Pos-pos Terbaru

Laptop Bluescreen 5x Sehari, Hiks

Laptop yang saya cintai ini sudah berumur sekitar 4 tahun lebih sedikit. Saya membelinya pada saat INKM 2008 dahulu. Bolos pada hari Sabtu-Minggunya, hehe. Beli di BEC, harganya 6 jutaan.  Harga ini (di waktu itu) termasuk tergolong murah dengan spek laptop yg lumayan. Efeknya laptop ACER 4530 ini jadi laptop pasaran. Di prodi saya sendiri saja mungkin minimal ada 6 orang yang berhasil saya identifikasi memiliki laptop yang sama.

Kini, 4 tahun kemudian laptop ini sudah “berperilaku” selayaknya laptop tua: sudah agak lambat. Kok tahu? Yang paling terasa adalah saat memutar file-file video seperti film atau anime. Entah laptopnya melemah atau codec sekarang makin canggih dan makin butuh proses tingkat tinggi.

Saya kurang hobi bermain game jadi kurang bisa merasakan di ranah itu. Namun, di ranah multimedia perubahan kinerja laptop sangat terasa. Misalnya, file video BluRay 1080p 120 menit ukuran 12 GB dahulu dapat diputar dengan lancar (waktu itu belum memakai teknologi DXVA loh ya). Sekarang, file tersebut nyaris tidak bisa ditonton saking lambatnya. Entah apa penyebabnya, prosesor melemah kah? File multimedia ukuran kecil 720p pun tidak nyaman ditonton karena ngelag. Hanya file yang mendukung teknologi DXVA saja (komputasi prosesor dibantu oleh kartu grafis) yang bisa saya tonton. Hal ini mendorong saya untuk membenci fansub-fansub yg tidak mengeluarkan produk ber-DXVA.

Akhir-akhir ini, yang paling saya sesalkan dengan sahabat saya, ACER 4530, ini adalah makin seringnya dia memunculkan BOD: Bluescreen of Death. Biasanya bluescreen saya dapatkan mungkin satu bulan atau lebih sekali. ACER 4530 memang terkenal agak aneh dalam setting AHCI atau apapun itu. Yah, asal setting DOSnya dibalik ke IDE lagi, hal ini tidak menimbulkan masalah apapun yg signifikan sih. Peran bluescreen pun meningkat pada saat laptop saya rusak baterainya. Entah mengapa – pada saat laptop dicabut dari sumber listrik AC (jadi mengandalkan baterai), laptop pun ngambek dengan memberikan BOD. Frontal!

Laptopku

Sebenarnya pengen moto saat Bluescreen, tapi cepet banget munculnya. Gak sempat hidup kamera HP saya.

Sekarang makin parah lagi. Bluescreen hampir saya alami 5x sehari, setiap hari. Atau lebih. Ciyus ini… Gejala yg menyertai ialah banyak program yg tiba-tiba hang atau eror. Tab browser yg sering tiba-tiba “Aw Snap!”. Kemudian, kadang Desktop Windows Manager atau bahkan explorer yg restart sendiri. Yg paling kesal sih, bluescreen. Lagi ngoding, bluescreen, tiba-tiba laptopnya restart, memanas dan mati sendiri. Lagi browsing bluescreen. Lagi bimbingan bluescreen. Hiks banget. Dari gelaja yg menyertai selain efek ultimate bluescreen tadi, saya curiga kalau penyebab penyakit ini adalah ada kerusakan di salah satu kartu memori laptop saya. Mungkin salah satu dari dua memori yg dipasang sudah tua, jadi sudah bad sector atau seperti itulah. Perlu diperiksakan ke dokter dengan keluhan memori sepertinya.

Meskipun begitu, tidak seperti yg banyak dimitoskan, laptop ACER awet tuh. Entah kabar burung darimana kalau ACER tidak bagus, cepat rusak, bla-bla. Buktinya sampai 4 tahun sekarang masih fungsional dipakai. Segalanya masih lumayan dapat diandalkan. Laptop teman saya yg sama-sama ACER 4530 juga masih bertahan hingga sekarang. Yah, mungkin memang performansi menurun karena usia. Namun, selain itu – dan penyakit memori-bluescreen saya belakangan ini tadi, tidak ada masalah apa pun tuh.

Terlepas dari itu semua, umur 4 tahun adalah umur yg (sangat) tua bagi barang elektronik. Sudah rekor lah. Walaupun rajin bluescreen agak males juga ke dokter (Mas Budi Plesiran??) nih, agak pesimis. Memang saya bukan some freaky guy yang setiap tahun beli laptop baru sih, tidak ada dana. Tapi mulai berpikir ke arah sana kalau begini jadinya nih, walaupun tidak ada dana. Hiks… Argh.. Dilema…

Ngomong-ngomong, berapa umur laptopmu sekarang?

Jika niat, pasti ada jalan. Jika terbebani, ‘kan terasa berat. Jika kesal, pekerjaan mudah terasa memusingkan.

