Pos-pos Terbaru

Harga Sebuah Pelayanan: Parkir di McD Simpang Dago

Bulan lalu, saya parkir di McDonalds Simpang Dago karena mengantarkan teman saya untuk membeli bekal makan siang. Pakai motor tentu saya parkir di tempat parkir motor di halaman samping bangunan. Halaman itu berukuran sedang dan lumayan penuh.

Setelah memasukkan motor ke celah di deretan motor lain dan mengunci stang motor, kami pun masuk ke dalam dan memesan bekal. Sekitar 10 menit kemudian kami pun keluar.

Sesampai pintu depan McD yg otomatis ada yg agak aneh. Di parkiran samping (terlihat karena semua dinding McD kaca), ada bapak-bapak mulai menyentuh motor saya. Kami tetap jalan, dan bapak itu tetap berusaha mengangkat motor keluar dari deretan motor yang sedang parkir. Saya waktu itu belum memahami, apa yg terjadi?

Wah, mau nyolong nih?

Beberapa puluh detik kemudian, jarak kami dan motor + bapak itu tinggal 5 meter lagi baru saya mengerti. Bapak itu telah selesai mengeluarkan motor saya dari deretan ke area yg lebih lapang. Kemudian bapak itu berdiri di samping motor – menunggu saya.

Oh, tukang parkir toh? Keren amat?

Jadi gan, ini tukang parkir rupanya hapal motor dan pemiliknya (entah karena saya baru bentar, atau memang SOP disana). Begitu pemilik motor akan keluar, dia langsung menyiapkan motor itu supaya bisa langsung ditunggangi pemilik. Pemilik gak repot-repot untuk maju mundur mengeluarkan motor.

Dengan aksi sederhana tersebut, saya serasa seperti eksekutif muda (padahal motornya butut). Tahu kan ya? Kayak habis keluar dari hotel gede terus di depan lobby sudah ada mobil saya ditaruh disana. Wah, senang rasanya.

Dan dengan inisiatif tersebut, saya menjadi rela untuk mengeluarkan uang Rp1.000,- untuk balas jasa kepada tukang parkir. Tidak seperti biasanya yg saya dibuat dongkol, wong saya yg susah-susah maju mundur, tukang parkir cuma menyemprit dan sesekali megang belakang jok motor. Sama sekali tidak membantu tapi pada akhirnya berdiri di depan sambil menyodorkan tangan, minta bayar. Cih! Kali ini tidak, ringan sekali saya meninggalkan tempat itu.

Memang sebuah pelayanan itu sangat berharga. Seandainya di Indonesia pelayanan dijunjung tinggi…

Overriding Subhanallah?

Tadi malam, ada yang tidak biasa di shalat tarawih Masjid Salman. Setidaknya berbeda dibanding 9 hari sebelumnya (dan tahun-tahun kemaren). Ketidakbiasaan itu mulai terlihat dari panggilan berdiri untuk shalat tarawih pascakultum. Biasanya, Salman selalu informatif dalam setiap kegiatan. Imam tarawih sebelum memulai selalu memberitahu ini mau shalat apa, teknisnya bagaimana. Dengan demikian, jamaah yang baru shalat di Salman kali ini juga tidak kecele dg teknis shalatnya (2 rakaat vs 4 rakaat, dll).

Kali ini tidak. Langsung ada panggilan. Itu pun biasanya cuma ashshalatul jami’ah, nah yg ini agak panjang kayak di masjid-masjid rumah. Terlebih lagi, bacaan Al Fatihahnya agak cepat (empat ayat pertama satu nafas) meskipun ayat setelah Fatihahnya masih ayat yg tidak biasa (bagi kebanyakaan orang (non tiga juz terakhir lah, mungkin)). Kemudian, antar shalat tarawih pun jedanya tidak terlalu lama. Mungkin cuma cukup untuk dua kali push up lah.

Hmm… Bukan imam yg biasa di salman nih,

Namun, “ketidakbiasaan” yg utama terjadi di batch kedua shalat tarawih ini (kan 8 rakaat, jadi 4 rakaat – 4 rakaat, dua batch). Di rakaat kedua, imam bertakbir setelah baca ayat. Ya, wajarnya makmum pun ruku, apalagi yang ada di barisan shaf belasan (paling belakang). Terus aneh, kok lama…. Tiba-tiba, shaf di depan langsung sujud. Entah i’tidal dulu atau tidak, kayaknya ada yg iya, tapi yg jelas tidak ada takbir dari imam. Mungkin spikernya mati, pikir saya. Toh, kemaren-kemaren spikernya pernah bermasalah.

Setelah sujud, agak aneh lagi. Pada langsung bangkit dan masih tidak ada takbir (yg jelas). Makmum shaf belakang ada yg menyempurnakan duduk antara dua sujud, sujud lagi, lalu bangkit. Termasuk saya. Eh, setelah berdiri lagi tidak terdengar imam membaca Fatihah. Langsung baca ayat quran (selain Fatihah) lagi.

Oh, sujud tilawah rupanya. Terjawab sudah, bukan spiker pelakunya.

Saya pun langsung berpikir: tidak bijak nih imamnya. Soalnya, imam itu menurut saya harus melihat-lihat kondisi makmum. Bagaimana pemahaman makmum, kebiasaan setempat, dll. Imam yg biasa shalat subuh pake qunut kalau shalat di masjid yg biasa tidak pakai qunut sebaiknya juga mengimami dengan tanpa qunut. Begitu setahu saya imam yg baik. Jamaah salman juga tidak banyak yg hafal Al Quran. Apalagi yg tahu letak ayat sajadah… Sebaiknya hindarilah hal-hal yg berpotensi memecah jamaah seperti ini.

Dan hal itu terjadi. Di rakaat “terakhir”, imam berdiri sampai sempurna, ingin menyelesaikan rakaat keempat. Saya juga berdiri (karena sudah menebak kejadian td itu sujud tilawah). Naas, sebagian jamaah ada yg kebingungan. Tampak dari sebagian yg sudah duduk tasyahud akhir. Dan yang berdiri pun ada yg “mengingatkan” imam dengan membaca tasbih: subhanallah.

Alhasil, imam pun duduk tasyahud kembali dan tidak jadi melakukan rakaat terakhir tadi. Hmm..

Bingung juga saya, karena tidak ada latihan menghadapi situasi ini. Bisakah subhanallah di-override? Jadi, imam sudah “membenarkan” gerakan karena tasbih makmum tapi sebenarnya malah itu jadi salah… Gimana ya? Masa di-override, bilang subhanallah lagi. Konflik lah.

Panitia salman juga sepertinya belum ada latihan mengenai situasi seperti ini. Beberapa menit setelah shalat witir, salah seorang panitia dengan ragu mengabarkan kesalahan tersebut ke jamaah. “Err. Tadi itu sujud tilawah, ja-jadi dihitungnya cuma satu rakaat. Ja-jadi kita tadi baru shalat tarawih 7 rakaat.” Dan tidak memberikan solusi apa-apa. “Mari kita perbaiki dan lengkapi kekurangan yg satu rakaat lagi“-kek atau gimana kek. Ralat (20-07, 9:50): yang mengabarkan kesalahan adalah Imamnya sendiri. Karena orang Yaman yg blm lancar bahasa Indonesia jadi tampak ragu, masih terbata Indonesianya.

Tapi udah terpisah sama shalat witir ya, duh gimana dong ya?

Tentu saja, saya tidak ingin terjerumus ke dalam ghibah dan ini juga bukan untuk mengkritik panitia atau bahkan imam. Saya nulis karena nggak ngerti nih. Siapa tahu aja ada yg tahu masalah ini. Atau saya email ke rumah fiqih saja ya? Hmm.. Ada yg tahu emailnya?


