akan tetapi, tradisi yang ada di sekitar kita ialah orang yang ulang tahun mesti mentraktir teman-temannya. Hmmm… Saya belum melihat hal ini terjadi di masyarakat luar, setidaknya sejauh film yang saya tonton. Biasanya orang yang berulang tahun itu diberi selamat dan hadiah, setidaknya kue lah. Dengan demikian, orang yang berulang tahun itu berhutang budi kepadanya. Jika sang pemberi hadiah tadi berulang tahun, orang yang ia beri hadiah tadi kemungkinan besar akan ikut memberinya hadiah. Hari ulang tahun pun bisa menjadi hari yang berbahagia yang sebenarnya, bukan sekedar hari menjelang tua. Di lingkungan kita terjadi sebaliknya. Pengulang tahun mentraktir teman-temannya seolah-olah ia telah memenangkan suatu pertandingan. Mungkin ini karena sifat masyarakat kita yang cenderung opportunis kali ya. Dalam hal teknologi informasi terdapat pula yang terbalik di Indonesia. Salah satu contohnya adalah ketenaran IRC (Internet Relay Chat). Pada permulaan …

Lebaran At Metro, With Love

Bukan bermaksud durhaka kepada orang tua, atau diusir oleh orang tua. Lebaran kali ini, sama seperti kemarin, saya tidak pulang ke rumah – Tanjung Balai, Sumatra Utara. Sebaliknya saya memilih untuk mengunjungi mantan kampung, Kota Metro tercinta. Apa boleh buat. Saya tak menginginkan lebaran makan kurma, madu, dan arum manis lagi seperti tahun kemarin. Mengunjungi sobat-sobat lama, dan guru-guru yang telah berjasa sepertinya jauh lebih agung dan menantang dibanding mengunjungi mall-mall yang tutup dikala lebaran.

Kurma, Madu, dan Arum Manis

Sepuluh September pagi, sayup-sayup takbir bersahutan di langit sana menandakan bahwa hari ini adalah hari raya, hari raya kembali. Menandakan pula kalau aku telat bangun dan shalat subuh di masjid. Setelah kemarin ku kira takkan ada kumandang takbir, ternyata ada pula sesahutan takbir di malam lebaran Bandung ini. Sebenarnya takbirnya mulai setelah shalat isya di malam sebelumnya, diiringi dentuman-dentuman dan percikan di langit tentunya. Aku tidak yakin apakah itu petasan atau bom beneran.

Flowers in the Holy Night

Sore ini hari terakhir ramadhan. Aku masih di Bandung, di kosan ku sendiri. Seminggu terakhir selalu hujan cukup deras di luar sana, membuatku buka seadanya di kosan atau nekat menunggangi superbit menembus cucuran air untuk sekedar mencari es pisang hijau yang telah lama ku dambakan. Tetapi sore ini, aku terkurung di kosan malas beranjak dari novel Negeri 5 Menara yang sedang ku baca. Meskipun esok lebaran, aku belum – atau tidak bisa – bertemu keluargaku. Meskipun esok lebaran, suasana sore ini sama seperti sore-sore sebelumnya. Magrib ku berbuka dengan kurma, madu, dan arum manis, terlambat ke masjid dan ketinggalan jamaah di masjid super cepat An-Nur. Meskipun esok lebaran, tiada yang berbeda di masjid. Tidak ada takbir bada magrib, tidak ada kumpul-kumpul atau sensasi meriah lainnya. Sepi, semua* telah kembali ke rumah masing-masing.

My 14th Feb Day, The Cake Day

Hariku hari ini penuh dengan kelelahan. Bukan dengan valentainan atau jalan-jalan atau perayaan ulang tahun atau apapun tentunya. Sebaliknya, hari ini kuhabiskan penuh dengan kegiatan Gamais, setidaknya itu secara kasarnya terjadi. Dan hari ini aku hampir tidak makan nasi, melainkan aku terpaksa menyantap kekuean dengan total nilai mungkin melebihi 10.000 rupiah dan gratis, pagi sampai sore.

