In Indonesia
Comments 3

Tanjungbalai : Saya (Akhirnya) Pulang (2) ~ Terbang dan Mendarat

Bandung – Medan

Perjalanan Bandung – Medan memakan waktu kurang lebih 2 jam 20 menit. Jika pesawat berangkat 16.50, ETA 17.10. Saya sampai di bandara sekitar pukul 16.40. Bandara Husein ternyata lumayan kecil. Teras kedatangan dan ruangan check in begitu dekat. Tempat turun dari taksi ke pengecekan barang pertama pun cuma beberapa langkah. Resepsionis ke tempat pembayaran pajak bandara dan tangga ke pintu masuk ruang tunggu juga cuma sekali salto. Entah ini memang dermaga ini saja atau di sebelah ada dermaga lain, saya lupa mengecek.

Setelah datang saya langsung masuk ke bandara. Di pintu kedatangan bandara, langsung ada pengecekan barang dengan pintu radiasi itu. Kemudian beberapa meter ke kiri tampaklah deretan resepsionis setiap maskapai. Saya pun mendatangi antrian maskapai Lion Air yang menuju Medan. Mungkin saya kepagian jadi antriannya hanya 2 atau 3 orang saja. Saat antre, saya mendengar petugas berkata ke tentara yang antre di depan “Di koper sudah tidak ada barang elektronik kan pak?” Hoo, nggak boleh saya. Pikir saya yang memasukkan harddisk ke koper. Saat saya maju, anehnya saya tidak ditanyakan hal yang sama, Mungkin karena petugas bandaranya sudah beda. Akhirnya, saya yang bertanya. Walaupun hanya harddisk, saya pun disuruh untuk mengeluarkannya. Ya sudalah, demi bapak juga, katanya. Oh, ternyata alasan keamanan kalau-kalau kopernya dibobol barang berharga tidak hilang.

Saya pun check in dengan print out e-tiket tadi. Identitas yang saya pakai adalah paspor. Kenapa? Apa KTP tidak boleh? Boleh sih, Tapi saya pikir nggak keren aja gitu. Hehe… Kalau yang dikeluarkan paspor kan lebih bonafit gimana gitu. Kebetulan saya sudah punya paspor walaupun belum berkesempatan jalan kemana-mana. Daripada tidak dipakai, ya sudah. Jadi pengganti KTP saja. Belum ada e-KTP, paspor pun jadi. Lebih keren pula.Ruang Tunggu Bandara

Ruang tunggu bandara ada di lantai dua. Jika dibandingkan Soekarno Hatta, Polonia, atau bahkan Beranti, ruang tunggu Husein Sastranegara ini sangat kecil. Sumpek. Mungkin karena yang menunggu sudah cukup banyak. Lebar ruangan mungkin lumayan bersaing dengan ruangan di GKU Barat ITB. Di salah satu sisi ruang tunggu ada mushola kecil yang menghadap lapangan parkir pesawat. Mushola ini hanya memiliki empat shaf yang tiap shafnya muat tiga orang. Lumayan lah, daripada tidak ada. Tempat wudhu ada di dalam toilet di sebelah mushola. Keduanya cukup bersih untuk ukuran fasilitas publik.

Setelah shalat Ashar, masih ada waktu satu jam untuk menunggu keberangkatan pesawat. Karena hari ini agak sibuk, saya jadi mengantuk. Maklum. Mandi jam 5. Ke kampus untuk shalat id dengan masjid salman jam 6. Selesai shalat dan khotbah jam 8 kurang. Lalu saya foto-foto kampus mumpung sepi dan berbunga. Pulang makan sebentar kemudian siang ke open house pak rektor, Pulang jam 2 kurang. Eh, belum packing. Satu jam dipakai untuk mengisi koper, merapikan kamar, cuci piring dengan buru-buru lalu langsung berangkat cari taksi. Yang paling melelahkan adalah naik taksinya. Walaupun hanya sekitar 15 menit, saya memang agak lemah terhadap transportasi darat berkapasitas udara sedikit. Akhirnya, saya tidur di ruang tunggu sambil H2C, semoga tidak kebablasan tidurnya.