Ternyata, imam tersebut bukan orang Indonesia. Namanya  Thyazen Hakimi Al-hafidz, dari Yaman. Mungkin karena itu kali ya, kendala bahasa. Dan (dan sehingga) tidak ada pengarahan dari panitia dan asisten imam jadinya tarawih di salman kali ini sedikit berbeda. Lumayan lah, situasi baru sebagai bahan learning untuk masa depan, bagi imam, panitia, dan jamaah salman.

Update (20-07, 9:50): Press release dari asisten imam yg waktu itu dapat dibaca di post berikut ini.

Disain Baliho Ramadhan Raksasa di Masjid Salman

Awal Ramadhan 1434H ini, di lokasi baliho pelataran parkir Masjid Salman ada yang sedikit berbeda. Lokasi baliho itu memuat 3 spot baliho yang berjejer secara menempel. Biasanya, masing-masing slot punya baliho sendiri. Kali ini hanya ada satu baliho yang ukurannya super besar menguasai seluruh tiang baliho tersebut. Wow, kalau baliho standar ukurannya 3 m x 5,3 m (perbandingan 9:16, kayak smartphone), berarti baliho raksasa itu ukurannya 9 m x 5,3 m.

Namun, yang saya agak sayangkan adalah disain balihonya itu, AGG (Agak Gimana Gitu). Ornamennya sih bagus, tapi layout dan tulisannya itu. Susah dibaca, kecil-kecil, dan fontnya aneh. Papyrus, yg emang font kecil kriwil-kriwil. Lalu, ada area putih yang tidak terpakai yang semestinya bisa dimanfaatkan untuk mengoptimalkan ukuran tulisan biar bisa dibaca. Hmm… Setidaknya itu menurut saya loh. Maaf.

Berikut potret baliho raksasa tersebut.

Baliho P3R 1434H Salman

Baliho P3R 1434H yang di pasang di Salman Ramadhan ini

White area yang saya bilang adalah bagian bawah baliho (liat gambar di atas). Mungkin pikir disainernya karena terlalu bawah jadi bagian itu kurang terlihat. Well, sayangnya ini baliho kan tepat di samping jalur pejalan kaki. Jadi justru yang paling terlihat karena selevel dengan kepala pejalan kaki adalah bagian bawah baliho. Jadi ya putih doang. Hmm…

Dan font-nya itu loh, kok milih yang itu gitu. Biar necis?? Nggak ada yang lain apa?

Papyrus 16pt

Oleh karena itu, karena saya baik iseng saya pun ingin membuat gubahan dari baliho di atas. Disain baru yang punya ukuran dan jenis huruf lebih terbaca, susunan layout yang mementingkan tanggal dan prioritas acara, dan ruang yang termanfaatkan semua. Hasilnya adalah desain baliho di bawah.

Baca Selengkapnya

Tips Lolos dari CCTV Salman Yang Baru

Jadi, seminggu ini Masjid Salman ITB mulai memasang sistem Close Circuit Television, alias CCTV. Beberapa tempat dan pintu mulai dipasangi kamera pemantau. Yang unik dan mau saya senggol sedikit disini adalah posisi kameranya. Agak aneh, siapa yg ngusul sih…

Sedikit melihat kameranya, saya langsung berandai-andai cara untuk meng-outsmart ini CCTV. Ya gimana, dia sendiri yg posisinya memberikan celah.

Oke, ini denah salman dan letak CCTV tersebut. Yang baru adalah yg panjang di sekitar ruang utama.

Ada set CCTV baru di Salman

Dan ini adalah foto empat CCTV yang di pasang di pintu utama ke ruang utama Masjid Salman, yakni pintu di koridor sebelah selatan. Utama karena mengadap koridor ikhwan yg menuju ke luar. Foto ini diambil tepat pada pintu, di bawah kameranya.

Salah empat dari kamera yg baru, di foto dari bawah, tepat di jalur masuk utama

Salah empat dari kamera yg baru, di foto dari bawah, tepat di jalur masuk utama

Lumayan dapet idenya? Empat kamera lain di seberang ruang utama masjid (pintu koridor utara) juga diposisikan sama, dan paralel letaknya dengan kamera yg ini.


Oke berikut rencananya.

Secara umum ada dua ide. Lihat gambar di bawah pada jalur merah. Jalur tersebut sangat aman dari CCTV manapun, dijamin kalau lewat situ tidak akan ada rekam jejak kita pernah lewat di Salman. Ya, ini tentu memanfaatkan blind spot CCTV tepat di depan lorong ke luar tapi tidak menghadap ke lorong tersebut. Jadinya ya nggak bakal tampak di layar.

Baca Selengkapnya

The Glorious Death

I imagine how i’m finished of
What for my life used to
When that time arrive
My last breathing time
And the destiny beneath it
But I choose
I want to die on the best moment
I want to die in the right purpose
I want to die at the highest rank of mission
On the way
To protect my believe
To arise the faith of truth
War of the blue earth
Or battle against thought
Burn the fire of the white flares
Hoist the brave of the black flags
Swing the sword of the bright light
In the name of Islam

So I wonder what will do
So I wonder who will help
So I wonder where will go
So I wonder when will held
But I didn’t have the answer yet
‘Cause I felt broken alone
And have been defeated by the media
I, we
Need a sight and a hand
From you all of my brothers and sisters
Unify entire caliphate to fight together
Then I see through time of the future glory
And now, steps by steps
Te gallant empire starts opening his eye


Lagi lagi puisi yang nemu di binder waktu saya TPB, waktu masih polos dan normal sepertinya. Tidak tahu saya (yg sekarang), konteks saya (yg dahulu) menulis puisi ini apa. Tapi kayaknya agak cocok dengan situasi dunia dan wilayah timur tengah sekarang, hmm…

Puisi yang satu lagi berjudul Sepotong Senja Pantai.

Penasaran dengan Presiden Angkatan Internet 2030

Tidak, artikel ini bukan untuk mengomentari langkah Pak Beye minggu lalu yang membuat akun Facebook dan Google+ yang sebelumnya membuat akun Twitter. Buat apa. Biar lah presiden kita yang lucu itu menikmati masa-masa akhirnya sebagau presiden. Tidak usah dikomentari. Toh, tulisan ini juga sudah divisikan agak lama sebelum itu.

Saya cuma agak penasaran dengan presiden 2030 kita kelak. Presiden apapun, mau Indonesia, Amerika, presiden PSSI. Kenapa 2030? Karena pada saat itulah anak angkatan 90 yang merupakan angkatan pertama yg mengenyam Internet sejak kecil (minimal SMP) memasuki umur 40an. Sudah pada qualified jadi pucuk-pucuk pimpinan lah ya. Angkatan Internet istilah saya.

Kenapa penasaran? Pucuk kepemimpinan tersebut biasanya dipilih oleh orang lain atau pemilu. Dan tentu saja, untuk memilih, latar belakang seorang calon tersebut akan dikupas habis, termasuk jejaknya di dunia maya. Angkatan Internet yg sejak kecil menyentuh Internet tentu saja pada punya kanal informasi di dunia maya tersebut. Baik untuk mencurahkan pikiran, pengalaman, dan ilmu di weblog atau mencurhatkan perasaan, kegiatan, dan artikel di jejaring sosial. Entah itu tumblr, facebook, wordpress, dll.

Generasi Internet

Generasi Internet

Bayangkan ketika pemilu, semua catatan abadi yg bisa dilihat khalayak banyak itu (entah memang artikel publik atau private/friends yg kemudian dibagi oleh temannya sendiri) akan diungkit-ungkit oleh media. Pemilu kan gitu banget ya? Pasti diangkatlah pandangan yg aneh-aneh dari si calon yg sudah tertulis sejak lama, bahkan jauh sebelum si calon niat atau menumpuk kredibilitas untuk jadi presiden.

