Bukan bermaksud durhaka kepada orang tua, atau diusir oleh orang tua. Lebaran kali ini, sama seperti kemarin, saya tidak pulang ke rumah – Tanjung Balai, Sumatra Utara. Sebaliknya saya memilih untuk mengunjungi mantan kampung, Kota Metro tercinta. Apa boleh buat. Saya tak menginginkan lebaran makan kurma, madu, dan arum manis lagi seperti tahun kemarin. Mengunjungi sobat-sobat lama, dan guru-guru yang telah berjasa sepertinya jauh lebih agung dan menantang dibanding mengunjungi mall-mall yang tutup dikala lebaran.
Pulang dengan bus langsung sewaan UBALA kali ini adalah rekor perjalanan pulangku tercepat. Perjalanan Balam-Bandung biasanya ditempuh 12 jam atau lebih. Kali ini, kami berangkat dari depan kampus pukul 8 pagi dan sampai di Bandar Lampung pukul 5 sore. Perjalanan yang cepat. Sebenarnya bus ini merangsek sampai ke Metro. Tetapi aku tak tahu, dan sudah terlanjur membuat janji ke Rizky Alfian sahabatku untuk tinggal ditampatnya semalam. Maka berhentilah kami – saya dan Rizky – di Natar ke tempat uwanya. Sampai di sana, wangi pisang goreng semerbak menyambut kami, ohh nostalgianya. Dasar Bandung minim pisang goreng.
Paginya kami berangkat ke Metro. Naik bus ekonomi dari karang, sesaat sebelum Jumatan sampailah kami di rumah Annas sahabatku yang bersedia menampungku selama liburan. Mengundang teman-teman SMPku (teman-teman SMAnya Rizky), kami pun menghabiskan sore di Jumat itu dengan mengobrol dan tertawa. Tentu saja bahasan anak swasta (mahasiswa tingkat akhir) seperti kami ini bisa ditebak. Apalagi si Rizky yang – Alhamdulillah – telah mempunyai calon yang akan didatangi lebaran ini.
Malamnya di rumah Annas, obrolan kami tak jauh berbeda. Rizky meminta wejangan dan tips kepada orangtua Annas dan kak Bachtiar (kakak Annas) beserta istri tentang pernikahan, lamaran, dan sejenisnya. Obrolan cukup hangat bagiku. Pada obrolan ini, Rizky ditempatkan sebagai golongan Praktisi, semua yang ingin serba praktis. Pengusaha. Ingin cepat nikah. Aku ditempatkan sebagai golongan Akademisi, lumayan dalam kuliah. Dan Annas sebagai pegawai, bagian dari Government, yang sudah memiliki pekerjaan. Sudah kayak tiga sector perekonomian aja.
Beberapa tips yang didapat : Untuk melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan, sebaiknya dua calon dekat dulu. Tidak perlu pacaran. Yang penting membicarakan dulu apa yang akan dilakukan setelah menikah. Misal, biaya hidup, biaya kuliah, tempat tinggal. Taktik saat lamaran. Dan penyamaan visi dan kesepakatan lain. Jangan sampai tidak jelas saat menikah. Masing-masing pasti punya mimpi sendiri yang ingin dicapai, hobi yang ingin disalurkan, rembukkan agar bisa saling menyokong.
Taktik saat melamar : Siapkan segala amunisi. Matangkan visi dan misimu. Bussiness Plan mu. Antisipasi setiap pertanyaan yang kira-kira akan dijawab. Berkoalisilah dengan calon yang akan dilamar, kalau bisa sampai dia bilang tak mau jika tidak nikah denganmu. Camer pengusaha cenderung lebih mudah diajak negosiasi, karena ia terlatih untuk mengambil risiko – risk taker. Camer pegawai cenderung rumit, butuh kejelasan finansial, dll karena selalu ada di zona aman. Tentunya kita harus pamah melotok tentang keluarganya, latar belakang, dan lain-lain untuk strategi. Cari cerita real tentang kondisi yang kalian hadapi, misal anak kedokteran yang menikah pada tingkat dua dan menjalani long distance relationship tapi lulus dengan sukses. Cerita ini untuk membuang rasa resah camer dan membuatnya lebih risk taker.
