Sains Logika
Comments 11

Hidup adalah Asumsi

Awas, membaca artikel ini mungkin akan menyebabkan Anda berfikir bahwa penulis ini gila, stress, terlalu filosofis, gak mikir, atau kebanyakan mikir, atau bahkan atheis. Yah, saya gak mau disebut satu pun dari di atas, apalagi yang terakhir. Artikel ini ditulis sebagai bahan latihan saja. Jika mungkin silakan dijadikan bahan renungan, atau sekedar fun. Anggap aja akhir-akhir ini saya lagi seneng nulis hal yang berbau filsuf dan logika (Devil Proof, Hempels Raven).

Saat Bertarung dengan Sasuke, Uchiha Itachi berkata “Orang menjalankan hidupnya terikat dengan apa yang mereka lihat sebagai baik dan benar. Itulah yang mereka dengungkan sebagai kenyataan. Padahal, baik dan benar tidaklah dapat diandalkan tetapi hanyalah istilah yang samar. Kenyataan mereka ini dapat dengan mudah berbalik menjadi ilusi. Ya, karena setiap orang hidup dengan asumsi masing-masing.”

Tentu saja Itachi (baca: Masashi Kishimoto) mengucapkan kalimat ini dengan bahasa Jepang. Gak Indonesia kayak di atas. Dan kalimat di atas juga sekonteks dengan situasi komik Naruto waktu itu, sehingga merupakan padanan yang apik dalam karakteristik Uchiha. Tetapi, apa yang dikatakan Itachi itu benar. tidak bisa dibilang tidak benar.

Saya berikan sebuah ilustrasi. Pada suatu hari, teman Anda duduk-duduk di depan rumah bersama kucing di sampingnya, melihat indahnya sore yang damai. Lalu, Anda datang dan bertanya “Kucingmu nyakar gak?”.

Dia pun menjawab “Ya enggak lah”.

Anda pun ingin duduk di samping teman Anda, dan mengangkat kucing tadi. Kucing tadi sontak mencakar tangan Anda lalu lari.

Kamu marah “Katamu tadi gak nyakar??”.

“Loh, bukan kucingku itu. Kalo kucingku emang gak nyakar. Kucingku tak tarok di dalem.”

Apa yang salah di sini? Saat Anda bertanya pertama kali, Anda membuat asumsi bahwa kucing yang Anda lihat ada di samping teman Anda itu kucingnya. Apa asumsi ini masuk akal, tentu saja. Anda tahu bahwa teman anda itu punya kucing. Anda lewat di depan rumahnya, dan mengira kucing yang di sampingnya itu punya teman Anda. Tetapi, Anda lupa menanyakan satu hal yang dapat membuat asumsi itu menjadi fakta : “Ini kucingmu?”

Saat teman Anda menyatakan ‘Kucingku gak nyakar’, apa dia faktual. Sayangnya tidak. Mungkin saja kucing itu belum pernah mencakar siapapun, dan teman Anda mengasumsikan bahwa kucingnya tidak akan nyakar di masa depan. Atau teman Anda memang tidak pernah melihat kucingnya mencakar, teman Anda kan tidak bisa 24 jam terus-terusan melototin kucingnya. Menurut Devil Proof, gak mungkin teman Anda membuktikan bahwa kucingnya tidak pernah nyakar. Untuk menghindari misunderstanding mestinya dia menyatakan “Sejauh yang saya ketahui, kucing saya itu tidak pernah nyakar, setidaknya di depan saya.

Saat dia menyatakan “Kucingku tak tarok di dalem“, ini adalah fakta. Dia sendiri tentu mengetahui dengan pasti setelah dia bermain (di masa lampau), dia meletakkan kucingnya di dalam dapur. Ini fakta yang dia ketahui. Bagi pendengar bisa jadi fakta. Tentu saja dengan asumsi bahwa teman anda berkata jujur.

Sebaliknya, jika teman Anda berkata “Kucingku ada di dalem”, itu tidak lain hanya asumsi. Yang dia tahu, dia meletakkan kucingnya di dalam rumah tadi. Sapa yang tahu, kucingnya itu sudah jalan-jalan ke tempat pacarnya sekarang?

Well, Ini trik yang bagus yang dapat dipelajari. When you make a statement of which you are relatively sure, start it with a qualifier such as “To the best of my knowledge.” or In my opinion…” or “It appears to me…”. Etc. And to make a happier world, we would do well to also be aware of possible assumptions people around us are making. In fact, it would be a good idea to ask people what they are assuming–in a nice way.

Tidak buruk untuk mengatakan hal ini. Selain akan mencegah kesalahpahaman dan bahkan kesan sombong atau sok tahu dari argument anda, Anda akan tampak lebih pintar dari yang seharusnya. Contoh : “Well, sejauh yang saya amati, harga nasi goreng di Mawut paling murah Rp.8000.” Keren kan?

Contoh lain :

“Eh, tahu Hukum Pertama Newton gak?”

“Hm..Well.. As long as I recall, Newton First Law is F = ma .”

Gak mesti bener kan jawaban kita. Tapi jawabannya terasa keren, teduh, dan tidak terisi dengan kesoktahuan.

Jadi apa yang membuat penulis tampak gila? Mungkin Anda sudah menebak ke arah mana filosofi ini. Tetapi, karena tampaknya sudah terlalu panjang artikel ini, lanjutannya akan saya mutakhirkan nanti, sejauh yang saya rencanakan. ^^ Thanks for the meal…

11 Comments

  1. miraayuningtyas says

    *lagi komen sambil diiringi ost 3 idiots*

    temanya si albed jd ikutan suram, tema sy aja uda ga suram lg bed, uda ijo lagi

    menarik ya bed, tp jd repot jg ya, kalo setiap jawab mesti pake “in my opinion bla bla bal, sejauh yg saya tahu bla bla bla, hehe…

    • Masak suram mir. Keren ini. Hehe…

      Yah, asal jangan membikin ambigu aja bilangnya, kalo mau ya pake.
      Lebih keren loh. Tapi jangan keseringan juga.

  2. bloksaya says

    ngomong-ngomong soal asumsi, postingan baru gua juga berisi nasihat “hilangkan semua asumsi bla2”
    wah, kayaknya kita jodoh nih

  3. Bambang says

    oh iya, baru baca saya yg probatio diabolica Vs hempels raven. sy kira itu cerita film anime, mknya wktu itu gk dbaca.haha…

    • Itu teori beneran, real. Ada matematikanya, dan ditakuti oleh banyak matematika besar bem. Hm, masak hal kayak anime dimasukin ke kategori area serius. Hff….

  4. thanks for the post….

    apa kah ini Blogmu Bed??

    iya ini blog ku (kamu jawab)…

    ah.. bukan,, ini temanya beda…, blog mu kan temanya gak kya gini ( saya menanggapi)…..

    bed… baca posting terbaruku di sini ….

  5. sejauh yang sy baca, sy masih nggk ngerti devil proof, hempels raven itu apa bed ? nama orng kah ? atau sebuah teori logika ?

    • Teori logika bem. Masak udah baca masih gak ngerti. Ada link luar juga kan.
      Baca lebih lanjut aja. He,
      Logic can be understand only with logics man.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.