Asumsikan Anda memiliki tugas untuk mengepos ke jejaring sosial setiap hari. Facebook lah. Entah apapun pekerjaan Anda, sales, manager, bos besar marketing (CMO). Karena sibuk di tempat lain, tidak sempat buka laptop/browser, Anda tidak menjalankan tugas tersebut. Kurang maksimal. Tidak bisa setiap hari. Kemudian, Anda beralasan “belum punya HP yang bagus untuk akses Facebook setiap hari. Cuma ada BB.”

Niat memang dasar dari segalanya. Tanpa niat yang benar, ibadah tidak akan diterima. Tanpa niat pula, pekerjaan pasti bakal diselesaikan apa adanya. Yang penting ada lah. Kalau nggak ada ya sudahlah. Orang yang memang punya niat tidak akan menyerah di langkah pertama seperti itu. Jika kita punya impian ke Jepang, apakah kita akan menyerah setelah gagal di tes TOEFL pertama kali. Setelah gagal di universitas pertama. Tentu tidak. Jika memang niatnya ada, jalan lain, jalur alternatif lain pasti terlihat. Jika niat, semua syarat untuk beasiswa pasti dikejar. Jika tidak niat, yah ngirim surat keterangan dari rumah pun terasa ribet. Jika niat, masang poster untuk mengerjai teman di seluruh kampus plus membuat satu baliho ejekan sebagai bonus sambil dikejar-kejar satpam pasti bisa dicapai.

Kembali ke masalah di paragraf pertama tadi. Wah, gimana dong, HP bukan Android nih… Gak bisa OL terus. Haduh, haduh lucu, Tahukah Anda bahwa ada fitur akses Facebook via sms? Jika niat, tentu saja hal ini bisa jadi opsi. Yah, memang akses Facebook lewat sms terlalu bothersome. Mahal dan menyusahkan. Saya juga tidak akan pernah mempertimbangkan opsi sms tersebut. Namun, emangnya Blackberry nggak punya browser ponsel gitu? Gak pernah kepikiran apa buka browser BB. Secupu itukah handphone blackberry? Atau Anda juga lupa kalau Anda punya tablet? Wong, yg punyanya cuma HP Soner batangan jadul saja bisa chat FB saat dibutuhkan kok. Niat.

Kalau tidak niat, yah menulis propaganda/ajakan “Malam sobat… Besok Hari Pahlawan loh! Ayo kita sama-sama pakai simbol kepahlawanan yuk…” yang hanya sekali enter ke kotak Facebook pun merupakan pekerjaan yang sangat susah. Padahal tinggal copy paste dari rencana yg ada. Padahal status Facebook itu punya fungsi penjadwalan. Sibuk heh. Keteteran heh. Memang tidak niat mungkin.


Asumsikan Anda memiliki cukup banyak pekerjaan. Teman Anda yang memiliki kewajiban yang sama dengan Anda pun meminta tolong untuk mengerjakan sesuatu. Kalian punya tugas yang sama, wajar jika ia berbagi kerjaan. Apalagi jika porsi tugasnya terasa terlalu banyak dan porsi tugas Anda belum ada.

Pekerjaan itu sebenarnya gampang. Cuma googling, terus tulis tiga baris, selesai. Cuma buka laman konfig, buka setting sekali, tambah suatu kondisi, selesai. Mungkin tidak sampai 15 menit masing-masing tugas tadi bisa selesai. Hanya saja, Anda kan orang sibuk. Gile lu, gue ini lagi sibuk. Nambah-nambahi kerjaan lagi. Entar lah. Tentu saja bukan karena Anda tidak niat tetapi memang tidak ada waktu dan ruang pikir untuk disisihkan sedikit ke tugas itu. Tugas tadi itu menjadi beban Anda. Berat. Parahnya lagi, teman Anda itu pengangguran. Terlihat tidak ada amanah yg penting-penting amat, malah menyerahkan tugas segampang itu ke Anda. Emang lu gak bisa apa. Deadline nih!.

Ya sudah. Kalau memang rasanya jadi beban, seperti sifat alami beban, itu akan terasa berat. Pekerjaan yang memang mudah sekalipun akan tampak super sulit dan menyebalkan untuk dikerjakan. Coba bayangkan orang yang tidak menganggap tugasnya sebagai beban. Misalnya ia menganggap tugas itu sebagai hobi, pelampiasan, penghabis waktu, atau penambah skill. Orang tersebut bisa jadi tidak menganggap tugasnya berat walaupun kepalanya pusing tujuh keliling merealisasikan tugas tersebut.


Asumsikan Anda . Anda memang punya cukup niat dan menganggap pekerjaan sebagai beban juga tidak. Akan tetapi, Anda kesal. Mungkin salah satunya karena adanya sedikit ketidakadilan. Nih orang kok reseh banget. Banyak banget mintanya. Gak ngerti bedanya kebutuhan dan keinginan. Orang yg leha-leha dibiarin aja, orang yg terporsir gak ada penghargaannya.

