Sehabis beberes kamar kemarin, saya menemukan beberapa buka catatan (notes). Ada yang dari acara tertentu. Ada yang memang buku catatan yang saya beli. Ada juga yang merupakan segepok brosur yang tidak digunakan yang saya ambil karena sepertinya bisa digunakan sebagai otretan. Lumayan kan.
Gambar di bawah adalah buku-buku catatan yang saya temukan tersebut. Selain yang terpampang di gambar sebenarnya masih ada yang lain seperti tumpukan sisa kertas testimoni saat syukuran wisuda, kertas buram, dll. Akan tetapi beberapa diantaranya sudah saya buang.
Saat mendapatkan buku saya sih senang saja. Lumayan… Bisa buat nyatet ini itu. Akan tetapi pada kenyataannya ternyata saya kurang bagus untuk melakukan “pencatatan rutin”. Mencatat pun sekarang bisa pakai HP dan dengan mudah disinkronisasi di awan. Buku catatan yang bagus untuk dipakai otretan juga sayang dan terlalu kecil sehingga biasanya saya nyorat-nyoret pakai kertas buram.
Saya juga pernah menulis buku harian di notes seperti ini. Hal ini saya coba setelah membaca sebuah buku yang menceritakan manfaat-manfaat tentang menulis buku harian mulai dari membuat target, mengingatkan diri, melatih menulis, dll. Sayangnya saya lupa judul bukunya. Bukunya bagus dan sangat inspiratif.
Namun, percobaan ini cuma berlangsung satu bulan saja. Setelah itu saya lupa untuk mengisi buku ini setiap hari. Memang sih, kata si buku yang saya baca itu, buku harian tidak harus ditulis setiap hari, yang penting saat mood. Yah, sayangnya setelah lama tidak ditulis, keberadaan buku berbahaya ini pun terlupakan. Mungkin hampir setahun tidak diisi lagi dan baru ditemukan saat beberes kemarin itu.
Kalau teman teman bagaimana, buku catatan biasanya dipakai buat apa sih? Penting nggak?
Widdih, aktivis Gamais banget nie 🙂