“Mahasiswa, seperti semua manusia, tidak terlepas dari persoalannya.” Itulah pembukaan bab Persoalan Akademik Mahasiswa pada buku Informasi TPB 2008. Ada yang masih punya? Pasti pada nggak inget disimpan dimana. Kebetulan setelah saya beberes kamar kemarin, saya menemukan buku keramat ini. Bagi angkatan ITB 2008, buku ini pasti dibaca sewaktu tingkat satu dan paling pol tingkat dua, setelah itu mungkin tersimpan entah dimana.
Untuk mengingatkan kawan-kawan sesama ITB 2008 dan sebagai sarana informasi untuk kawan-kawan diluar itu, saya kutipkan teks yang ada pada bab Persoalan Akademik tersebut. Sekaligus merenung atau menebak-nebak, bener nggak ya. Masalah tahun pertama dan kedua tidak penulis cantumkan karena asumsinya pada tahun pertama dan kedua buku ini masih mudah dijangkau dan dibaca.
Masalah Mahasiswa Tahun Ketiga
Mahasiswa tahun ketiga tidak mempunyai masalah yang berarti ketika memasuki tahun ketiga. Dia sudah terbiasa dengan lingkungan program studi. Persoalan yang mungkin timbul di tahun ketiga adalah kemungkinan adanya kuliah pilihan: biasanya wali akan menjadi tempat bertanya dan berdiskusi sebelum mahasiswa menentukan kuliah pilihan.
Masalah Mahasiswa Tahun Keempat
Mahasiswa tahun keempat harus memulai TA dan mata kuliah yang lain relatif lebih sedikit, yang agak mengubah pola ritme hidupnya karena biasanya sebagian besar waktu harus dipakai untuk menyelesaikan TA secara mandiri. Jika sebelumnya kegiatan mahasiswa lebih terjadwal dan bersifat massal, pada pelaksanaan TA mahasiswa yang harus aktif, mencari dosen, mencari bahan dan hampir sepenuhnya bekerja mandiri kecuali selama bimbingan.
Dosen pembimbing beraneka ragam karakter dan pola bimbingannya sehingga mahasiswa kadang-kadang menghadapi persoalan dan memerlukan pengarahan. Oleh sebab itu, mahasiswa perlu berdiskusi dengan wali tentang pengerjaan TA sesuai dengan karakteristik Program Studi (bukan materi TA tetapi membantu menyiapkan mental mahasiswa).
Masalah Mahasiswa setelah Tahun Keempat
Karena teman-temannya sebagian besar sudah lulus dan biasanya kuliah yang tersisa sedikit, bahkan hanya mengerjakan TA, mahasiswa setelah tahun keempat cenderung “menghilang” dari kampus. Biasanya mahasiswa justru bermasalah ketika hanya mempunyai sedikit aktivitas akademik karena jarang ke kampus.
Masalah menjadi makin parah jika mahassiwa bekerja karena hanya mengerjakan TA yang tidak mengharuskannya rutin ke kampus, dan ia makin larut dalam pekerjaannya sehingga tidak berminat menyelesaikan studinya. Kemungkinan mahasiswa semacam ini akan merusak statistik lama studi lulusan. Mahasiswa biasanya baru mau menghentikan pekerjaannya setelah terancam DO. Diskusi dan kompromi sering dapat menyelesaikan masalah ini.
Komentar saya tentang hal ini: ternyata buku ini banyak kalimat bertingkat dengan kata hubung ganda ya. Jadinya agak susah dipahami. Penempatan tanda baca juga kadang kurang tepat.
loh, maaf Out of Topic. Berikut komentar yang sebenarnya.
Masalah tahun ketiga kurang lebih benar. Kebingungan mahasiswa waktu itu adalah memilih mata kuliah pilihan terutama yang di luar program studi. Akan tetapi, saran yang diberikan sepertinya kurang praktikal. Pada kenyataannya, bertanya dan diskusi ke dosen wali kurang memberikan jawaban yang memantapkan hati. Seringnya malah dosen wali bertanya balik ke mahasiswa tentang mata kuliah itu dan seputarnya. Biasanya masalah mata kuliah pilihan ini terjawab dengan berkomplot dengan teman-teman dekat.
Pada program studi Informatika, masalah lain pada tahun ketiga adalah beban kuliah yang sangat tinggi terutama pada semester 6. Tugas kuliah pada tahun ini mencapai puncaknya. Segala macam tugas besar, tugas kecil, makalah memberondongi mahasiswa setiap minggunya.
Masalah tahun keempat betul sekali. Perubahan ritme dari tugas ke TA sangat besar dan susah ditangani setidaknya bagi saya. Tugas Akhir yang lebih ke “usul sendiri”, “pikir sendiri”, “kerjain sendiri”, “ukur dan nilai sendiri” sangat berbeda dari tugas besar seberondong apapun. Apalagi ini ditambah dengan dosen pembimbing yang sangat membebaskan mahasiswa. Benar kata buku Informasi TPB ini. Pembimbing beraneka ragam. Ada yang mengatur jadwal dengan ketat ada yang bebas. Bebas mungkin sekilas terasa lebih enak dan lancar. Akan tetapi, terkadang jadwal yang teratur lebih dapat membantu mahasiswa. Terlebih lagi, jika hal ini ditambah dengan bimbingan yang hardly cannot be said as (susah dikatakan sebagai) bimbingan. Mahasiswa bisa stuck bingung sendiri karena kurang informasi dan motivasi.
Saran buku Informasi TPB untuk berdiskusi dengan dosen wali memang sepertinya bagus. Akan tetapi, hal ini jarang dilakukan mahasiswa setidaknya oleh saya. Hal ini dikarenakan jawaban dosen wali sudah dapat ditebak. “Ya kamu harus insiatif, bla-bla…”
Masalah setelah tahun keempat belum dapat saya komentari banyak. Saya untungnya (atau apesnya?) masih berada pada awal masa ini. Bodoh dan tidak tahu dirinya saya yang tidak bisa mencapai ekspektasi banyak orang, keluarga, dan asumsi buku Informasi TPB (di awal bab) bahwa mahasiswa ITB seharusnya lulus tepat waktu.
Kurang lebih, frasa mahasiswa “menghilang” itu tepat. Sebenarnya ini tidak perlu setelah tahun keempat. Dari semester 8 pun sudah dimulai kegiatan “menghilang” dari kampus ini, karena SKS yang diambil biasanya kurang dari 12 SKS. Karena “agak nganggur”, mahasiswa tingkat empat (dan diatasnya) ini biasanya menerima proyek atau bahkan kerja. Soalnya udah lumayan ilmunya. Untuk sebagian orang, terutama yang bimbingannya kurang tertata, hal ini berpengaruh ke tugas akhir.
“Baru mau menghentikan pekerjaannya setalah mepet DO“. Wah, seram sekali dan untuk banyak kasus (melihat tahun-tahun lama) sepertinya benar. Semoga saya tidak termasuk yang bermasalah seperti ini lah.
masalah mahasiswa setelah tahun keempat? ada ya? *troll*
masalah hidup fik, selamat menikmati ya. kalo ternyata ga ada masalah, hati-hati saja. jangan-jangan malah ga hidup.
yah itu mah bukan masalah “mahasiswa” lagi dong :p
kan mahasiswa juga hidup fik, berarti kena dong masalah hidup.
ah, did you get my point? -.-
nope, as long as people live, they will have their own. gimana kalo kita tanyakan sama yg punya postingan, pak lutan nasution?