Sampai dua hari sebelum lebaran, kepulangan atau ketidakpulangan saya masih belum dapat dipastikan. Beberapa kali saya mengecek tikep pesawat sebelum lebaran saya tidak menemukan harga yang memuaskan. Harga minimal yang dikeluarkan adalah 1,4 juta rupiah. Tentu saja itu tidak bisa dijangkau oleh saya. Hampir putus asa, saya sudah berekspektasi untuk lumutan di kamar kos selama liburan dua minggu ini. Bahkan saya sudah bersiap-siap stok makanan untuk berjaga-jaga suatu saat tidak ada warung yang buka.
Usai shalat jumat terakhir di Bulan Ramadhan, pikiran itu terlintas di saya. Kenapa tidak mengecek jadwal usai lebaran ya, dimana arus mudik sudah mulai turun. Setelah mengecek, wah mengagetkan juga. Ada yang dibawah satu juta pada hari H lebaran. Sekitar 800 ribu berangkat dari Jakarta ke Medan berangkat subuh jam 5.25, nggak shalat id dong. Setelah dicek ternyata Airasia ada juga yang murah dari Bandung ke Medan, tetapi berangkat subuh. Setelah dicek lagi ternyata Lion Air lebih murah hanya Rp660.000 dan berangkat sore jam 5. Kebanyakan penerbangan dari Jakarta lebih murah sedikit daripada dari Bandung. Wajar darisana lebih ramai. Akan tetapi, pergi kesana juga memakan ongkos yang tidak sedikit. Cek sana-sini tanggal lain sebentar, pilihan tanggal lain adalah tanggal 22 Agustus. Ngapain nunggu lebih lama pikir saja. Langsung deh isi form, pesan tiket, dan bayar tiket sambil menemani teman kosan beli oleh-oleh. Dalam kurang dari satu jam, ketidakpastian pulang-tidaknya saya tadi pun berubah. Diputuskan, berangkat Minggu, 19 Agustus 2012 dari Bandung pukul 16.50.
Beli Tiket Pesawat Itu Gampang
Iya lah, yang susah itu bayarnya.
Bagaimana Anda merencanakan berangkat ke luar kota dengan pesawat? Cara mengecek harga tiketnya? Cara memesannya? Apakah dengan pergi langsung ke bandara atau ke agen perjalanan (travel agent) favorit/terdekat. Atau dengan meminta jasa pengecek harga tiket pesawat pada pihak ketiga yang menawarkan diri di beberapa Forum Jual Beli? Jika begitu, mungkin anda kurang mutakhir dalam hal informasi.
Bukan mengecap Anda yang masih memakai interaksi konvensional sebagai orang yang gaptek. Saya sendiri juga baru dua kali melakukan pemesanan pesawat sendiri selama 22 tahun hidup saya. Maklumlah, baru saat kuliah ini saya bisa terbang jauh sendiri. Cuma dua kali pula. Nggak ada duit gan!
Berkat teknologi informasi khususnya internet, tiket penerbangan setiap maskapai dapat dicek harganya hampir pada setiap tanggal. Pembelian pun dapat online, sama seperti pembelian barang belanjaan online (malah mungkin duluan pemesanan tiket dibanding e-Commerce, CMIIW). Tentu saja hal ini adalah keadaan yang sudah wajar di negara maju. Akan tetapi, di Indonesia pembelian tiket tanpa tatap muka seperti ini sepertinya masih belum begitu lumrah di masyarakat. Agak kurang meyakinkan. Padahal, kemudahan yang ditawarkan sangatlah tinggi, apalagi di era integrasi berbagai macam sistem ini. Pesan tiket, jumlah bagasi, identifikasi paspor, pesan makanan di pesawat, bayar tiket langsung bisa dilakukan. Bahkan kita bisa memesan karpet merah untuk ditaruh di bandara pada beberapa maskapai (Airasia salah satunya).
Jasa agen, pihak ketiga, atau pergi langsung ke bandara biasanya dilakukan supaya bisa membandingkan harga dan tanggal antar maskapai. Meminta tolong mencarikan yang murah. Di web, hal ini agak repot terutama jika internetnya lambat. Harus membuka lebih dari satu tab untuk setiap maskapai. Sebenarnya ada beberapa situs yang menawarkan fasilitas agregat harga tiket. Dengan demikian, harga dari setiap maskapai bisa dibandingkan lengkap beserta jadwalnya.
Situs perjalanan seperti itu yang terkenal di dunia adalah www.kayak.com. Yahoo dan Google sendiri pun memiliki layanan travel yang serupa di http://travel.yahoo.com/flights dan di www.google.com/flights. Dua tahun lalu saat saya coba sepertinya cukup akurat untuk penerbangan lokal Indonesia (mengingat keduanya perusahaan internasional). Akan tetapi, saat saya coba kemaren kok kayak kurang lengkap. Entah saya lupa alamatnya atau bagaimana. Situs lokal yang menyediakan layanan serupa adalah www.utiket.com dan www.tiketpesawat.com. Situs lokal ini lebih baik dibanding situs internasional yang disebut sebelumnya. Dari tampilan antarmuka, utiket lebih bagus. Sepertinya cukup menjanjikan untuk sekedar pembanding harga dan jadwal saja. Namun, harga sesungguhnya harus tetap dilihat di portal maskapai dan pemesanan tetap dilakukan di situs web masing-masing maskapai setelah kita menemukan jadwal penerbangan yang kita suka.