Bedakan dengan angkatan tua sekarang yg mulai menyentuh Internet saat mereka sudah dilangit. Misalnya Pak Beye yang imut tadi, blognya Pak Dahlah Iskan yg membuka pikiran, blognya Pak Tjamaluddin yg berbobot. Memang tidak semua pejabat tapi hampir semua. Mereka sudah punya “nama” saat membuka koneksi ke dunia informasi nan kejam tersebut. Tentu saja, mereka akan menulis secara hati-hati. Pelan, berkualitas, tidak tendensius (bisa diterima banyak khalayak), dan tentu saja meningkatkan citra diri.

Angkatan Internet di sisi lain memulai sebelum mereka punya apa-apa. Jelas, banyak sekali tulisan mereka yg aneh-aneh dan kadang tendensius. Misalnya saya, kalau nyalon jadi presiden. Pasti artikel ini diungkit media dan dikomentar-komentari. Demokrat (kalau masih ada) pasti pada benci karena saya menulis foundernya dengan kata sifat lucu, imut, dan unyu pada paragraf pertama dan paragraf ini. Pasti ribut,

Penasaran saya, bagaimana nanti pemilunya ya. Nggak sabar ingin lihat.

Sebuah peringatan juga bagi Anda yg sudah memasang target untuk jadi presiden kelak. Hati-hatilah dalam meninggalkan jejak di Internet.

Krisis Tulisan (v07-13) dan Seminggu Akhir Juni yang Super Melelahkan

Tentu saja, setelah absen menulis lama, artikel pertama yg “wajib” ditulis blogger adalah meminta maaf karena sudah lama tidak menulis (seolah-olah sebelumnya sering menulis dan seolah-olah banyak yg baca) dan berjanji setelah ini bakal menulis lagi, lebih sering.

Blog ini juga, sudah mencatat tulisan bernada seperti ini sekian kali. Bahkan ada kategori khusus, Blog’s Rambling namanya. Dan tidak terkecuali, tulisan ini pun bertipe sama dan di bawah kategori tersebut.

Okeh, kali ini apa lagi alasanmu, penulisku?

Sok sibuk? Habis menghabiskan akhir bulan Juni dengan berpergian yg tidak biasa?


Iya bro blog…

Jumat. Gathering di Holten Golden Flower. Pulang jam 10 malam.

Sabtu pagi dari jam 6 langsung ke Ancol, jadi pager bagus teman sekosan. Pulang jam 3 sore. Itupun masih ngurusin kado nikah yg gagal dibuat mamangnya karena bingung dengan disainnya.

Minggu pagi jam 8, berangkat ke Selangor, Malaysia. Konferensi Internasional ICEEI ke empat.
Sampai jam 1 waktu setempat, langsung naik Van sejam lamanya ke hotel. Duduk sebentar, scouting daerah sekitar, terus jam 5 dijemput bibi buat keliling Selangor. Sampai rumah bibi jam 1 malam dan langsung tidur.

Senin pagi bangun jam 6. Masih gelap disana, tapi langsung siap-siap karena mau presentasi. Sampai kampus UKM jam 8 (ngebut naik motor lewat tol, itupun masih 40 menitan lamanya), langsung registrasi, ikut opening, lihat presentasi, hingga sore. DAN tidak kalah penting, ashar langsung ikut rombongan jalan-jalan ke Putra Jaya. Keliling ibukota Malaysia yg “asli” sampai Magrib (jam 7.20 waktu sana). Pulang tidak langsung ke hotel, rombongan mampir dulu ke gala dinner di bukit golf. Makan malam sampai jam 10-an.

Sampai sini, rasanya saya sudah mau pingsan. Pemandangan superb, musik yang indah, dan makanan sebanyak, semewah, dan selezat itu pun saya tidak nafsu sama sekali.

Dan jangan berpikir rodian di atas dimulai jumat ya. Kan hal-hal di atas perlu persiapan dan lain-lain, bukan? Ribet nuker duit yg ternyata habis stok lah, disain kado, ke tempatnya, dan pekerjaan lain.

Selasa, sengaja jam 7 tidur lagi sampai jam 11. Kalau tidak bisa balik ke Indonesia bukan dengan Airasia tapi dengan pesawat ambulance soalnya. Habis puas tidur, mau sarapan di hotel eh udah tutup. Ya udah, checkout aja. Langsung ke tempat konferensi di Fakultas Sains dan Teknologi Maklumat.

Nongkrong nunggu bus, nggak-nggak lewat dong! Sejam dah nongkrong panas-panas di tepi jalan kampus sendirian, bawa tas gede. [Notes: hotel saya menginap berbeda dengan seluruh “peserta” konferensi lain yg dari ITB]

Sampai di FTSM, ikut konferensi sampai sore, sambil galau (bersama teman lain) mau teknis kepulangan bagaimana. Pesawat berangkat jam 6 pagi besoknya bro…!!!

Selesai penutupan jam 6 (masih terang), siap-siap, nemenin kawan yg nginepnya di asrama buat mulangin bantal (baca: checkout, yap dengan ritual mulangin bantal dan seprai, literally). Menunggu sms ke rombongan cewek (yg udah mahal tapi telat terbaca pula -.-). Jam 7 berangkat dari kampus ke stasiun.

Shalat jama’ takhir di stasiun (naik kereta dari kampus ke KL Sentral sejam lamanya), terus nunggu si rombongan cewek (yg juga terpisah sejam lamanya tentunya). Sambil nunggu, information gathering cara ke bandara gimana. Bus terakhir jam 10.30. Nongkrong agak lama di depan loket bus menentukan mau berangkat jam berapa. Setelah sepakat mau berangkat di bus pertama (pukul 02.15, biar bisa belanja dg tenang lalu tidur di stasiun aja) eh malah mamang loketnya ilang…. T.T

Baca Selengkapnya

Kahfi

Ah, lemas sekali rasanya badan ini. Sepertinya sudah lama sekali saya tertidur. Tertidur… Hmm, tunggu dulu. Kok, rasanya kata itu kurang pas menggambarkan keadaan aku.

Sebentar. Ada yang aneh.

Rasa empuk tempat tidur yang tidak familiar. Seingatku, kasurku tidak seempuk ini.

Harum bunga yang tidak ku kenal. Mana ada bunga di kamarku.

Cahaya silau lampu kamar yang mampu menerobos kelopak mata diriku yang sedang tertidur pulas ini. Bagaimana bisa, lampu kan selalu kumatikan sesaat sebelum tidur.

Rasa dingin malam yang tidak pernah kurasakan. Dan Hening. Terlalu hening. Sebenarnya di mana aku sekarang? Aneh, aku tidak ingat.

Ah, bagaimana sih. Tinggal bangun saja bukan? Apa susahnya…

Aku coba membuka mata yang tertutup erat ini. Susah sekali rasanya. Ayo, kenapa… Selelah itukah aku sampai sulit sekali kelopak mata ini bergerak. Tapi aku harus tahu, apa yang terakhir kulakukan, sehingga aku berada di tempat asing ini. Dan apa tempat asing ini?

Setelah berjuang sepenuh jiwa selayaknya memperjuangkan bangun setelah tidur dari bergadang mengerjakan tugas besar berhari-hari, bukannya hilang butir-butir keanehan tadi, malah bertambah satu demi satu. Aku tidak merasa membuka mata tetapi aku bisa melihatnya. Ya, langit-langit yang tidak pernah ku lihat. Tirai berpola aneh yang menggantung di jendela yang tidak ada dalam ingatanku. Dan yang terakhir ini, aku tahu, bentuknya selalu sama di mana pun aku melihatnya.

