Sosial Politik
Comments 5

Kantor Pos Cisitu ~ Bagaimana Nasib Pos Indonesia?

Jumat dua minggu lalu, saya bertandang ke kantor pos. Ngapain? Mau ngenet, mau ngirim pos lah! Maklum, STNK saya harus diperpanjang di Lampung. Jadinya terpaksa saya kirim STNK+BPKB ke teman ibu saya di Metro, Lampung. Saya sudah cerita kan?

Saya kesana jam 10. Sesampai disana saya kaget. Rame banget. Maksud saya, bagian depannya ramai pengunjung. Mau masuk ke ruangan teras depan meja petugas saja susah. Berdesakan. Kok bisa ya? Namun, di meja hanya ada satu petugas. Sepi.

Sebagai pengunjung dan warga yang baik, saya pun menunggu. Memang tidak ada baris antrean disana. Kacau pada berdiri sesukanya. Juga tidak ada tanda-tanda nomor antrean disana. Tapi ya tunggu aja lah. Mau nanya bapaknya juga kayaknya itu bapak kepo banget. Sibuk. Cap sana-sini, geser lima langkah ke kiri, liat monitor, lari sana. Nggak efisien lah.

Lima belas menit saya menunggu, saya baru menyadari pengunjung yg memadati ini keperluannya apa dan sistem antreannya bagaimana. Mereka ini kebanyakan (atau semua?) ingin membayar listrik/air/pajak/dll. Dengan demikian, mereka antre dengan memberi si bapak tadi kuitansi atau slip apa lah untuk pembayaran itu. Kemudian, bapaknya memanggil nama yg tertera di slip paling atas tumpukan. Nah, kalau begitu aing yg nggak punya slip untuk dikasihkan gimana dong!

Antre dan Nggak Antre

Kok nggak bayar lewat ATM/Bank aja ya?

Sepuluh menit kemudian saya sudah didahului beberapa orang. Maksud saya, beberapa orang sudah keluar (memberi saya secercah harapan) baik karena urusannya sudah selesai atau sudah kapok antre. Sayangnya mereka diganti dengan beberapa orang lain yg datangnya lebih telat dari saya. Mereka masuk saja dan memberi slip pembayaran ke bapak itu. Saya pun terdahului. Huh, giliran saya siapa dong.

Nunggu lama lagi, tak ada tanda-tanda saya akan dilayani. Bapaknya juga sibuk setengah mati cemnya. Nggak enak juga. Saya cuma bisa melihat-lihat lowongan pekerjaan yg tertempel di mading dan mengamati ada benda apa aja di desktop si petugas.

Setelah total menunggu 45 menitan, seorang petugas lagi datang dg baik motor. Beliau masuk, melihat paket berupa sejenis paralon atau apa itu dan ke belakang. Duh, udah telat masih ngilang nih bapak. Lima menit kemudian beliau datang lagi dan mengambil alih PC yg ada di sebelah kanan. Seorang pengunjung (yg kayaknya masih duluan saya datangnya) meminta Materai 3000 ke bapaknya. Kemudian saya pun berinisiatif memberikan paket saya ke bapaknya, sambil bilang.

Isinya STNK BPKB asli pak. Pos kilat khusus tercatat ya.

Karena amplop saya belum ditulisi, bapaknya menyuruh saya menulis alamat pengirim/penerima dulu. Isi dulu alamatnya. Tapi saya nggak bawa pulpen. Ada pulpen nggak pak? Bapaknya pun ikut panik mencari pulpen yg ternyata disana pun langka. Facepalm. Beberapa saat bapaknya menemukan pulpen dan saya pun akhirnya ada progres juga semenjak sejam berdiri disana.

Sambil menulis alamat, saya diserobot orang. 1x Oke deh nggak masalah, toh saya juga lagi nulis. Selesai nulis, agak nunggu bapaknya ngisi macem2 info ke PC ttg paket penyerobot saya, terus saya serahkan amplop sambil mengeluarkan isinya. Sama bapaknya dilihat bentar terus diserahkan ke saya lagi. Masukin lagi terus ikat. Sesaat setelah kedua tangan kami mentransfer amplop dan isinya, saya kembali diserobot orang. 2x Dan anehnya tuh pak petugas nerima aja tuh berkas yang dikasih penyerobot.

Saya datang duluan dan bapak sudah menyentuh duluan paket saya, for god sake!

