Kamis, 17 Mei 2012 merupakan hari bahagia bagi Mas Yulianto sesepuh kami di ADK angkatan 2008 dan mantan ketua ADK 2008. Dengan semangat menggebu-gebu kami serombongan sahabat kampus menyambut hari bahagia ini. Empat mobil dikerahkan menuju Cilacap. Sebenarnya katanya ada tujuh mobil tetapi yang tiga sampai kami pulang tak tampak batang hidungnya. Entah kemana rombongan anak matem itu.
Perjalanan cukup melelahan. Berangkat saat matahari membuka matanya, kami tiba di Cilacap saat dzuhur mengetuk pintu. Enam jam di jalan dan melewati jalur berlenggak-lenggok membuat saya terkapar saja. Tiba-tiba sudah rehat sebentar di Masjid Raya Ciamis. Sisa perjalanan hanyalah tinggal sejarah saja.
Pesta walimah yang diadakan cukup sederhana, hanya menggelar tenda tarup di depan rumah tanpa diiringi organ tunggal. Akan tetapi, seperti walimah pada umumnya makan yang tesedia sangat menggugah selera. Saat mengambil jatag, semua menu dicicipi. Sayangnya karena isi perut sudah tidak ada, tenggorokan saya jadi trauma menelan makanan karena kelelahan, saya kurang nafsu makan jadinya. Hanya sampai teman-teman beranjak ke masjid lah saya bertahan memegangi piring makan saya.
Setelah salat jama’ dzuhur dan ashar, kami membuat forum “interogasi” dengan Mas Yul. Intinya ya menuntut untuk dikenalkan dan menanyakan bagaimana proses mereka dari awal. Forum dimoderatori oleh Gagarin Aditama, IF 2008.
“Istri saya Sugiasih ini dulu pernah satu SMA.”
“Pertama itu, saya mulainya dari firasat. Kayaknya yang ini nih jodoh saya…”
“Terus ya saya coba berdoa dan istikharah. Ternyata bener.”
Sebagaimana penonton yang menggebu-gebu kami, sangat reaktif dengan kata kunci – kata kunci yang disebut Mas Yul. Firasat, Doa, dan Istikharah.
“Jadi gimana tadi mas, firasat dulu. Terus istikharah.”
“Bukan bukan. Firasat dulu terus yakin mau maju nggak: keteguhan hati. Lalu doa dan istikharah.”
Peserta forum pun manggut-manggut kegirangan.
“Kalau dari mbak Sugi sendiri gimana mbak. Kok bisa-bisanya mau sama Mas Yul ini,” tanya moderator ke istri Mas Yul.
“Hmm… Gimana ya… Kepelet doanya mas yul kayaknya”, jawab mbak Sugiasih lugu. Seketika para hadirin forum pun tergelak.
“Nah, terus kita kan nggak bisa cuma doa aja nih mas. Bisa nggak diceritain gimana langkah riil nya nih…”
“Ya, ikhtiar. Berusaha terus lah.”
“Jadi mas, yang terakhir ini bentuk konkret ikhtiarnya gimana ya mas. Apakah menyiapkan dana dulu atau gimana mas. Biar yang disini bisa, eyaa..”
“Aduh… Yaa… banyak. Detailnya nanti kita buka forum di Bandung aja deh.”
“Ayo mas, dikit aja mas…”
“Ya, perbanyak silaturahim, ketemu orang tuanya saat lebaran, nanyain kabar. Begitulah. Lengkapnya nanti aja ya.”
Tentu saja memang bukan hanya itu ikhtiarnya. Mas Yul belum membuka seluruh rahasia yang dilakukannya. Penulis juga belum mengikuti forum interogerasi yang di Bandung. Kesimpulannya adalah dalam berjuang untuk melengkapi hidup ini kita harus melewati beberapa fase yaitu Firasat, Keteguhan Hati, Doa, Istikharah, dan Ikhtiar. Itulah tips & trik yang kami dapat dalam perjalanan ini.
Catatan kaki :
- Dialog yang ditulis disini tidak 100% sesuai dengan keadaan karena tidak ada rekamannya. Penataan tempat dan kalimat dialog hanyalah improvisasi penulis.
- Sebenarnya masih banyak cerita menarik dsalam perjalanan ini seperti saya yang “mabuk-mabukan”, debat Fikri dan Garin atas sebuah nama, percakapan di mobil, dan gotong royong hijau pada saat pulang. Akan tetapi, biarlah semua itu menjadi sejarah saja di dalam ingatan kita.
Ping-balik: Bagaimana Saya Ingin Mengisi Blog Ini | Blog Kemaren Siang
Ping-balik: Bagaimana Saya Sekarang Mengisi Blog Ini | Blog Kemaren Siang