Tiang infus. Apa yang dilakukan tiang infus di sini? Siapa yang sakit… Tunggu, sini itu di mana?

Di sampingku, sesosok orang tertidur lelap menggenggam erat tanganku. Lelap sekali, seolah-olah ia baru tidur hingga larut malam. Apakah ada sinetron yang tayang sampai tengah malam? Hmm… Aku tidak yakin…

Tidak berapa lama, terdengar dengungan suara sayup-sayup yang setiap pagi ku dengar. Makin lama, makin dekat suaranya bersahut-sahutan. Pintu kamar terbuka dan seorang pria masuk. Nah, yang ini aku kenal. Meskipun wajahnya tampak muram dan sembab, aku kenal. Dia berhenti sejenak di samping tempat tidur, kemudian memandang sedih ke arahku. Sedikit menghela napas, dia kemudian pelan-pelan menepuk pundak wanita penggenggam tanganku tadi. Membangunkan.

“Ibu… Ibu… Bangun, Ibu. Ayo kita salat subuh dulu… Kita harus berdoa, supaya Rudy cepat siuman dan sembuh…”

Perlahan wanita itu mendongakkan kepalanya. Genggaman tangannya sejenak makin erat sebelum akhirnya dia lepaskan. Dia berdiri, memandangku sebentar, dan mencium keningku. Sesaat sebelum keluar ruangan, ia memandangku lagi, sama seperti pandangan saat aku akan pergi merantau dulu. Sekilas kulihat ada pantulan cahaya di ujung matanya yang kemudian ia usap cepat-cepat. Ia pun keluar diikuti pria yang masuk tadi.

Oh my god! Ibu, bapak? Kenapa bisa di sini? Apa yang terjadi… Kenapa sepertinya sedih sekali melihat aku. Ya ampun, ini di mana sih. Aduh, aduh… Kok susah sekali rasanya bangun… Tunggu dulu, “supaya Rudy cepat siuman”? Supaya aku cepat siuman? Ini aku sudah bangun kok… Ini aku bisa melihat sekeliling. Kok dibilang belum siuman. Apa-apaan ini. Memangnya aku pingsan? Pingsan? Pingsan…

Setelah entah berapa lama aku menggeliatkan badan, berusaha untuk membangkitkan tulang, aku menyerah. Ah, kelamaan begadang nih kayaknya. Ah, apa yang sebenarnya terjadi.

Cahaya mentari mulai mendelik di antara tirai yang menyelimuti jendela asing tadi. Sudah pagi rupanya, ayo bangun.. Bangun.. Terlalu lama keanehan ini, mimpi ini, terjadi. Sedikit berjuang dan berjuang, akhirnya aku bisa duduk menyender juga. Atau setidaknya itulah yang ku kira.

Aku duduk, tetapi aku masih berbaring. Oh my god! Sebenarnya apa yang terjadi… Aku… Ada dua… Sosokku yang duduk, yang bisa bergerak, tampak sedikit transparan. Sementara itu, ada sosok yang juga mirip diriku sedang tidur lemah lengkap dengan infus dan selang hidung. Aduh, nggak paham lagi saya.

Aku tidak pingsan. Aku koma! – Kayaknya…

Baca Selengkapnya

Cerita Pak Kimura: Pernikahan Orang Jepang

Sebagai penutup seri dua tema bulan ini, saya menyampaikan artikel yang menyilangkan keduanya: jejepangan dan ninikahan.

Sebelum masuk ke cerita inti yg saya dengar dari Pak Kimura, mungkin ada baiknya kita simak sekilas info tentang masalah yg dihadapi di jepang saat ini.

Jepang sedang mengalami yang namanya bencana populasi. Jepang adalah negara yang sangat makmur dan kaya yg salah satu indikator utamanya adalah rata-rata umur, hingga 80 tahun untuk pria. Peringkat yg sepertinya paling tinggi seluruh dunia. Akan tetapi, tingkat kelahiran Jepang kian tahun selalu mencetak rekor, terendah. Peringkat kelahiran Jepang hanya 10.3 dari 1000 orang di tahun 1993 [1] dan sekarang lebih rendah lagi, hanya 1.75%. Akibatnya, jumlah populasi produktif Jepang sangatlah sedikit. Katanya, jumlah orang tua di atas umur 65 tahun mencapai 20% populasi disana, bahkan tahun 2010 pun Jepang kehilangan 212.000 penduduk [2]. Kalau tren ini terus begini, populasi Jepang hanya akan setengah dari sekarang 70 tahunan lagi. [3]

Itulah mengapa Jepang banyak impor pelajar dan pekerja ke negaranya. Proyek terbarunya saja, Global 30, menargetkan 300.000 pelajar asing yang studi di kelas internasional di Universitas-universitas Jepang.

Mengapa bisa begitu? Katanya, penyebab utama adalah rendahnya minat menikah. Orang Jepang cenderung menikah sangat telat (karir oriented) atau tidak menikah sama sekali. Pada rekor terendahnya, jumlah orang yang menikah dari 100.000 penduduk hanya 5.3 orang menurut worldsecuritynetwork.com [3],

Miris yak? Disana nikah tidak disukai. Saya dengar-dengar (tapi tidak ada referensi terpublikasinya) karena nikah itu mahal dan ngurus anak repot. Hmm… Akibatnya, yg dirugikan negara!


Nah, yang Kimura Sensei bukan itu dan tidak berhubungan sama sekali dengan itu. Bahkan mungkin judul artikel di atas kurang tepat. Hehe…

Pak Kimura bercerita. Resepsi pernikahan di Jepang itu repot dan sering dijauhi. Males datang lah, ke walimahan. Begini alasannya.

Kalau walimahan di Jepang, katanya orang Jepang (undangan.pen) selalu bawa amplop. Besaran amplop disesuaikan dengan kedekatan undangan tersebut dengan (salah satu) pengantin pria atau wanita. Makin dekat orangnya, katanya makin mahal pula amplop yang harus diisi.

Gawat yak? Nikah = mahal, baik bagi pengantin maupun pengunjung.

Kemudian, kalau sudah memberi amplop, baru kita boleh makan di walimah itu. Makannya disesuaikan dengan amplop yg kita beri tadi. Mungkin ini sikap sportif-nya kali ya, makan sesuai dengan yang kita beri.

Jadi sepertinya, kalau sahabat dekat pengantin harus bayar banyak, dan makannya juga banyak. Bahaya ya. Itulah pula sebabnya artikel ini dipublikasi setelah tanggal 22 Juni 2013. Kalau sebelum bisa bahaya, ada yang dapet ide/usul aneh-aneh, saya yang rugi ntar. Hehe…

Btw, budaya ini mirip-mirip sama di Jawa khususnya di Kebumen sana, kata temen saya. Bedanya, kalau disana tiap orang yang datang walimah mesti bawa amplop. Misalnya, satu rumah memboyong 4 orang, suami-istri dan dua anaknya. Nah, masing-masing wajib bawa sogokan (amplop.red) masing-masing. Makanya, kalau ada walimah disana jarang yg satu keluarga datang ramai-ramai. Cuma diwakili satu orang saja, takut tekor soalnya.

Hmm, beda budaya beda aturan main memang. Ada yang punya aturan main menarik lainnya?

Hobiku Dulu : Membuat Ambigram

Waktu saya masih muda dulu (baca: masih TPB), saya suka sekali mengotret-otret buku binder. Waktu itu kebetulan lagi zamannya Angels&Demons. Sebuah novel Dan Brown yang sangat memukau dan diisi oleh berbagai ambigram. Nah, salah satu yang suka saya otret-otret adalah ambigram. Asyik rasanya membuat ambigram.

