Di masa pendaftaran beasiswa ini, saya mengalami krisis identitas.
Wah, serem banget yak. Bingung dengan masa depan? Bingung dengan pribadi sendiri tuh? Tidak mengenal diri sendiri? Atau lupa ingatan?
Bukan! Saya masih sehat dan waras kok. Masa depan agak masih galau sih, tapi saya normal!
Jadi pada formulir pendaftaran apa pun kan biasanya yang paling atas tuh nama ya. Nama Lengkap, gitu. Kemudian setelah itu biasanya adalah ruas Tempat Tanggal Lahir. Nah, dua identitas ini yang saya agak bingung mengisinya.
Lupa ingatan? Bukan dibilangin!
Nama Lengkap
Isian nama biasanya kan dipisah antara last/family name sama first/given name atau kadang ditambahi middle name. Nama saya, alhamdulillah punya marga alias nama belakang/nama keluarga. Haha, jarang loh di Indonesia yang punya nama keluarga. Nama lengkap saya jadi “M. Albadr Lutan Nasution”.
Nah, berarti nama belakang saya Nasution. Nama tengah saya Lutan. Safe… Nama depan alias nama pemberian alias nama yang biasa dipakai jadi panggilan saya adalah Albadr. Akan tetapi, saya juga punya nama yang lebih depan lagi dari nama depan. Yap, itu yang 「M.」.
Nah, ini yang kadang saya bingung. Kenapa? Soalnya di paspor kata pertama di nama saya itu tidak ditulis. Kata petugas imigrasi sih singkatan nggak bisa katanya. Tapi, di akte, ijazah, dan lain sebagainya itu singkatan kan ada. Jadi galau deh.
Last Name: Nasution
Middle Name: Lutan
First name: M. Albadr
Alternatif lain sebenarnya bisa kayak di atas gitu. Cuma saya agak aneh gimana gitu, masa nama depan saya M. Albadr. Lebih asyik “Albadr” saja sepertinya. Toh, panggilan saya kan Albadr. Dilemanya, kalau ditulis Albadr saja jadinya beda dengan akte dan ijazah, tapi kalau ditulis M. Albadr malah beda dengan paspor. Duh, duh… Semoga panitanya bukan anak IF sehingga nggak telalu picky dengan penulisan deh.
Oh ya, sedikit melenceng, keempat nama saya tadi pernah dipakai orang lain untuk memanggil saya loh. Nasution pernah dipakai guru SMA, jarang-jarang ada orang yg manggil pake nama belakang gini. Lutan juga ada. Albadr mah sering. Muhammad atau ahmad juga ada yang manggil yakni Dosen Unila sana.
Kemudian, nama saya seluruhnya pernah jadi korban salah cetak. Muhamad (kurang huruf m satu). Albadar, Albader, Akbar, Albard, Al-badr, Al Badr, dan variasinya Albert. Luthan, Lautan, Sultan. Nasuton, Nasional.
「Lautan Akbar Nasional」. It has a nice ring on it…
Terakhir, pada saat mau mengurus ijazah kuliah saya bingung juga ttg nama ini. Soalnya, pada akte kelahiran tertulisnya “M.Albadr Lutan Nasution” tetapi pada data wisudawan tertulis “M Albadr Lutan Nasution” (tanpa titik setelah M). Oke deh, saya benerin aja deh. Setelah dibenerin, eh jadi “M. Albadr Lutan Nasution”. Penulisan standar saya, tapi TU-nya yang protes. Beda dengan akte nih, gimana der? Apa bedanya? Yap, spasi antara “M.” dan “Albadr”. Duh… Repot banget. Karena kayaknya spasi nggak ngaruh, ya udah saya biarin aja. Toh saya nulisnya juga biasa pake spasi.
Nanti kalau saya punya anak, namanya tiga kata saja deh dan tanpa singkatan. Biar dia nggak bingung. Bukan berarti saya tidak suka nama saya atau tidak suka dengan kata Muhammad yang disingkat jadi “M.” di nama saya loh ya. Saya bangga dengan nama saya yang penuh makna ini. Dan kayaknya agak sayang kalau tidak memberi anak nama semulia “Muhammad”. Cuma kadang-kadang, nama lumayan panjang saya ini agak tricky seperti di atas. Contoh lain juga saat mengisi lembar ujian TOEFL. Karena kolomnya pendek, cuma cukup ketulis “Nasution M. Albadr L”. Masih sisa tiga kotak. Kalau “Nasution Albadr Lutan” kayaknya sih masih cukup.
Tempat Lahir
Terakhir, saya bingung dengan tempat lahir saya.
Pada akte, tertulis saya lahir di 「Pugungraharjo Kecamatan Jabung Lampung Tengah」.
Tidak perlu mengungkit dilema aneh seperti tadi antara “Pugung Raharjo” dan “Pugungraharjo” ya. Saya juga baru sadar kalau ternyata di akte digabung tuh kata. Biasanya makenya dipisah, di KTP, dll tertulisnya gitu. Akhirnya di ijazah kuliah tertulis juga bersambung “Pugungraharjo”. Saya tidak tahu yang mana yang benar, belum liat AD-ART-nya itu daerah.
Nah, dua tahun lalu, pas bikin paspor kata petugasnya Pugungraharjo itu kayaknya desa jadi nggak bisa dijadikan tempat lahir di paspor. Ya udah deh, dia pasang Lampung Tengah aja. Akan tetapi, di identitas saya dimana-mana tertulisnya “Pugung Raharjo” boi. Beda lagi deh, tadi nama sekarang tempat lahir. Wah, gimana tuh ya. Semoga nggak menimbulkan masalah di masa depan… Kan lucu, kalau pas nikah diungkit “Ada ketidakkonsesitenan antara identitas Anda, jadi…”
Untuk menambah kerumitan, daerah Pugungraharjo sekarang tidak lagi berada di Lampung Tengah. Setelah ada pemekaran, daerah tersebut sekarang masuk di Kabupaten Lampung Timur. Oh god… Jadi saya ini lahir di Pugungraharjo, Lampung Tengah, atau Lampung Timur sebaiknya ya. Ada ide?
I am in a crisis…
mlem gan,..
wah kasusnya sama dengan saya gan
mohon kasih tipsnya gan
nama saya M. Syarif Hidayatulloh (di akte sama ijazah sama)
nah di eKTP itu kurang titik (.)
nah saya kan mau buat paspor apakah nantinya akan dipermasalahkan??
Ping-balik: Medical Check Up Is Damn Expensive / Cek Kesehatan Itu Mahal Sumpeeh..! Anyir!! | Blog Kemaren Siang
haha ada2 aja bed..
alhamdulillah kalo sy yg bermasalah cuma alamat rumah, dr lahir sampe sekarang udah skitar 9 kali pindah rumah soalnya 🙂
mungkin perlu pengintegrasian data untuk kartu identitas
jadi kayak one for all gitu
tadinya, saya kira pas mau ada e-KTP bakal seperti keinginan saya di atas
eh, ternyata jauh dari harapan
pas nikah bed? pas nikah?
that’s just a speech figurative…