Harganya murah yang mana? Saya tidak tahu. Apakah lewat web lebih murah, atau lewat travel agent lebih murah, ataukah lewat bandara yang lebih murah. Yang jelas, pihak ketiga yang memberikan jasa pengecekan harga tiket biasanya ya lewat web juga kecuali kalau dia punya koneksi orang dalam ke semua maskapai yang ada di Indonesia. Menurut paman saya sih, pemesanan lewat agen biasanya lebih murah daripada lewat bandara karena di agen bisa tawar-tawaran atau sistem langganan (sudah sering pesan disana, jadi ya korting lah) dan di bandara tidak. Di web? Belum pernah membandingkan saya dengan kesempatan saya yang terbatas ini. Sepertinya sih sama saja, tidak berbeda jauh.
Oh ya, sekarang dengar-dengar tiket kereta juga dipesan dengan cara yang sama dengan pemesanan tiket pesawat. Wah, keren berarti. Tidak perlu repot-repot antre di stasiun lagi. Tinggal pesan, masukkan identitas, sudah deh, prosedur pembayaran tiket akan masuk ke email kita. Beberapa detik setelah kita lakukan pembayaran melalui ATM, e-tiket yang siap dicetak akan dikirim ke email kita. Hasil cetak e-tiket ini dan identitas kita (KTP atau paspor) sudah cukup untuk meloloskan Anda masuk ke kereta api/ pesawat.
Jalan Ke Bandara
Pesawat saya lepas landas pukul 16.50 dari Bandara Husein Sastranegara Bandung, menurut jadwal yang saya pesan. Katanya sih, penumpang diharapkan check in 90 menit sebelum keberangkatan, 45 menit setelah itu check in akan ditutup. Menurut perhitungan saya, berangkat lepas ashar (waktu ashar waktu itu 15.20) terlalu mepet. Terpaksa saya berangkat pukul tiga lewat dikit walaupun saya percaya tidak akan ditinggal walaupun saya sampai pukul 16.30 sekalipun. Tahun lalu di Bandara Soekarno Hatta saya sampai dengan waktu mepet seperti itu (setengah jam itu mepet, kurang dari itu bunuh diri namanya).
Dari daerah Dago ke daerah bandara bisa ditempuh dengan angkot Caheum-Ciroyom, kata anaknya bu kos. Akan tetapi, setelah konfirmasi rute segala macam berkali-kali saya tetap naik taksi. Bawa koper besar plus ransel naik angkot sepertinya agak gimana gitu. Kebetulan sekali di simpang dago ada taksi Gemah Ripah yang sedang terjebak lampu merah sehingga bisa saya naiki. Perjalanan Dago – Bandara hanya berlangsung sekitar 10-15 menit.
Sesampai di bandara, argo menunjukkan angka Rp20.500,- Karena ingin bersedekah dan kasihan dengan bapaknya saya berniat memberi Rp25.000,- Namun, entah mengapa bapaknya bilang “Dua puluh ribu lima ratus a’, yahh… dua lima ribu lah ya.” What? Hatiku tersentak. Seenaknya menaikkan harga dari argo, meminta tambahan dengan polosnya, tanpa nada bersalah atau apa kek. Kalau dibulatkan ke 21 ribu boleh lah, wajar, ini ke 25 ribu. Ini mental orang sini, supir taksi sini, atau memang orang Indonesia. Apakah karena ini taksi? Perasaan di luar Bandung, Lampung dan Sumut misalnya, tidak ada penjual yang menaikkan harga se-straightforward ini. Setidaknya belum pernah saya temukan. Itulah pikiran yang terlintas sesaat setelah bapak itu menyebutkan tarif taksinya. Well, まあ、いい。。。Karena memang dari awal saya mau memberi segitu, saya pun tidak membalas keanehan tadi sama sekali.
Oh ya, ada yang lupa. Waktu akan ke daerah bandara menuju Masjid Raya Habiburrahman, saya dan teman saya sedikit nyasar. Kami pun menanyakan ke warga sekitar. “Pak, bandara ke arah mana ya?”
Bapaknya tampak bingung kemudian membalas “Hmm… Kalau Baladewa sih kesana dik”.
Kami pun mengubah pertanyaan. “Kalau Husein Sastranegara dimana pak?”
“Oh, husein lewat sana saja. Belok kanan. Terus sampai mentok terus belok kiri.”
Ternyata orang sini, orang sekitarnya tidak tahu apa itu “bandara”, tetapi tahu Husein. Biasanya, orang tahu bandara tetapi tidak tahu namanya kan. 😀
bersambung…
Ping-balik: Napak Tilas Pengerjaan Tugas Akhir | Blog Kemaren Siang