Beberapa hal di Indonesia sepertinya tampak terbalik dibanding hal-hal yang seharusnya. Contoh sederhananya adalah saat ada orang yang ulang tahun. Ucapan selamat dan doa masih bisa dimaafkan lah. Doa kan hal yang baik walaupun tidak seharusnya hanya diucapkan pada hari itu. Akan tetapi, tradisi yang ada di sekitar kita ialah orang yang ulang tahun mesti mentraktir teman-temannya. Hmmm… Saya belum melihat hal ini terjadi di masyarakat luar, setidaknya sejauh film yang saya tonton.
Biasanya orang yang berulang tahun itu diberi selamat dan hadiah, setidaknya kue lah. Dengan demikian, orang yang berulang tahun itu berhutang budi kepadanya. Jika sang pemberi hadiah tadi berulang tahun, orang yang ia beri hadiah tadi kemungkinan besar akan ikut memberinya hadiah. Hari ulang tahun pun bisa menjadi hari yang berbahagia yang sebenarnya, bukan sekedar hari menjelang tua. Di lingkungan kita terjadi sebaliknya. Pengulang tahun mentraktir teman-temannya seolah-olah ia telah memenangkan suatu pertandingan. Mungkin ini karena sifat masyarakat kita yang cenderung opportunis kali ya.
Dalam hal teknologi informasi terdapat pula yang terbalik di Indonesia. Salah satu contohnya adalah ketenaran IRC (Internet Relay Chat). Pada permulaan Internet di indonesia, IRC sangat digandrungi oleh para pengguna Internet. Hampir setiap kamar warnet yang saya temui pada waktu SMP membuka mIRC sebagai aplikasi klien IRCnya. Meskipun saya tidak tertarik menggunakan layanan tersebut waktu itu dan mungkin sampai sekarang.
Akan tetapi di tahun belakangan, IRC hampir musnah di Indonesia. Hampir tidak ada orang yang menggunakannya. Hampir, setidaknya di orang-orang yang saya kenal karena masih banyak kanal Indonesia yang aktif di server-server IRC termasyur. IRC dianggap norak dan alay oleh sebagian orang. Sebagai gantinya, layanan messenger –lah yang mengambil posisinya.
Padahal IRC sangat mudah digunakan dan tidak perlu repot-repot membikin akun. Ia kini kian mudah digunakan karena bisa dijangkau lewat web tanpa harus memakai antarmuka hitam putih milik mIRC. Fitur yang dimilikinya pun jauh lebih banyak dibanding tahun 2000-an. Ia sudah mendukung layanan transfer file. Percapakan jamak atau conference merupakan hal yang sangat remeh pada layanan IRC. Padahal conference masih begitu susah dilakukan dibeberapa perangkat messenger. Yang paling penting, IRC merupakan jalur komunikasi yang masih sering dipakai di luar negeri terutama bagi komunitas pengembang. Disini sangat jarang ditemukan pengembang yang masih memakai IRC. Kemungkinan karena sifat IRC yang jauh lebih anonim dibanding messenger –lah yang membuat orang Indonesia meninggalkannya. Wow, berarti orang Indonesia sangat mementingkan identitas diri dan lawan bicaranya ya…
Hal yang paling aneh terbaliknya sebenarnya ialah saat ada orang yang meninggal. Menurut adat, keluarga yang ditinggalkan mesti menyelenggarakan ‘pesta’. Keluarga menyiapkan makanan, persiapan ruangan, atau terkadang tarup untuk para pelayat dan pengajian selama satu minggu. Padahal keluarga itu sedang dalam keadaan duka ditinggalkan salah satu kerabatnya. Terlebih lagi kalau ternyata orang yang meninggal adalah seseorang yang menjadi sumber keuangan keluarga. Bukankah seharusnya para tetangga itu yang memberikan pertolongan kepada yang tertimpa musibah. Ini malah sudah kena musibah tertimpa tetangga pula.
Hmmm…. Saya rasa masih banyak lagi yang bisa dibilang terbalik di negeri ini tetapi otak saya masih belum menemukannya dan tulisan ini sudah cukup panjang. Yah, setidaknya kita masih punya hal yang berbeda dibanding negara lain.
jadi pengen nulis tentang ini juga, hehe
terutama dalam hal ibadah ritual