Oh ya, ambigram adalah sebuah kata atau bentuk yang jika dilihat dari sisi, dengan cara, dan melalui sudut lain tetap mempertahankan maknanya atau memiliki makna lain. Misalnya kata suns dibalik juga bisa dibaca suns. Kasur Nababan Rusak yang berupa palindrome bisa dibilang termasuk dalam ambigram. Namun, biasanya ambigram yang cantik tidak memiliki susunan huruf yang palindrom. Meskipun begitu tetap bisa dibaca sama, jika dibaca terbalik, dicerminkan, atau dengan sudut persepsi tersentu. Logo perusahaan SUN, yang muter empat kali itu juga termasuk ambigram.

ALBADR STEI EL-IF

Tengah : ALBADR, Logo Merah: IF-EL

Ambigram juga tidak mesti sebuah kata dibalik menjadi kata yang sama ya. Bisa juga menjadi kata yang berbeda, berpadanan, atau bertentangan. Contohnya, ambigran EL-IF, dua kubu bertentangan pada Sekolah Teknik Elektro dan Informatika. Logo di atas juga sedang populer pada saat saya masih TPB.

Contoh ambigram yang saya buat adalah ambigram di atas. Logo EL-IF nya agak ngadaptasi dari yang sudah ada sih, agak beda (kalau nggak salah) dengan resminya. Ang di tengah pada gambar di atas adalah nama saya: ALBADR. Gimana? Agak aneh ya.

Ambigram yang sering saya buat adalah nama orang. Karena waktu TPB saya aktif di Unit Budaya Lampung, kebanyakan yang saya buat ya nama-nama dari teman UBALA saya. Berikut contohnya.

Coba tebak, masing-masing ambigram berikut bacanya apa. Baca Selengkapnya

22 Juni 2013, SNF

Fikri-Sarah Love

Hari ini, seorang sahabat melaksanakan sebuah mitsaqan ghaliza, menaiki sebuah milestone batu tolakan, dan menempuh hidup baru. Mencapai target yang sudah ditetapkan dan diimpikan sejak lama.

 

Sebagai teman serumah selama beberapa tahun belakang, saya tentu turut senang dengan pencapaian target ini. Walaupun pada akhirnya, teman serumahnya dia bakal berbeda from this point on. Jadi kayak ngerasa ngelepas anak, hehe. Agak nggak rela juga dan tentunya iri juga, haha.

Apapun itu, dengan artikel ini saya bersama seluruh jajaran kosan KIPAN mengucapkan:

Barakallahu laka, wa baraka ‘alaika, wa jama’a baynakuma bikhayr.

Semoga Allah SWT memberikan berkah kepadamu dan memberikan berkah atasmu serta menyatukan kamu berdua didalam kebaikan

Fikri ijab qabul

Fikri mengecup Sarah pertama kali

Berikut adalah kado yang kami berikan. Sederhana. Sangat-sangat sederhana. Ortodox pula, nggak ada bagus-bagusnya ya… Ya mau gimana lagi. Soalnya nggak ada duit, yg sokongan cuma dua orang sih. Harap maklum…

Jangan sampai ketuker ya...

Jangan sampai ketuker ya…

Salam Cinta, Harmoni, Kerja Keras

Salam Cinta, Harmoni, Kerja Keras

SNF

Meskipun begitu, kami sangat berharap bahwa objek di atas dapat dimanfaatkan benar-benar dalam kehidupan. Tidak hanya dijadikan simpanan di gudang di dalam kardus aslinya. Semoga…

Filosofinya dari disain yang tertera di objek tersebut, seperti tampak pada ilustrasi di samping, adalah bahwa kedua ini tidak dapat dan tidak akan dapat dipisahkan. Sebagaimana ambigram yg membentuk disain disamping dan di atas, dua nama yang terukir tak dapat dilepas tanpa merusak keutuhan bentuk. Kedua nama pun saling serasi membentuk sebuah karya yang sinergi dan saling mendukung, menyokong dari dua arah.

Sekali lagi selamat kepada Sarah n Fikri. SNF.

Barakallahu laka, wa baraka ‘alaika, wa jama’a baynakuma bikhayr. Baca Selengkapnya

Balada Lagu-lagu di Pesta Pernikahan

Tidak jarang kita temukan adanya organ tunggal pada pesta-pesta pernikahan. Tentu, saya tidak ingin membicarakan pro-kontra memakai organ tunggal dalam pernikahan yang islami. Walaupun pengantinnya males pake itu, biasanya orang tua atau keluarga besar tuh yang maksa. Oke cukup sampai sini bahasan ini.

Yang saya ingin bicarakan adalah lagu-lagu yang sering dinyanyikan orang di organ tunggal tersebut. Baik oleh biduan (eh biduan itu terbatas untuk penyanyi wanita saja bidu wanita : biduwan atau pria juga biduwan – biduwati?) maupun pengunjung.

Kenapa?

Coba perhatikan. Itukan sedang acara pesta pernikahan. Berarti ada yang baru menikah dong ya. Organ tunggal kan pengiring pesta tersebut. Hiburan. Berarti harusnya lagu dari biduwan dan juga dari pengunjung ke itu ditujukan untuk yang menikah, bukan? Mereka kan naik panggung bukan untuk karaoke pribadi tapi untuk membahagiakan pengantin. Sampai disini nyambung dengan maksud saya?

Nah, kalau begitu, kok lagu yg dinyanyikan pada organ tunggal itu lebih banyak yang ke arah kontra pernikahan? Atau yang contoh pernikahan yang tidak bagus… Atau cinta-cintaan bodoh.

Misalnya, pada saat walimah ada yang nyanyi (serius ini, saya temukan beneran):

Bang thoyib… Bang thoyib… Kenapa nggak pulang-pulang…
Anakmu, anakmu… Panggil-panggil namamu…
Tiga kali puasa, tiga kali lebaran
Abang nggak pulang pulang [dst, saya lupa liriknya]

Kan aneh! Orang ini baru aja nikahan, malah disuguhi kasus-kasus pernikahan yang gagal.

Misalnya lagi Republik – Sandiwara Cinta, T2 – Tak Jodoh, Iwan Fals – Yang Terlupakan.  Kan nggak cocok! Atau lebih parah lagi nyanyi lagunya Sinta Jojo – Hamil Tiga Bulan. Maksudnya apa coba…

[belum ada sih pengunjung yg sampe segoblok itu, setidaknya selama pengalaman saya jadi hadirin pesta nikah, masih sebagai hadirin loh ya… ^^] [DISCLAIMER: saya tidak tahu eksistensi lagu-lagu di atas sampai saya googling nyari contoh lagu-lagu yg nggak cocok di tampilin di walimah, to the extreme]

Atau nyanyi Melinda – Cinta Satu Malam. (dafuq -.- ….) 

Ya sebaiknya kalau mau ngisi di pesta walimah ya mbok pilih tembang yang bertemakan cinta terbangun, cinta suci, atau pernikahan lah. Kalau bisa ya nyanyi yang agak religi dan ada muatan doanya. Kalau nggak bisa ya yang tentang persahabatan aja. Jangan sampe pisah walau sudah nikah. Atau apa kek, asal jangan ke arah putus cinta,  perpisahan, cinta buta, pacaran, atau kekasih gelap. Masak mau ngisi lagu nikah nyanyinya Sheila on 7 – Sephia.

Hey Shofi·ya Sephia. Malam ini ku takkan datang.
Mencoba ‘tuk berpaling sayang. Dari cintamu.