Karena kesal, timbul ketidaksukaan terhadap suatu tugas yang diberikan kepada Anda. Mungkin tidak langsung sampai ke tahap “tidak suka” sih. Namun, prinsip “sedikit-sedikit lama-lama menjadi bukit” bisa juga diaplikasikan disini. Kesal atau bahasa kerennya mood. Timbunan mood buruk yang kecil-kecil dari berbagai pihak bisa memicu Anda untuk mengutuk dunia.

Jika kita mengerjakan sesuatu sambil kesal, Anda tidak akan bisa bekerja dengan jernih. Pekerjaan yang mudah pun terasa begitu memusingkan saat dikerjakan. Duh ini kok gini sih. Ini gimana ya? Yang itu? CPU Usage otak Anda akan terasa sangat tinggi sekali dalam mengerjakan tugas itu tadi. Jauh lebih tinggi dari yang seharusnya dikerjakan. Bisa-bisa Anda akan kelelahan dan kehabisan oksigen sebelum tugas itu selesai, padahal tugasnya hanya satu dua kali klik.

Sebaliknya, pekerjaan sesulit apa pun semestinya bisa lancar dikerjakan dengan pikiran yang jernih. Masalah bisa dianalisis dengan lebih baik. Rencana dan pilihan bisa ditetapkan dengan parameter yang jelas. Dan yang paling penting, hati kita tenang. Desingan kipas di kepala bisa diredam sehingga tidak membuat tubuh lemas.


Simpulannya, kita harus mengerjakan tugas dengan niat, tanpa merasa itu beban, dan pikiran yang jernih. Memang susah, tapi ya, itulah kehidupan yg penuh intrik. Bagaimana caranya? Jika Anda punya usul, mari diskusikan di kolom di bawah.

Tombol Publish dan Schedule di WordPress Kegedean?

WordPress akhir-akhir ini memutakhirkan tampilan laman adminnya. Bentuk tombol yang dulu melengkung kini menjadi lebih tajam pinggirnya. Mungkin mengikuti tren gaya Metro-nya Windows 8 kali ya. Walaupun memang tidak setajam Metro kali ya.

Namun, walaupun pemutakhiran ini sudah agak lama, kok tombol Publish nya masih aneh ya. Kayak kegedan tulisan gitu. Kan emang udah gede dari dulu. Tapi sekarang kekecilan gitu, jadi separuh tulisan “Publish” saja yg terlihat. Lihat gambar disamping supaya lebih jelas.

Oh ya, hal ini juga terjadi pada saat tombolnya jadi “Schedule”. Hanya saat jadi “update” saja ukurannya nornmal.

Fenomena ini cuma di diriku atau di laman admin Anda juga gan? Atau emang disainnya gitu yak… Hmm…

Skrol Otomatis di Beranda

Aku baru tahu, ternyata baju (baca: tema) yg sedang kupakai (Sundance) pada laman berandanya sudah memiliki fitur never-ending-scroll. Keren! Jadinya gak usah klak klik lagi kalau sudah baca sampai bawah beranda. Akan ku load otomatis tulisan-tulisan berikutnya. Hmm… Agak telat dari tema-tema lain, tapi ya baguslah.

Sebenarnya aku agak setengah hati dengan fitur ini. Agak annoying soalnya. Scoll mentok, eh malah nurun lagi. Ruang jendela berpindah pula. Susah juga mencari tulisan di laman yang kotak scroll-nya sudah menjadi super kecil itu. Yah, tapi itukan urusan pembaca kan ya. Urusan diri ini hanyalah memuat tulisan empunyaku disini.

Sistem skrol otomatis modern memang sudah mempertimbangkan lokasi laman dari artikel yang otomatis dimuat. Maksudnya, lihat aja saat Anda skrol, URL yg ada sedikit merubah dengan menambahkan nomor halaman. Sayangnya, nggak ada daftar nomor halaman yg bisa dipencet dan langsung pindah ke bagian halaman tersebut. Pake AJAX kek atau sekedar dipindah posisi skrol. Coba ada, makin gampang kan.

Spam Model Baru: Like SEMUA Pos!

Salah satu tujuan spam adalah menarik perhatian. Jika target tertarik, pengirim spam akan untung. Jika tidak tertarik, yah setidaknya mastermind spam sudah memancarkan keberadaannya (presence) kepada target. Dengan kata lain, target tahu kalau dia itu ada.

Biasanya spam pada dilakukan dengan mengirim email yang menarik atau setidaknya pemberitahuan promo. Pada blog, menulis ajakan pada kotak komentar adalah yang paling umum. Berkat Akismet dan Mollom, spam yang terakhir ini bisa diatasi. Akan tetapi, yah setidaknya – jika Anda sempat membaca spam itu atau alamat pengirimnya – Anda jadi tahu kalau web yang bernama BabyCareShop itu ada.

Kini dengan munculnya fitur “suka”,  kita dapat membuat interpolasi sendiri mengenai pembaca kita. Artikel seperti apa yang pembaca suka. Yang mana saja. Pembaca darimana saja. Lebih jauh lagi, kita bisa melihat blog pembaca yang menyukai tulisan kita dan menyapa mereka. Memberi umpan balik. Atau bahkan men-stalking supaya lebih tahu lagi ttg kesukaan dia.