Saran untuk akademisi (baca: saya.red) : Jangan buru-buru menikah. Kejar akademiknya, kalau bisa dikebut. Terus sampai ke jenjang yang tinggi sekalian dengan cepat. Keluar negeri juga lebih bagus lagi. Kita juga masih kekurangan akademisi berkualitas di negeri ini. Dan kalau mau menikah jangan sampai menginterferensi akademik. Rencanakan lebih matang lagi, agar bisa saling mendorong.
Hmmm… Diskusi malam yang cukup menggugah.
Keesokan harinya aku ikut reuni terpusat alumni 2005 SMP Negeri 1 Metro. Cukup banyak orang yang datang, 70an orang. Beberapa wajah familiar tidak ku ingat namanya. Dan tentu saja, wajah-wajah wanita yang datang sebagian besar memang tak ku kenal. Ya ampun, buruknya diriku, padahal hampir semua dari mereka (sepertinya) mengenalku.
Hari-hari esoknya dipenuhi dengan touring keliling Metro. Beberapa sahabat setia menjemputku ke rumah Annas. Ahmat Khoeruddin, Firli Satriyawan, Rizky CEP. Khafidz Mubarak aka Kapet pun kadang-kadang turut hadir. Target touring standar saja, tempat-tempat mereka juga. Kadang ke tempat Syaiful Fajri. Kadang ke rumah Ferdian dan dibiarkan begitu saja terdampar di halaman. Dan ketempat sahabatku Adi Hayu yang ketua OSIS dan anak polisi itu.
Malam lebaran, seperti biasa ritual tahunan grup liqo “ulul albab” aka Dzollimers pun touring kelolong Metro. Biasanya acaranya adalah buka bareng ditraktir oleh Firli, maklum calon camat. Kemudian takbiran keliling, melihat kembang api di Masjid Takwa sambil mengobrol ria. Jauh lebih baik dibanding sepi sendiri di Bandung tentunya.
Saat lebaran giliran mengunjungi rumah-rumah teman yang belum sempat dikunjungi saat pemanasan, pra-lebaran. Terkadang aku juga diajak Annas untuk mengunjungi kerabat-kerabatnya. Yah, cah lanang baru kata ibu Annas mengenalkan ku ke setiap pemilik rumah yang kami kunjungi. Senang juga bisa bertemu banyak orang yang tak ku kenal. Sayang jarang yang punya anak gadis, hehe.
Aku ingin sekali mengunjungi semua guru SMP dan SMA ku. Yang paling kurindukan adalah Ibu Yun Asmi, Ibu Fatimah, dan Ibu Rosa guru-guru SMPku. Bapak Ismadi, Bapak Tejo, dan Ibu Ning guru-guru SMAku. Tapi apa boleh buat, waktu yang membatasiku hanya satu guru SMA dan satu guru SMP yang sempat kukunjungi. Beruntung aku juga sempat mengunjungi Murabbi SMA ku kak Muslim di Way Jepara (bahkan sempat berkunjung ke Way Kambas juga). Entah kapan lagi aku bisa bertemu mereka.
Terima kasih sahabat yang telah memberikan kesempatan untuk bertemu kalian. Terima kasih karena telah bersedia memakmurkan diriku yang pelancong ini di masa liburan bersama keluarga kalian. Terima kasih atas sambutan, kehangatan, tertawa lepas, dan segala cerita yang kalian berikan. Terima kasih atas segala akomodasi lengkap yang telah kalian siapkan dan doa yang kalian haturkan. Aku juga sama sekali tidak mengeluarkan uang saat mengunjungi metro ini, semua berkat kebaikan kalian. Terima kasih, semoga aku bisa membalasnya.
waktu di rumahku gk di halaman kan ya Bed? nyesel aq kalo smpe di halaman aja……
saya senang sekali bisa bertemu, semoga di lain waktu bisa ketemu lagi, di masa depan yang cerah …… ^_^
themesnya ganti ya?
kalo ga salah dulu ga kayak gini
yang item…
*komentar ga nyambung