Sambil mengantuk-ngantuk, saya mendengar penumpang Lion Air ke Medan sudah dipanggil ke pesawat. Waktu masih tersisa 30 menit sebelum 16.50. Wah, cepat juga, pikir saya. Ternyata persiapan pesawat untuk lepas landas, mulai dari berputar dari tempat parkir ke landasan, menunggu izin terbang, hingga pramugrai memeragakan peragaan yang cuma diperagakan pramugari memakan waktu hampir 30 menit. Hmm…

Pesawat Yang Dinaiki

Bandara Husein Sastranegara dekat dengan Masjid Raya Habiburrahman. Titik awal lepas landas pun tepat berseberangan dengan masjid. Tampak dari kejauhan, pinggir jalan dan pagar masjid dipenuhi puluhan penonton yang ingin menyaksikan kami terbang. Ada yang berdiri, duduk, ada anak-anak ada bapak-bapak. Nggak kelihatan orangnya sih, tapi posturnya tetap terlihat lah. Kalau pesawatnya kepeleset atau meledak meledak, bagi mereka yang menonton keren dan merupakan momen langka kan, bagi kami yang di pesawat merupakan akhir dunia. Jadi merinding deh saya.

Alhamdulillah, pesawat tinggal landas dengan lancar. Sebagaimana di pesawat, tidak ada yang bisa dikerjakan disini. Saya cuma mainan hp saya saja sambil menyumpal kuping. Loh, itukan pesawat mas? Iya, saya pakai flight mode di hpnya. Mode yang seharusnya ada di setiap ponsel sekarang ini seharusnya membuat ponsel tidak mengeluarkan sinyal mengganggu apa pun. Meskipun begitu, terlihat di kursi depan orang yang sedang BBMan sesaat pesawat akan lepas landas. Saat pesawat sudah terbang sih cuma diam saja. Entah. Semoga saja dia bukan BBMan beneran, hanya membuka-buka pesan lamanya sambil bernostalgia.

Sebagaimana pesawat juga, perjalanan berlangsung lancar tanpa hambatan macet. Hanya saja, beberapa kali di perjalanan kami melewati awan hitam di bawah kami. Beberapa kali juga seluruh langit di sekitar pesawat kelabu. Pesawat pun goyang-goyang layaknya mobil yang lewat jalan berlubang. Rupanya banyak sekali titik ujan di jalur yang kami lewati padahal di Bandung jarang hujan. Bahkan, diperkirakan pesawat akan sampai 19.40 atau terlambat (delay) 30 menit dari jadwal. Syukurnya, pesawat sampai tepat waktu, bahkan lebih cepat. Pukul 18.30 saat matahari mulai terbenam, pesawat sudah mendekati Medan. Pesawat selesai mendarat dan berhenti sempurna sekitar pukul 18.50 saat langit sudah gelap.

Suasana Dalam Bandara

Medan – Tanjungbalai

Perjalanan lintas pulau dari ujung ke ujung itu tidak menghabiskan tenaga. Hanya duduk. Setelah dua jam perjalanan pesawat, perjalanan selanjutnya yang harus saya tempuh adalah minimal empat jam perjalanan darat. Yah, kalau rumah saya di kota Medan, mungkin perjalanan pulang kampung ini hanya seperti belanja ke mall saja. Perjalanan Medan – Tanjungbalai jauh lebih melelahkan dari Bandung – Medan. Harusnya saat pesawat mulai mencapai perbatasan Riau – Sumut tadi saya bersiap untuk lompat dari pesawat saja ya, biar tidak usah naik mobil lagi.