Hadapilah ini. Cinta kita takkan abadi…
Selamat tinggal kekasih gelapku, oh Fathiya Sephia.

Apalagi yang nyanyi pengantin prianya. Kan lucu. Bener sih lucu, tapi beres walimah digebukin tuh. Don’t try this at home. Don’t try this at your friends home either.

Saya nggak tahu banyak lagu Indonesia sih, jadi nggak bisa banyak kasih contoh yg buruk dan baik untuk walimah dalam hal ini. Saya juga lupa mencatat lagu-lagu aneh yang saya dengar di pesta-pesta nikah yg saya hadiri lalu. Pokoknya saya menyarankan lihat dulu konten liriknya lah. Cari lagu yang bagus lah, membakar bara cinta si dua pengantin. Misal:

Tak akan ada cinta yang lain
Pastikan cintaku hanya untukmu
Pernahkah terbersit olehmu
Akupun takut kehilangan dirimu

atau

Dengarkanlah wanita pujaanku
Malam ini akan kusampaikan
Hasrat suci kepadamu dewiku
Dengarkanlah kesungguhan ini
Aku ingin, mempersuntingmu
Tuk yang pertama dan terakhir

atau

Citcicuitcitcit-citciciruitcitcit…
Lalalala lala lala la lala la lala 2x lalalalalaaaaa….
Kupinang engkau dengan Alquran
Kokoh dan suci ikatan cinta
Kutambatkan penuh marhamah
Arungi bersama samudra dunia

Atau apa kek, elo kan yang mau nyanyi. Pasti elo lebih tahu lah.

Atau unjuk diri kek, gantiin mamangnya main organ di depan. Atau ke walimah bawa biola gitu. Bawa grand piano gitu, mainin Yiruma. Lebih elegan lah.

Kalau saya (waktu itu sempat berkelakar dengan teman-teman sekosan) mau nyanyi Baca Selengkapnya

Yuzu – REASON

居るよ そばに 一番近く
Iru yo soba ni ichiban chikaku
今はただそれだけでいいから
Ima wa tada sore dakede īkara
いつかそっと言いかけた
Itsuka sotto ii kaketa
夢の続きを聞かせてよ
Yumenotsudzuki o kika sete yo

Ku disini, sedekat mungkin di sampingmu
Itu saja sudah cukup bagiku
Suatu hari maukah kau memberitahuku
Kelanjutan dari mimpi-mimpimu

僕らにどんな世界が
Bokura ni don’na sekai ga
道なき未知の先に待ってる?
Michi naki michi no saki ni matteru?
声なき声はこのまま何処にも届かずに消えてゆくの?
Koe nakigoe wa kono mama doko ni mo todokazu ni kiete yuku no?

Dunia seperti apakah
Yang menanti kita di akhir jalan tak bernama ini
Akankah suara senyapku menghilang tanpa dapat mencapai manapun?

忘れない(昨日の記憶)
Wasurenai (kinō no kioku)
消せない(今日の後悔も)
Kesenai (kyō no kōkai mo)
投げ捨て(がむしゃらに明日を目指す)
Nagesute (gamushara ni ashita o mezasu)
朝日に照らされた傷 笑いあって
Asahi ni terasa reta kizu warai atte
終わることない旅を続けよう
Owaru koto nai tabi o tsudzukeyou

Jangan lupakan.. (Kenangan masa lalu)
Tak terhapuskan.. (Penyesalan hari ini juga)
Buanglah.. (Dan gegaslah memandang hari esok)
Tersenyumlah pada luka yang bersinar karena mentari pagi
Dan lanjutkan perjalananmu yang tiada akhir…

向かい風と知っていながら
Mukaikaze to shitte inagara
それでも進む理由がある
Soredemo susumu riyū ga aru
だから友よ
Dakara tomoyo
老いてく為だけに生きるのは
Oite ku tame dake ni ikiru no wa
まだ早いだろう
Mada hayaidarou

Akan ada deru angin menghadang, aku tahu itu
Namun ku harus tetap maju, kupunya alasan
Maka sahabatku, terlalu remeh kita hidup
Hanya untuk tua, kan

身につけたもの 抱え込んだもの
Mi ni tsuketa mono kakaekonda mono
手放したとき 始まる何か
Tebanashita toki hajimaru nanika
上手く生きてくレシピを破り捨てて感じるREASON
Umaku ikite ku reshipi o yaburi sutete kanjiru REASON
そう僕らのやり方で
Sō bokura no yarikata de

Hal yang kamu pegang teguh, hal yang kamu jaga..
Ketika aku melepasnya, sesuatu akan memulai..
Aku merasa ada ALASAN untuk membuangnya demi hidup ini..
Ya, kita lakukan dengan jalan hidup kita..

夜の風が記憶を掻き乱す
Yoru no kaze ga kioku o kakimidasu
逃げ出せたはずなのに同じ場所
Nigedaseta hazunanoni onaji basho
一人ゆらりのらりくらり月を眺めて
Hitori yurari norarikurari tsuki o nagamete
君は救いを願う
Kimi wa sukui o negau

Angin malam mengacaukan kenangan..
Kamu dapat melarikan diri namun kamu masih di sini..
Sendiri, menatap bulan dengan malas..
Mengharapkan pertolongan..

長い旅路僕ら強くなった
Nagai tabiji bokura tsuyoku natta
でも癒えない傷また疼きだす
Demo ienai kizu mata uzuki dasu

 Perjalanan panjang ini membuat kita kuat
Meskipun luka kita yang tak sembuh mulai terasa sakit

何も言わないだけど僕はわかってるから
Nani mo iwanaidakedo boku wa wakatterukara
ほら 空が明けゆく
Hora sora ga ake yuku

Aku tak bisa menjanjikan apapun, tapi tenang aku tahu
Lihatlah, badai pasti berlalu

居るよ そばに 一番近く
Iru yo soba ni ichiban chikaku
今はただそれだけでいいから
Ima wa tada sore dakede īkara
いつかそっと言いかけた
Itsuka sotto ii kaketa
夢の続きを聞かせてよ 聞かせてよ・・・
Yumenotsudzuki o kika sete yo kika sete yo

Ku disini, sedekat mungkin di sampingmu
Itu saja sudah cukup bagiku
Suatu hari maukah kau memberitahuku
Kelanjutan dari mimpi-mimpimu

聞こえる その声が
Kikoeru so no koe ga
この影 蘇る
Kono kage yomigaeru

Terdengarlah suara itu
Yang membangkitkan bayanganku

向かい風と知っていながら
Mukaikaze to shitte inagara
それでも進む理由がある
Soredemo susumu riyū ga aru
だから友よ
Dakara tomoyo
老いてく為だけに生きるのは
Oiteku tame dake ni ikiru no wa
まだ早いだろう
Mada hayaidarou

Akan ada deru angin menghadang, aku tahu itu
Namun ku harus tetap maju, kupunya alasan
Maka sahabatku, terlalu remeh kita hidup
Hanya untuk tua, bukankah begitu

汗にまみれて泥にまみれて
Ase ni mamirete doro ni mamirete
手にしたものはみっともないかな?
Te ni shita mono wa mittomonai ka na?
誰かが決める勲章は星くらい聞こえるリズム
Dareka ga kimeru kunshō wa hoshi kurai kikoeru rizumu

Berlumur keringat dan lumpur..
Hal yang kita peroleh, bukankah tidak memalukan?
Keputusan yang dipilih ada ritme yang mampu didengar bintang..

