Bandung
Comments 2

Strange Adv. “Cililin//Ciwidey”, Part.1 – Journey

Sabtu. 03 Oktober 2009. Hari ini adalah hari petualangan. Mungkin hari ini aku mencapai titik terjauh yang pernah kucapai dengan motor dalam satu perjalanan. Petualangan yang penuh ilmu dan pengalaman. Dan petualangan aneh ini cukup menusuk hati untuk disimpan saja.

Pagi, sekitar pukul tujuh ku bangun dari tidur. Kepalaku pusing dan aku tahu sebabnya adalah tidur bada subuh. Padahal ku bangun dengan segar subuh 04.37 tadi meskipun telat subuhan di masjid. Aku menyadari hal inilah –tidur bada subuh– yang menyebabkanku pusing selama ini kemarin pagi, saat ku bangun pukul Sembilan akibat tidak adanya kuliah pagi di hari Jumat.

Bangun tidur aku sadar kalo punya janji dengan seorang anak Mata, sebut saja Bambang Tressando. Dia memintaku menemaninya untuk ke Cililin dalam rangka menjemput motor pribadinya. Motor ini dibelikan pamannya –mungkin sebagai hadiah lebaran– supaya dia gampang ke kampus, mengingat kosannya di Sangkuringa, jauh! Ku bangun dengan malas dan pusing sampai akhirnya dapat meyakinkan diri untuk bangkit dan mandi. Tujuh kurang seperempat ku berangkat ke Sangkuriang guna bertemu sang klien.

Berangkat ke arah selatan, patokan pertama adalah ST.HALL. Kami melewati tepi stasiun itu dua kali, dengan jalur awal yang berbeda, dengan kata lain kami nyasar (padahal baru 10 menit berangkat). Setelah mengikuti angkot Cimahi-ST.HALL, kami menyadari bahwa angkot yang kami ikuti pertama ternyata palsu atau hendak pulang. Perjalanan Bandung-Cimahi cukup lancar dengan jalan dua jalur yang kedua-duanya berarah sama. Mungkin dulunya benar-benar dua jalur dan kini berubah peraturan. Jalan menunju Cimahi di Jalan Cimindi juga sangat lebar dan padat kendaraan.  Sedikit kebingungan dengan graf jalannya serta mengandalkan ingatan Bambang yang pernah ke rumah pamannya naik angkot, kami akhirnya melewati bagian bawah jalan layang yang MESTINYA dapat memudahkan kami melewati jalan kereta api. Dasar Bambang sok tahu, rupanya jalan bawah tadi untuk angkot lewat karena angkot tak boleh lewat highway.

Ada yang unik saat kami berhenti menghormati kereta yang lewat. Palang penghalang jalan diturunkan dan semua kendaraan (selain kereta tentu) berhenti. Morfologi jalan disana adalah jalan lebar satu jalur (semi dua jalur dengan dua arah yang dibatasi tembok pembatas tipis ditengah). Uniknya, saat palang ditutup pengantri dari kedua sisi baik sisi kanan rel maupun sisi kiri rel memenuhi seluruh lebar jalan raya yang cukup untuk dua jalur itu. Hal ini tentu menyebabkan crash saat sang kereta telah lewat.  Terpana (sampai lupa moto), kami hanya bisa berkata: Welcome to Indonesia.

indonesia

2 Comments

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.