Akan tetapi, jika ternyata ada seseorang yang dengan gila men-like 15 pos Anda sekaligus. Bukan hanya sekali, tetapi berkali-kali dalam periode yg rutin. Awalnya sih senang. Wah, tulisan yg ada di diriku bagus-bagus nih, dia suka semua. Lama kelamaan, Anda curiga juga bukan? Aku sedang mengalami hal demikian. Tidak perlu disebutkan siapa pelakunya, Anda bisa mengecek sendiri di berandaku. Yg membuat aku curiga adalah karena pos-pos yg ditulis oleh pemilikku itu berbahasa Indonesia. Lah diakan orang mana? Ngakunya sih pake Google Translate bacanya. Hmm… Ciyus tuh?

Emang apa untungnya dia nge-like? Emang suka tulisan penulismu kali… Well, seperti yang kubilang: pengumuman eksistensi diri. Penulisku jadi tahu kalau dia itu ada. Lebih jauh lagi, nilai yg ada pada blog (dan internet pada umumnya) adalah prinsip berbagi dan timbal balik. Dia like diri ini, admin blog ini bisa tergerak untuk mengunjungi blognya dan men-like balik. Hmm… Entahlah, bisa jadi aku terlalu suudzon kepadanya. Kita lihat saja, apakah dia juga menekan tombol SUKA pada tulisan yg ini atau tidak. Hmm.. 😀

Jika itu rutin tetapi kamu masih sering tidak hadir atau telat, berarti itu belum masuk prioritasmu!

Dengan asumsi bahwa suatu pertemuan/ rapat/ agenda itu rutin, berarti para pesertanya sudah tahu kapan dan dimana sesuatu itu diadakan. Jika sudah tahu waktunya, tentu saja pilihannya cuma dua bukan? Jika sesuai dengan agenda lain, ikuti jadwal itu.  Jika tidak sesuai, tentang. Minta jadwal yang lain.

Sederhana. Jika tidak melakukan apa-apa alias diam dan setuju dengan jadwal, berarti kamu punya waktu untuk hal rutin tersebut. Tidak ada halangan agenda lain. Kamu bisa hadir.

Kalau tidak ada halangan, kenapa masih sering terlambat atau bahkan tidak hadir?

Jawabannya hanya satu: Anda meremehkan hal rutin tersebut. Sesuatu yang diremehkan tidak akan masuk prioritas Anda, bukan?

Sesuatu yang bukan prioritas tidak akan membuatmu terburu-buru hadir, menyempatkan diri, atau berusaha sedikit atau bahkan berkorban untuk hanya sekedar hadir tepat waktu dan tidak mengecewakan peserta lain.

Solusinya apa? Ya entahlah. Disini saya hanya meracau, bukan ingin memaparkan sebuah problem-solving.

Oh ya, lupa. Perihal di atas juga berlaku untuk shalat wajib rutin ya.

Keseimbangan: Rakus Peluang dan Tahi Kucing?

Waktu saya tingkat satu, cisitu dipenuhi dengan banyak tikus. Tikus dalam artian harfiah loh ya. Tikusnya besar-besar pula, hampir sebesar anak kucing. Jika kita berjalan malam-malam, di setiap gang peluang melihat ada tikus yang sedang maraton sangatlah besar.

Waktu itu, kondisi jalan cisitu masih lumayan nyaman, setidaknya jika kita jalan kaki di siang hari. Ada tikus yang lewat itu mah biasa. Paling jijik atau serem doang saat mereka lewat. Kita maklum bahwa got disini kotor dan saling terhubung satu sama lain.

Sekarang, sepertinya ada cat-boom di kawasan Cisitu Lama ini. Berangsur-angsur, populasi kucing bertambah. Entah siapa yang memulai kok bisa begini. Sepertinya, tiap beberapa blok rumah punya piaraan kucing sendiri. Perlahan, di setiap gang kita bisa melihat hewan unyu itu sedang jalan, berkelahi, atau sekedar bersantai.

Tentu saja, jika harus memilih, manusia manapun [citation needed] akan memilih kucing dibanding tikus. Banyak tikus berkeliaran atau banyak kucing berkeliaran? Lebih terkesan menyenangkan yang kedua yak…

Namun, jalanan di gang-gang dalam Cisitu Lama sekarang menjadi kurang nyaman. Bau, kotor. Tidak hanya dari comberan yg memang dari sananya terkadang agak bau, eek kucing sekarang ada dimana-mana. Sepertinya, eek tikus lebih tidak seberapa dibanding eek kucing. Kucing sih lucu, tapi kalau berak sembarangan itu loh.

Kucing Cisitu yang Suka Mampir di Kosan

Memang sepertinya yang bagus adalah yang seimbang. Bukan kebanyakan kucing atau kebanyakan tikus. Alam sudah mengajarkan bahwa keseimbangan itu penting. Rusaknya keseimbangan bisa menyebabkan bencana besar. Ledakan populasi suatu predator bisa merusak seluruh ekosistem.