居るよ そばに 一番近く
Iru yo soba ni ichiban chikaku
今はただそれだけでいいから
Ima wa tada sore dakede īkara
いつかきっとたどり着く
Itsuka kitto tadoritsuku
僕らの未来へ動き出す
Bokura no mirai e ugokidasu
今確かに
Ima tashikani
そう僕らのやり方で
Sō bokura no yarikata de

Ku disini, sedekat mungkin di sampingmu
Itu saja sudah cukup bagiku
Suatu hari kita pasti dapat meraihnya
Bergerak, menuju masa depan
Sekarang pasti
Ya! Dengan jalan hidup kita

S.U.A.M.I. & I.S.T.R.I.

Suatu hari, pak ustadz bercerita.

Pernikahan itu ibarat mengarungi samudera. Saat ini, kita seperti sedang berdiri di pantai. Melihat ke arah laut sana, semua tampak indah. Langit biru, cahaya mentari senja, dan hamparan laut yang jernih menyibakkan karang dan ikan berenang-renang. Padahal, ketika kita mengangkat sauh dan pergi ke tengah laut sana, tidak di pinggir pantai lagi, keindahan yg kita lihat tadi perlahan-lahan akan memudah. Yang ada adalah perjuangan. Ombak dan badai.

Supaya bahtera rumah tangga dapat tersebut dapat dikemudikan dengan baik, sebaiknya kita memahami apa itu SUAMI dan ISTRI.

S.U.A.M.I.

S – Sabar.

Sepertinya halnya berlayar dalam sebuah kapal, kita harus sabar dan tenang dalam menghadapi segala hal. Laiknya berlayar, pernikahan tidaklah berisi taman-taman indah semata. Banyak sekali problematika yang akan dihadapi.

U – Usaha.

Seorang suami harus berusaha. Berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga, karena memang itu kewajibannya. Berusaha untuk memberikan nafkah yang halal dan thayyib. Berusaha untuk memasukkan keluarganya ke surga.

Kalau suami tidak bisa usaha, nanti sulit ditaati istri. Misal motor dibelikan istri. Kalau mau memakai motornya kan repot, harus izin istri, harus kembali bersih lagi, harus ini itu.

A – Amanah.

Ketika ditetapkan menjadi suami, banyak sekali beban yang dibebankan kepada suami. Untuk mengerjakan tugas tersebut suami harus amanah, dalam artian jujur dan dapat dipercaya. Dapat dipercaya untuk melaksanakan beban tersebut. Jujur dalam melaporkan hasil kegiatan tersebut.

Suami dan istri harus saling jujur, terlebih suami yg memiliki tanggung jawab yang lebih terhadap keluarga. Jangan sampai keluarga dilandasi dengan ketidakjujuran. Satu kebohongan harus dilapisi dengan kebohongan-kebohongan lain. Dan ketika kebohongan itu bocor, bahtera rumah tangga bisa menjadi bocor.

M – Musyawarah.

Suami memang memiliki hak sebagai kepala keluarga. Namun, sebaiknya setiap masalah dalam keluarga diselesaikan dengan jalan musyawarah. Jangan semena-mena memutuskan perkara tanpa mengambil pendapat istri. Ambillah keputusan yang disepakati berdua. Dengan demikian, istri akan merasa dilibatkan dalam urusan nahkoda kapal, merasa diperhatikan tidak merasa disisihkan. Karena istri suka jika diperhatikan. Kemudian, ketika keputusan itu salah pun tanggung jawab bisa dipanggul berdua. Lebih ringan dan tidak menimbulkan cek-cok di kemudian hari karena tidak ada perundingan sebelumnya.

Misalnya mau pindah rumah. Diskusikan dulu. Lakukan obrolan sedikit ketika makan atau sebelum tidur untuk membicarakan berdua masalah tersebut. Sehingga kalau rumahnya nanti ternyata tidak nyaman, istri tidak marah-marah ke suami karena salah memutuskan lokasi rumah baru.

I – Ibadah.

Pernikahan adalah ibadah yang paling lama. Ibadah lain singkat sekali. Shalat mungkin hanya 15 menit. Tilawah satu jam. Puasa seharian, paling lama satu bulan.  Penikahan panjang waktunya bisa bertahun-tahun, atau bahkan berpuluh-puluh tahun. Menjadi suami adalah ibadah yg juga berpuluh-puluh tahun. Ibadah panjang ini jika tidak dilaksanakan dengan sebaik mungkin dan dengan ilmu yg sebaik mungkin.

Suami sebagai kepala keluarga harus membimbing keluarga yg dipimpinnya menuju ke ridhoan Allah dan menuju surga-Nya.

I.S.T.R.I.

I – Ikhlas.

Pertama istri harus ikhlas. [.penjelasan tentang hal ini penulis lupa.]

S – Sabar.

Sama seperti S – Sabar pada SUAMI, istri juga harus sabar. Pernikahan memiliki jalan yg tidak lurus. Tidak seluruh kejadian dalam pernikahan adalah menyenangkan. Oleh karena itu, suami dan juga istri harus sabar dalam menghadapinya. Terutama ketika suami menghadapi masalah dalam pekerjaannya, istri sebaiknya menjadi wanita yg penyabar serta mampu mendukung dan menenangkan suami. Bukan malah menuntut dan bersikap acuh.

T – Taat.

Kewajiban suami adalah untuk memberikan keseluruhan nafkah kepada istri sedangkan kewajiban istri hanyalah taat kepada suami. Suami lah yg juga sebenarnya wajib mengurus kegiatan rumah tangga. Hal yg entah kenapa akhir-akhir ini identik dengan pekerjaan seorang istri. Namun, istri harus taat. Jika memang suami perlu dibantu dan membagi pekerjaan rumahnya dengan istri, istri harus siap untuk taat.

R – Ri’ayah.

Istri harus bisa bersikap ri’ayah alias menjaga diri. Suami yg pergi mencari nafkah menitipkan rumah, anak, dan diri si istri sendriri ketika ia keluar rumah. Oleh karena itu, istri harus dapat menjaga diri. Bukan hanya menjaga barang titipan suami tersebut, melainkan juga menjaga kesucian dirinya sendiri.

I – Ibadah.

Terakhir, tetap sama. Pernikahan sejatinya adalah ibadah. Suami dan istri harus dapat memosisikan diri sebagai insan yg sedang melaksanakan ibadah dalam pernikahan.


Catatan penulis: harusnya bukan dipublikasi di blog saya nih. Orang pak ustadznya bukan cerita ke saya. Saya cuma obat nyamuk yg menemani dua orang yg sedang latihan mengucap saat pak ustadz tersebut bercerita. Oh ya, beberapa narasi di atas merupakan tambahan eksposisi dan interpretasi dari penulis belaka, tidak mesti sama dengan cerita pak ustadz.

Resensi Buku: Udah Putusin Aja!

Judul Buku:
Udah Putusin Aja!

Penulis:
Felix Y. Siauw

Visual:
Emeralda Noor Achni

Penerbit:
Mizania

Harga Buku:
di bawah Rp. 50.000,-

Tebal Buku: 180 halaman


Sekitar dua bulan lalu, saya membeli buku berwarna pink yang katanya sedang naik daun ini. Tadinya saya tidak berniat beli (karena tidak tahu eksistensinya). Saya diajak teman untuk ke toko buku dan kami menemukan buku ini tergeletak. Seru loh, laris, beli sana. Kata teman saya. Sudah lama tidak membeli buku dan sedikit keinginan untuk mulai membaca buku “aneh-aneh” begini, saya pun setengah niat membelinya. Dorongan, rayuan, dan motivasi teman saya tersebut meyakinkan saya untuk membeli ini buku, alhamdulillah. Tentu, pada akhirnya dia tertawa dan katanya *membercandai saya* ingin memberitahu orang-orang kalau saya beli buku seperti ini.