Sesaat setelah keluar dari bandara, perbedaan tempat saya yakini dari perbedaan budaya orangnya. Disini kebanyakan orang berbicara seperti teriak-teriak. Logatnya juga beda. Saat tawar-tawaran becak, saat mengobrol antar penumpang minibus atau dengan supir, saat berdebat, atau bercanda, mereka seperti marah-marah. Keras suaranya tidak hanya dalam artian amplitude tetapi juga intonasi, dan konten. Logat itu sudah hilang pada diri saya jika saya jauh dari tempat ini sehingga saya sering disangka orang jawa.KUPJ TOUR

KUPJ atau Koperasi Usaha Pinggir Jalan adalah angkutan umum sejenis minibus atau travel dalam provinsi di Sumatera Utara. Terdapat dua merk yang memiliki rute Medan – Tanjungbalai, KUPJ bernama “KUPJ TOUR” dan KUPJ bernama “KUPJ”. Saya dijemput ayah saya karena belum tahu jalan ke rumah saya yang ternyata telah pindah lagi. Kami pun berangkat dari bandara ke pool KUPJ TOUR di pinggir kota Medan. Transportasi yang digunakan adalah becak betor. Sebelum naik, tawar menawar terjadi. Tarif becak yang kami setujui akhirnya adalah Rp20.000,- dari tawaran becak pertama Rp40.000,- Padahal saat ayahku ke bandara dari pool KUPJ TOUR tarifnya hanya Rp10.000,- saja. Mungkin karena sudah malam.

KUPJ TOUR pun harganya naik dibanding jalur sebaliknya. Tanjungbalai – Medan Rp35.000,- tetapi Medan – Tanjungbalai Rp40.000,-. Di hari biasanya sih katanya hanya RP25.000,-.  Di dalam minibus KUPJ, saya dan ayah mengambil posisi depan mobil, di samping supir. Tak nyangka hal ini mengundang konflik kecil. Rupanya kursi samping kusir ini sudah dipesan oleh orang. Padahal yang mendaftar di daftar pengunjung dan yang menduduki kursi duluan adalah kami. Kursi lain di belakang pun pakai sistem yang sama: rebutan. Ayahku tidak mau mengalah karena merasa duluan dalam segalanya. Pihak satunya lagi juga tidak mengalah karena mereka sudah memesan ke loket. Hampir 10 menit masalah ini berlarut-larut dan memperlambat perjalanan. Akhirnya, saya membujuk kekeraskepalaan ayahku. Tidak apa lah di belakang. Kami pun menyerah dan pindah di kursi pojok belakang minibus KUPJ.

Kali ini saya merasa kami lah yang menjadi stupidly stubborn people kali ini karena tidak tahu peraturannya. Yah, semua bisa memegang gelar ini. Di dalam minibus juga ada orang lain yang punya gelar yang sama. Di dalam minibus yang sempit dan berdesarkan itu, seenaknya saja dia menyedot nikotin dan menyembur asap sepanjang jalan. Orang di sampingnya sudah mengenakan masker pun dia masih belum merasa. Yah, kalau orang seperti ini sepertinya banyak sih di setiap kesempatan ada, bukan hanya di minibus.

Setelah berjam-jam di perjalanan, pukul 12.30 saya pun sampai di rumah dengan selamat. Alhamdulillah. Saya (akhirnya) pulang.

3 Comments

  1. Mrs. Lestari says

    Kami pernah bertugas di Bank Umum Nasinal Tanjung Balai sekitar tahun 1995. Walau BUN sdh dilikuuidasi, sekarang ini kami ingin bernostalgia ke sana. Bisakah saya minta informasi (tel / lokasi) taksi Medan-Tanjung Balai (atau adakah transportasi nyaman yang lain?). Juga informasi mengenai penginapan bersih di Tanjung Balai? Terima kasih.

  2. Badr, Bandara Husein memang kecil, karena tidak dirancang untuk Bandara komersil. Bandara ini adalah Pangkalan TNI AU (Lanud). Di mana-mana bandara pangkalan TNI AU kan kecil, misalnya Bandara Adisucipto Yogyakarta. Bandara Husein mau diperluas atau diperpanjang landasannya tidak bisa karena sudah mentok dengan pemukiman dan Gunung Bohong.
    Bandara pengganti di Kertajati (majalengak) belum ada kejelasan sampai sekarang.
    Tapi sekarang Bandara Husein sudah sangat ramai dan banyak penerbangan (Lion, Air Asia, Garuda, Merpati, Sriwijaya, Batavia, Tiger Airways, dll), kalau dulu cuma satu saja yang landing di Husein yaitu Merpati.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.