Dalam prinsip ekonomi modern, keseimbangan adalah segalanya. Pertumbuhan ekonomi adalah hal yang bagus. Akan tetapi, terlalu tajamnya pertumbuhan akan menyebabkan kehancuran yang berbahaya dalam sistem uang. Harus ada penyeimbang sehingga pendapatan penduduk yang kian meningkat itu tidak semakin meningkatkan harga, inflasi, dan sebagainya. Suku bunga pun dinaikkan. Orang-orang berduit lebih tertarik menabung. Aktivitas jual beli menurun dan harga kembali stabil. Stabilitas itu yang utama. Jika tidak, uang yang beredar tidak akan terkontrol lagi. Kehancuran pun menunggu.

Dalam islam, keseimbangan juga penting. Tidak bisa kita hanya memikirkan akhirat saja terus jatuh seperti sufi yang berkelana, memiskinkan diri, dan fokus ke ibadah saja. Kemudian kita mengabaikan dunia dan sosial kita. Tidak bisa kita hanya bekerja saja untuk dunia dan melupakan ibadah dan tetangga. Juga tidak bisa kita hanya bersikap sosial ke tetangga tanpa memikikirkan diri dan keluarga serta agama dan kehidupan sesudah mati nanti. Semua harus seimbang. Sama saja, kalau punya istri lebih dari satu, keduanya pun harus dianyom secara seimbang. Tidak boleh ada berat sebelah.

Poinnya adalah, keseimbangan itu susah. Sangat susah.

Sekarang asumsi kamu adalah seorang yg baru melihat peluang-peluang di dunia. Secara umum ada 5 peluang yang ada di dunia, khususnya Indonesia sekarang.

  1. Kebutuhan akan pekerja banyak
  2. Penelitian di kampus menggairahkan
  3. Kegiatan sosial-dakwah juga bagus dan menguntungkan untuk koneksi (misal di masjid kampus)
  4. Buat start-up sendiri di negeri ini juga masih menarik
  5. Proyek lepas banyak.

Ada lagi nggak? Itu sepertinya sudah semua kemungkinan peluang yang ada ya. Semuanya menarik bukan… Pilih yang mana ya?

Yah, jika memang superman, ambil saja lima-lima nya. Mantab sekali ya. Jadi staf perusahaan besar iya, kelompok sosial iya, lab ada, proyekan juga, founder start-up pula.

Tapi mungkin pertanyaannya, apakah Anda superman? Bisa gitu menyeimbangkan semuanya? Buat kestabilan di kelimanya? Ambil dua dari 5 peluang tadi saja, kebanyakan orang belum tentu bisa fokus secara seimbang ke keduanya. Padahal peluang yg didaftar diatas belum termasuk kuliah dan tugas akhir. Hmm..

Yah, kalau merasa mampu sih silakan. Akan tetapi, jangan sampai alam dan ekonomi tadi terjadi. Atau kasus dunia-akhirat tadi. Terlalu banyak berkutat di satu sisi sampai mengorbankan yang lain. Jika memang begitu, ya tinggalkan saja salah satu dari variabel tadi. Jangan rakuslah. Kasus terakhir ini bisa mengubah variabel dengan mudah kan, tidak seperti alam, eknonomi, dan dunia-akhirat.

Jangan juga seperti kasus tikus dan kucing Cisitu. Mengganggu sistem lain dengan banyaknya tahi yang dibuang sembarangan.

Tabiat Orang Batak? Atau Sumatera Secara Umum?

Kamis, 11 Oktober 2012 kemarin, saya menjaga stand Sandang Indonesia di acara expo start-up IT mahasiswa Informatika, Colosseum. Sebagaimana penjaga stand pada umumnya, tentu saja saya bertemu dengan banyak orang. Salah satunya adalah seorang perempuan, sesama peserta pameran, yang jelas dari gaya bicara dan wajah merupakan orang batak.

Entah bercanda atau gimana, pertanyaan yang beliau ajukan terkesan “menyerang” Sandang Indonesia. Pastinya sih bercanda walaupun nada bicaranya tinggi dan menyerang. Yah, kebanyakan orang batak dan Sumatera memang memiliki nada bicara rata-rata yang lebih tinggi dari orang normal (baca: Jawa).

Si mbak itu tidak mengobrol dengan saya. Yang diajak ngobrol teman penunggu stand, Gagarin. Ngobolnya memang terkesan berbantah-bantahan persis para pengacara di ILC itu. Garin agak tenang menahan kesal dan si mbak tertawa-senyum. Bercanda sambil bertengkar. Mungkin mereka memang saling kenal atau sesama anggota apres.