Saya sebenarnya ingin membuat resensi buku ini beberapa saat setelah baca. Namun, entah mengapa telat dan telat. Tapi nggak papa, sepertinya pada tanggal ini lebih tepat mengingat dua tema blog di bulan Juni ini, hmm.. Minggu kemaren jejepangan minggu ini ninikahan. Akan tetapi, karena buku pink ini sudah saya hadiahkan ke adik perempuan saya seminggu setelah baca, saat menulis buku ini saya sudah tidak memiliki bukunya lagi. Jadi kemungkinan, ada beberapa hal yg miss (dalam kedua artinya: salah atau kurang) dalam resensi ini. Harap maklum.


Cinta. Rasanya tidak ada manusia yg tidak pernah menyenggol kata ini. Semua orang mengasuhnya. Setiap orang menginginkannya.

Love is such a sweet illusion.
   ~Oratorio God Only Knows, ELISA

Namun, sayang. Banyak sekali orang yg tidak tahan dengan ilusi yg bernama cinta ini. Kalah. Sehingga mereka ingin cepat-cepat merengguk cinta dan jatuh ke dalam jurang penuh ilusi yg seolah tampak seperti taman yg indah. Jurang yg biasa disebut orang dengan istilah pacaran.

Adalah Felix Y. Siauw, penulis yg sudah sangat tenar dengan gaya kicauan twitternya dan karya-karya motivasional dan sejarah yg  inspiratif. Beliau menulis buku berjudul Udah Putusin Aja! ini untuk memuliakan cinta dengan jalan yg dimuliakan islam.

Buku ini dimulai dengan peringatan keras terhadap pacaran. Sebuah kultur yg sekarang sudah mulai digandrungi oleh remaja-remaja islam Indonesia.

Dengan sangat apik dan gaya tulisan selayaknya membaca kicauan di twitter, Felix Siauw menuntun kita untuk tidak salah kaprah dengan yg namanya cinta. Beliau mengajak kita mengingat lagi sakralnya pernikahan yg tidak boleh tercemar dengan pacaran. Untuk mendidik cinta agar bersemi dalam taat bukan direndahkan oleh maksiat. Agar pemilik cinta tehormat bukan dirundung laknat.

Saya sebenarnya sangat tidak suka dengan twitter dan kontennya. Sebuah media komunikasi publik super terbatas, yg isinya adalah hutan singkatan dan pantun yg makna utuhnya tidak bisa kita dapatkan kalau kita tidak menunggu teks berikutnya tiba. Tentu saja bukan saya tidak suka pantun atau peribahasa. Yang saya tidak suka adalah pantun satu arah yg terbatas hanya 14o karakter.

Namun, meskipun buku Udah Putusin Aja! ini dipenuhi dengan gaya kicauan twitter tersebut, saya tidak menemukan rasa tidak suka terhadap teks singkat itu di buku ini. Teksnya saling berkait. Meskipun singkat-singkat,  konten yang diberikan tidak terasa kering dan kurang. Mungkin karena sudah terkumpul dalam bentuk buku.

Bahasanya sangat renyah dan sarat ilmu tanpa terkesan menggurui. Kicauan yg diberikan jelas dan terang. Argumennya masuk akal dan masuk di hati. Terkadang lembut memberikan kita pemahaman, sering juga menusuk tanpa ragu membeberkan kesalahan dan mengangkat kebenaran. Dan itu semua tidak lupa diselingin humor yang saya juga ngakak dibuatnya. Keren banget lah bahasanya.

Tidak percaya? Saya kasih contoh nih:

Jangan mau jadi barang ‘pecah berarti membeli’ | Lantas dipecahkan oleh yang tidak mampu beli!

Laki-laki dinilai dari masa depannya | Perempuan dinilai dari masa lalunya

Lelaki sejati bila lamaran ditolak, dia akan naik pohon kelapa dan melihat masih banyak wanita lain yang menanti lamarannya. | Lelaki lemah bila diputus, cari pohon, lalu gantung diri. | Sayangnya yang dicari pohon cabe.

Perbandingan harga – kualitas buku ini menurut saya sangat tidak sebanding. Saya membeli buku ini seharga kurang dari Rp50.000,- Kalau tidak salah Rp45.000,- di toko buku gelap nyawang belakang Salman. Namun, dengan harga yg dapat dibilang tidak mahal tersebut, buku ini sangat tebal 180 halaman, kovernya sangat menarik, dan unik. Sekilas tampak worth it.  Setelah dilihat dalamnya? Ternyata memang worth it. Dengan kualitas kertas seperti majalah, ilustrasi warna-warni di setiap halaman, dan konten yg ringan namun berbobot, harga Rp45.000,- jelas tidak sebanding. Saya tidak habis pikir, memangnya lunas modal ya?

Halaman memiliki penanda warna pink dan nila. Halaman pink mengkhususkan pembahasan dari sisi wanita sedangkan halaman nila untuk pembahasan dari sisi pria. Gaya asyik berkicau ditambahi komik unyu oleh Emeralda Noor Achni yg sangat apik membuat buku ini masterpiece.

Udah Putusin Aja! menurut saya cocok dibaca untuk semua kalangan. Tua muda, kaya miskin, desa kota, laki-laki perempuan, semua orang layak membaca buku ini. Untuk yg ingin menikah, buku ini memberi motivasi dan sedikit tips/langkah dalam menjalani proses pranikah yg benar, terutama dalam menghadapi orang tua. Bagi yg sudah menikah, buku ini mengingatkan akan arti pernikahan yg semestinya. Bagi yg belum ada pikiran untuk menikah, buku ini mengajarkan cara mengelola cinta yg baik dan menerangkan koridor-koridor agama. Bahkan dengan contoh baik-buruk dan situasinya.

Sangat sulit untuk menemukan kelemahan dari buku laris milik Felix Siauw ini. Akan tetapi, resensi tidak lengkap jika tidak berimbang bukan? Tapi apa ya… Hmm… Jika harus menyebut minus, saya mungkin akan mengungkit pemaparan di awal buku yg berisi peringatan keras terhadap hantu yg disebut pacaran. Beberapa bab awal tersebut seluruhnya berisikan halaman pink. Dengan bahasa dan konten kuat, isinya memperingatkan kaum hawa atas bahaya laten pacaran. Namun, bagi yg laki-laki saat membaca bab awal tersebut serasa tidak nyaman. Entah karena memang kata-kata yg terlalu tajam menusuk, atau karena terlalu menuduh semua pria itu jahat, atau karena awalan yg makin menguatkan kesan buku berkover pink ini untuk pembaca perempuan.

Namun, mungkin itu juga bisa dipandang sebagai sisi positif dari buku ini. Bahaya pacaran memang lebih banyak menyelubungi wanita. Oleh karena itu, semenjak awal buku, Udah Putusin Aja! memberikan peringatan dini dan langsung, secara tegas, tentang bahaya tersebut. Baru kemudian ia menuntun pria yg mengaku lelaki untuk bersikap jantan menghadapi orang tua dari pasangannya, bukan malah menariknya ke dalam jurang ilusi bernama pacaran. Dari sini memang terasa bahwa sasaran buku ini sebenarnya adalah kaula muda terutama wanita, namun bahasa membumi, kelengkapan isi, dan kekocakan ilustrasi tetap tidak menutup kaula lain untuk membaca pinky ini.

Secara umum, saya sangat merekomendasikan untuk membaca buku ini. Mantab dan sangat bermanfaat. Buku ini sangat cocok untuk dibungkus sebagai hadiah ulang tahun adik, atau kado untuk pacar yang ingin diputusin. Udah Putusin Aja!