Tidak, saya tidak marah-marah. Keintrovertan dan kegolongan-darah-A-an saya sepertinya mencegah saya untuk itu. Oke tahan, dalam hati… Elo udah nunggu sejam lebih, nambah lima menit lagi nggak masalah mestinya. Terasa sangat lama bapaknya mengurusi paket penyerobot kedua itu. Akhirnya tiba giliran saya. Saya sudah ancang-ancang supaya penyerobot ketiga yg sudah siap-siap disamping saya tidak berhasil. Keras memang hidup di Indonesia.

Kantor Pos Cisitu - Tampak Ramai Kan

Kantor pos kecil, tetapi cukup sebenarnya

Bapaknya menerima paket saya, cek sana cek sini, cek kode pos, biaya, dan bingung. Ini paket mau diapain ya… Isinya serem, STNK dan BPKB asli. Duh, prosedurnya gimana ya. Yap, asuransi. Nah nilai barangnya berapa ya. Supaya amplopnya nggak dibobol orang gimana ya. Oh ya, selotip aja yg banyak, biar susah.

Sepertinya paket saya membuat bingung dan susah kedua pegawai pos itu. Yap keduanya. Pak pos yg baru datang berulang kali menginterupsi pak pos yg sibuk di awal mendiskusikan banyak hal.

Whatever. Yang penting giliran saya sudah dapat. Akhirnya bapaknya mencatatkan pos saya ke pos kilat khusus tercatat dan saya disuruh membayar Rp14.000,- Katanya tiga hari waktunya, jadi kemungkinan sampai hari Senin. Baiklah, saya pulang.


Hari Minggu saya iseng cek ke www.posindonesia.co.id. Saya agak bingung sama adminnya. Bingung karena posindonesia.co.id nggak di-redirect ke http://www.posindonesia.co.id. Jadinya, yg muncul malah webmail kalau nggak pakai www. Duh-duh.

Saya mau tracking paket saya sudah sampai mana. Setelah dimasukkan nomor resi dan beberapa kali error, tampil halaman tracking. Hanya ada satu entri: diterima dikantor pos Bandung. Okelah, kali belum diupdate ya. Atau emang belum berangkat? Hmm…

Selasa saya iseng cek lagi. Masih sama cuma ada satu entri tapi tulisannya beda. Tulisannya antaran, pengantar : NAMA. Loh! Kok nggak ditampilkan risalah perjalanannya. Cuma satu entri doang. Susah apa ya nampilin lebih dari satu row? Biarin lah yang penting sudah dianter.

Esok paginya, Rabu, saya cek lagi karena ternyata selasa itu belum sampai juga ke rumah tujuan.  Yang tampil masih satu entri, yakni persis yg tertera pada gambar di bawah ini.

Hasil Pos 16 Mei

What the hell that supposed to mean?

Bisa ditebak sih sebenarnya. Yg kemaren nganter nggak berhasil karena rumah kosong. Tapi kalau entrinya cuma satu dengan tulisan nggak jelas kayak di atas gimana? Tidak informatis sekali. Kalau saya kemaren nggak ngecek gimana, nggak tahu lah artinya gambar di atas apa. Duh, zetzubou.

Stres saya, pos-pos. Ini Rabu tanggal 16 udah deadline bayar pajaknya pula. Akhirnya saya telpon ibu saya, kasih nomor resi, supaya temannya ngecek langsung ke kantor pos. Ternyata benar ada disana. Untung, selamat.

Agak heran, sebenarnya pos kan udah tua dan berpengalaman, tetapi kok masih kurang reliable ya. Padahal kan pengiriman paket (bukan surat) seperti itu, dalam dan luar negeri, masih sangat dibutuhkan. Perlu ada reformasi yg dimulai dengan penggantian logo, seperti BUMN-BUMN lain dulu kah? Baru pos akan berubah. Sudah jauh lebih baik dari yg dulu sih, tapi masih banyak ruang untuk perbaikan sepertinya. Hmmm…

Atau pos perlu ganti haluan secara total menjadi portal pembayaran listrik, telpon, air saja?

5 Comments

      • hm.. kelihatannya saya harus menyebutkan perusahaan ekspedisi nih…. DHL.. UPS… etc… ring a bell???

      • Oh ekspedisi tuh itu maksudnya. Namanya perusahaan ekspedisi ya yg gitu-gitu. Kirain pemaketan (inggrisnya apa ya)… Ekspedisi kayak ke hutan gt kesannya, hehe.

        Iya kalah banget pos indonesia sama ekspedisi lain. Pake Fedex ke Jepang aja dia tahu, oh gak bisa selasa mas, bisanya rabu. Dan benar rabu sampe, detail pula trackingnya.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.