Dari obrolan itu, melihat pula kebanyakan pengacara-pengacara sok adalah orang batak, saya mulai melihat kebelakang terhadap diri saya sendiri. Jangan salah, ini bukan artikel bernuansa pelecehan SARA ya. Saya sendiri orang batak jadi menyindir membahas suku sendiri jelas tidak apa-apa dong ya…

Walaupun orang batak (batak mandailing dg marga Nasution), saya kurang ekspresif. Volume bicara cukup rendah. Perawakan tenang tak peduli. Muka selalu datar dan bukan muka batak (melainkan melayu, mandailing kan melayu). Bahkan sesekali medok seperti orang jawa. Bahasa dan logat jawa pasaran lebih saya pahami dibanding bahasa dan logat batak. Maklum, kota Metro tempat saya besar dikelilingi perkampungan imigran jawa. Nama daerahnya saja jawa semua: margototo, wates, pekalongan, kauman, dll.

Akan tetapi, mungkin ada satu ciri kebatakan (atau kesumateraan?, agak tidak yakin saya) yang sepertinya masih tersisa dalam diri saya. Ini baru saya sadari jelas saat mengamati obrolan mereka tadi. Ialah kekeraskepalaan.

Si mbak berkata :

Loh, kenapa harus Sandang Indonesia. Apa prospeknya? Bukannya makanan itu lebih menjanjikan pasarnya? Perajin dan UKM pelosoknya juga ada.

Kalau kalian produknya ori asalnya tau disesuaikan tempat gitu nggak. Kan ada tuh soto medan di Bandung, tetapi rasanya tuh ya beda banget sama yang di rumah. Kenapa sih pedagang itu nggak menjual yang asli saja. Kenapa rasanya diubah-ubah… Kenapa coba?

Loh, kenapa kalian membuat sistem begitu? Harusnya kan kalian bisa …

Sebenarnya Baca Selengkapnya

Bangga dengan Singapura, Malu dengan Indonesia

Sebelum melangkah lebih lanjut ke isi artikel, saya bocorkan dulu kepada Anda bahwa Anda telah ditipu. Judul artikel ini memang dibuat menyesatkan dengan kata lain misleading. Kenapa? Silakan lanjutkan membaca.

Senin siang 08 Oktober 2012, saya kebetulan berangkat ke kampus karena bosan di rumah. Tidak ada niat khusus sih tetapi ternyata ada kuliah umum di Ruang Multimedia Labtek V waktu itu. Kuliahnya sekilas tentang pengembangan riset teknologi di Singapura gitu. Topiknya sih katanya:

an overview of Singapore Interactive & Digital Media landscape and introduction of research and development activities at the Institute for Infocomm Research

Pembicara kuliah umum ini adalah Prof. Susanto Rahardja. Beliau adalah full professor di NUS (National Univ of Singapore).  Nama beliau mirip nama orang Indonesia ya. Beliau pun juga sepertinya fasih berbahasa Indonesia meskipun pada saat memberikan kuliah beliau memakai bahasa Inggris. Akan tetapi, saya tidak tahu pasti latar belakang atau biografi beliau. Belum stalking soalnya.

Secara umum, kuliah beliau sangat menarik. Kuliah umum beliau dibagi menjadi dua bagian.

Institute for Infocomm Research

Pertama, beliau memberikan presentasi tentang I2R (Institute for Infocomm Research). Review ini cenderung kepada kesuksesan riset yang dilakukan oleh I2R. Riset mereka merupakan riset cutting edge berteknologi mutakhir. Lebih dari itu, mereka melakukan riset yang praktikal dan benar-benar dipakai oleh industri. Pokoknya I2R sangat berjasa untuk industri Singapura dan dunia.

Mitra I2R ini sangat banyak sekali. Rasanya lebih dari separuh perusahaan elektronik yang kita pernah dengar. Intinya, jika kita melakukan riset di I2R, kebanyakan riset tersebut pasti praktikal. Bukan riset yang cuma bisa dipajang di perpustakaan saja.

I2R juga turut serta merancang standar-standar multimedia. Salah satunya yg khusus adalah standar untuk video di Cina. Paten I2R juga sangat banyak. Kutipan pak Rahardja yang saya ingat saat beliau menjelaskan hal ini adalah:

If you have one of these patent, you are very rich.

Sayangnya, saya merasa bahwa presentasi mengenai I2R ini hanya sekedar show-off saja. Habisnya, tidak dijelaskan apa kepentingan kita para peserta disana. Bagaimana rencana I2R terhadap pelajar Indonesia. Bagaimana kita bisa turut serta dalam penelitiannya, dan sebagainya. Cuma ditekankan bahwa: if you are here, you will not regret it.

SIGGRAPH ASIA 2012

Sesi terakhir merupakan sesi yang lebih menarik lagi. Kata Pak Rahardja, sesi ini sangat menarik karena berkaitan dengan pembuatan film. Presentasi tersebut mengenai Baca Selengkapnya

<Pasang Judul Super Kontroversial Disini>

Asumsi ada artikel berjudul “Rangga (bukan nama sebenarnya), Aktivis LDK itu lebih suka yg pantatnya besar”. Isi artikel kemudian berputar dalam sebuah dialog atau wawancara atau pengakuan si Rangga atau apalah yang isinya kira-kira:

Ijul (bukan nama sebenarnya): Dia pantatnya besar…

Rangga (bukan nama sebenarnya): Iya, itu saya suka itu.