Guidance??

Tadi (barusan) saya laper. Karena bosen makan yang aneh-aneh, akhirnya saya memutuskan untuk makan di Balubur, di Warung Pecel Lele Jawa Timur yang sering saya singgahi. Jaraknya dari kosan cukup jauh, sekitar 1 – 2 km melewati ITB ke selatan. Entah mengapa perasaan ini timbul dengan kuat, padahal biasanya paling males keluar malem apalagi jauh dan cuma untuk makan. Akan tetapi, keinginan kuat itu tak dapat ditahan. Motor pun dikeluarkan dan aku pun capcus ke sana. Sampai di sana ku bilang “mas biasa satu” ke mas-masnya dan pesanan pun datang. Telor+tempe+tempe+kol goreng terhidang di hadapan. Selesai makan, aku pun pulang. Entah mengapa punglor yang biasanya memungut pungli kepada motor yang parkir di jalan balubur sebagai tukang parkir di pojok sana tidak menyambangiku. Aku pun cabut cepat-cepat sambil mengetes motor yang baru diservis (setelah 3 bulan + 3 kali per tiga minggu naik gunung). Sesampai di simpang dago dekat kosan aku kaget. Ternyata para pedagang kaki lima di sana lenyap. Jalanan sepi namun polisi dimana-mana. Padahal tadi pas berangkat lewat sini aku tak menyadari apa-apa. Hm, …

Bad Luck or Good One?

Rabu, 21 Oktober 2009 pukul 20.20 sejarah mencatat. Aku yang sedari magrib didatangi Rizky Alfian dan menonton Slumdog Millionaire, kelaparan dan memutuskan makan di ‘tempat biasa’. Dan mencatat kejadian yang luar biasa. Hari ini aku pulang sangat pagi akibat bad mood. Aku sebenarnya sudah seharian bad mood, bukan karena keberadaan UTS Agama Islam plus UTS Struktur Diskrit hari ini, bukan juga karena kesel dengan wisudaan HMIF, bukan karena besok UTS Alstrukdat plus ada Tugas IKNI PKn, TP Praktikum Sisdig dan Tugas Abstrack Data Type Matriks + Mesin Karakter, atau internet sunken yang lagi maintenance. Mungkin karena bosan hidup saja.  Jenuh dan malas, jam 17.00 aku sudah menjamah kosanku. Bahkan sebelum banci perempatan sempat dandan guna menjalankan tugasnya, aku sudah pulang.. Tak kusangka, bad mood itu belum mencapai puncaknya.

Jumat dan Kompas Kiblat

Hari ini aku mengalami kejadian yang cukup aneh. Mungkin aku ditegur oleh Yang Mahakuasa karena keteledoranku. Mungkin juga ini pertanda aku memang sedikit pelupa dan ceroboh. Jum’at ini, Gamais 2008 berencana mengadakan suatu aksi pembenahan arah kiblat mushala se ITB. Seperti yang diketahui, beberapa mushala ITB memiliki arah kiblat yang agak (beberapa lagi sangat) melenceng dari yang seharusnya. Salah satu contoh adalah mushala Basement Campus Center Barat yang parah melencengnya. Arah shaf mushala ini sudah 2x kali “update”, tetapi entah mengapa terus kembali ke posisi semula.

Tempe Fosil

Pulang dari Lampung bawaanku cukup banyak. Semua bawaan itu terkompilasi dalam satu koper kecil merk President yang sudah tak terhitung seringnya menemaniku mudik. Kebanyakan bawaan ini adalah ‘souvenir’ lebaran yang sebenarnya tidak begitu penting. Diantaranya adalah 3 toples kue untuk cemilan di Bandung kelak, salah satunya –kue keju– disiapkan untuk ibu kos.