Isinya terserah. Bisa membesar-besarkan masalah pada headline. Atau membahas secara dalam dari sisi sana-sini. Kenapa aktivis bisa berkata demikian, dll. Menebar minyak dalam api. Padahal, cerita aslinya (dan dialog selengkapnya) adalah obrolan tentang mobil mana yang paling disukai.

Bisa juga isinya memang menceritakan ragam mobil yang disukai mahasiswa. Akan tetapi, dengan judul semenantang itu siapa yang tidak mau membaca ya? (Ngomong-ngomong, dialog di atas adalah asli dengan nama pelaku disamarkan loh ya ^^v.)

Yah itulah media, suka membesar-besarkan berita. Walaupun isinya cuma itu doang, judulnya super menarik. Hmm… Yah, setidaknya judul (yang kontroversial itu) masih berhubungan dengan isinya (walaupun makna atau kesannya jadi berbeda). Daripada artikelnya berjudul “10 Anggota DPR Diturunkan Karena Korupsi” padahal isinya publikasi acara himpunan :D.

Yah, cuma tadi saya melihat ada berita lewat yang judulnya “Alkimia Modern Ubah Air Jadi Emas”. Ternyata yang diberitakan adalah ilmuwan yang menyaring logam berharga (bukan hanya murni emas) dari air. Logamnya jumlahnya mikron per kilogram air. Itu mah di perkampungan Indonesia juga ada. Lebih banyak pula dapatnya.

Ruas Foto di Dompet: Diisi Apa ya?

Jadi ceritanya saya migrasi dompet nih. Kondisi storage yang lama sepertinya sudah tidak memadai. Robek disana sini sehingga isinya butuh direlokasi. Kemudian hal ini terbesik dalam pikiran saya. Itu bagian yang ada transparansi bening (biasa dipakai orang sebagai ruas foto) yang di dompet enaknya diisi apa ya? Hmm…

Karena saya belum mempunyai seseorang yang rela fotonya ditaruh di ruas tersebut, saya jadi bingung. Ada yang mau jadi sukarelawan?

Kalau dulu sih saya manfaatkan jadi loket pengisi uang logam. Lumayan kan daripada tidak dipakai. Toh, storage yang lama ini tidak memiliki ruangan khusus koin. Akan tetapi, ternyata hal ini (menyimpan receh di ruang itu) terbukti malah mempercepat kerusakan si benda.

Biasanya apa yang kalian lakukan sih, untuk mengisi kekosongan tersebut? Seriusan nih… Punya gitu, foto…

Karena nggak punya foto orang, saya punya ide isi foto sendiri aja. Kasih aja pas foto diri seperti yang saya lakukan pada gambar screenshoot di bawah! Gampang kan. Kalau butuh pas foto pada urusan tertentu, jadinya gampang. **Menyedihkan**

Atau diisi kartu identitas saja? Agak keren, jadi kayak polisi gitu (kartunya harusnya agak gelap dan keren gimana gitu).


Oh ya, ini bukan saya pamer dompet baru yah. Saya seumur-umur belum pernah beli dompat sendiri loh, baru kali ini. (Dan sampai sekarang saya belum pernah beli sepatu sendiri :D) Baru nyoba juga. Biasanya saya dibelikan orang tua.  Tentu saja, saya tidak seperti salah satu teman sekos saya yang selalu bangga sebagai orang **m**ng sehingga harus gaya, harus mewah, harus beli barang ori. Storage baru ini yang KW murahan saja (walaupun ini sudah jauh lebih mahal dari yang dibelikan di Pasar Tradisional di Tanjung Balai 2 tahun lalu). Tidak ada yang patut dibanggakan. Jadi harap maklum…

Kembali ke topik? Kalau isi dompet kamu, bagian dengan plastik transparan itu diisi apa?

Adakah yang mau berbesar hati memberikan foto terbaiknya? (for opposite gender only) Kirim ke email saya ya…

Gaya di Tulisan Berbeda dengan Gaya di Dunia Nyata

Beberapa waktu silam, saya membeli kartu layanan Internet dari Forum Jual Beli ITB. Komunikasinya tentu saja lewat teks. Kotak komentar, chat, sms. Yah, yang gampang. Di sms, dari tutur katanya, orangnya seperti riang dan akrab alias supel. Akan tetapi, ketika bertemu kok agak beda. Lebih terkesan polos atau lugu. Gimana ya njelasin-nya… Intinya gak supel lah, bukan seorang yang luwes bicaranya. Tidak seperti kesan yang ada di teks yang dia tulis.

Terkadang memang gaya penulis di dunia nyata berbeda dengan gaya penulis di tulisannya sendiri. Kenapa ya? Kok bisa… Apakah karena di zaman teknologi yang canggih ini, media komunikasi jarak jauh bukanlah media yang tepat untuk menyampaikan diri yang sebenarnya? Komunikasi jarak jauh = informal, jadi ya segampangnya kita menulis. Bebas konstrain dan norma masyarakat tidak terlalu terasa. Saya juga lebih lancar dan luwes ngomong dg orang-orang “tertentu” via layar dan kibor dibanding berhadapan langsung dengannya.

Ataukah karena dalam tulisan kita memiliki sumber daya waktu lebih banyak dibanding lisan? Dengan demikian, kita bisa memikirkan masak-masak tentang konten tulisan kita. Plus juga kesan yang ingin ditimbulkan. Kalau lisan kan susah dan ya apa adanya kebiasaan kita. Tapi kan sms agak lumayan berdasarkan kebiasaan bicara juga tuh? Hmm…

Di manga Bakuman (atau dimana ya saya lupa) juga sepertinya pernah diceritakan bahwa kebanyakan penulis cerita itu berbeda dengan rona cerita yang diceritakan. Misal penulis novel cinta yang mengharu biru, bukan berarti kehidupan cintanya seperti yang ia tulis. Novelnya riang dan gembira, eh orangnya suram. Novel misteri dan penuh sisi gelap dunia tetapi penulisnya santai dan suka bercanda. Katanya sih, tulisan mereka mengekspresikan apa yang belum bisa mereka capai dalam dunia nyata. Pelampiasan ke dunia fiksi mereka sendiri, gitu mungkin. Hmm…

Coba saya pada saat kalian menulis, yang kalian tulis itu kan sebenarnya inner self kalian kan? Yang ada di pikiran, di hati. Kalau pada saat berbicara langsung, ada banyak batasan (konstrain kerennya). Norma sosial. Tatap muka. Tidak biasa ngomong. Umpan balik langsung dari pendengar. Jadi diri kita yang sebenarnya itu gaya yang di tulisan atau yang langsung di utarakan yah? Hmm…

Kalau saya gimana? Sama nggak ya, gaya bicara saya di tulisan dan gaya bicara saya di dunia nyata? 😀

Kasih komentar yak…

Scumbag Inspiration

When I am walking, going home from campus, eating, taking a shit. Away from any kind of technology to take a note.

Inspiration: Hey, hey… Why don’t you write this thing. That story. Or the one you experience today…

When I sit in front of my laptop. Ready to write anything.

Inspiration: I think it’s time for me to go.


Ada yang mau buat komiknya?

胸がどきどき

君に見たとき

どきどきする。。。

Reblog: Solusi Mudah Menghargai Semangat Berbagi (Sekaligus Mengisi Blog)

Blog sudah menjadi dunia sendiri. Akan tetapi, tidak seperti jejaring sosial, Facebook misalnya, dunia blog luas – tidak hanya di halaman itu-itu saja – meskipun kita hanya memerhatikan satu penyedia layanan blog misalnya WordPress. Setiap blog memiliki wajah masing-masing mulai dari tema, warna, gaya tulisan, konten isinya, dan lain-lain. Yang paling penting, tentu saja, kita tidak disuguhi dengan banyak teriakan sepihak milik orang (yang seringnya bernada senang, kesal, galau dan kita tidak mengerti maksudnya apa dan ditujukan ke siapa) seperti:

Di blog, kita hampir tidak akan menjumpai tulisan se-“hampa” itu. Setidaknya, ada informasi yang disampaikan lah dalam setiap artikel blog.

Akan tetapi, karena blog terlalu luas setiap blog – jika pemiliknya mengurusi – berjuang dengan kontennya masing-masing supaya target periode pos terpenuhi atau orang banyak yang singgah: rebutan pengunjung. Seringkali karena hal itu, isi blog tidak menjadi original. Dengan kata lain, blog diisi dengan salin-tempel (copy-paste) artikel dari blog atau situs lain. Sebenarnya sih hal ini tidak masalah asal dicantumkan alamat artikel asli yang diambil. Akan tetapi, tentu saja, banyak sekali contoh kasus orang tidak mencantumkan sumber acuan yang dipakai. Belum lagi, penyalinan apa adanya persis seperti artikel asli (salin-tempel: tanpa penggubahan,  penambahan informasi, atau setidaknya pemberian pendapat pribadi kek) dan tanpa sumber membuat si penyalin terlihat sangat tidak kreatif dan membuat kesal pemilik artikel asli.

Hal di atas hampir tidak dapat dihindari sebelum ada fitur Reblog. Fitur reblog sendiri baru muncul beberapa tahun belakangan di dunia perwebsosialmediaan. Sekitar tahun 2009 ketika Twitter memperkenalkan fitur retweet yang sangat populer tersebut, banyak website lain yang menerapkan fitur yang sama. Bahkan WordPress baru memasang fitur reblog ini pada tahun 2010 dan diperbarui pada Januari tahun 2012 ini. Sebelum itu, memblog kembali sebuah artikel memerlukan kopi-paste secara eksplisit atau yang keren ya lewat email lah.

Baca Selengkapnya