Satu hal yang saya temukan unik di Jepang adalah penggunaan tronton sebagai baligo berjalan. Seperti di foto di atas, si tronton ini dicat penuh dengan iklan. Kemudian si tronton kerjaannya hanya muter-muter wilayah pusat kota dengan lambat. Berjalan dengan sangat lambat. Kalau bisa kena lampu merah di setiap persimpangan, dia akan melakukannya.
Pertama kali saya melihat truk semacam ini, di Tokyo, iklan yang ditayangkan di truk adalah iklan sebuah grup band lokal atau grup idol. Foto membernya terpampang raksasa di bak putih tronton. Yang lebih unik bukanlah gambanya. Melainkan si truk juga menyetel lagu keras-keras. Lagu si band tersebut. Namanya juga iklan bukan? Jadi ya, yg diiklankan apa lagi kalau bukan lagu si grup band.
Nggak mesti grup band, produk lain juga bisa diiklankan di tronton ini rupanya. Dan tentu saja, pakai suara-suara juga dong.
Saya belum pernah melihat fenomena seperti ini di Indonesia. Mungkin saya kurang gaul aja kali. Setidaknya di Bandung saya belum pernah lihat. Ada nggak ya di Indonesia?
Jika nggak ada, wah mungkin ini peluang bisnis tuh! Kalau di Bandung, diputer-puterin aja di wilayah Dago ke BIP dan BEC gitu aja. Yang saya pernah liat sih di becak atau angkot gitu-gitu. Kan luas penampangnya kecil tapi, kurang seru. Kalau tronton kan, mantab!
Namun, saya agak skeptis kalau hal ini bisa diterapkan di Indonesia. Satu hal ini bisa diterapkan di Jepang adalah ekstensifnya transportasi umum, terutama kereta subway. Lho, apa hubungannya kereta sama tronton? Karena banyaknya stasiun penguhubung tiap titik ramai kota menciptakan budaya jalan kaki. Pertokoan terkumpul di satu daerah yang ujung ke ujung terjangkau mudah dengan kaki. Dengan demikian, jalan yang ramai pejalan kaki ini bisa jadi sasaran empuk si baligo tronton.
Di Jepang banyak tempat yang seperti ini: pusat perbelanjaan super ramai dari ujung jalan ke ujung jalan lain. Di Indonesia, saya kurang paham. Kalaupun ada, biasanya toko-toko kecil (alias pasar) atau pedagang kaki lima. Dipinggir jalan raya pasti dipenuhi oleh tempat parkir. Trotoar pun sempit. Gimana orang mau jalan kaki,,,
Btw, di Jepang baligo statik sepertinya nggak seramai di Indonesia. Biasanya mereka nemplok di gedung atau area parkir gitu, bukan dipinggir jalan random kayak di Indonesia. Bandingkan aja googling billboard in Japan sama billboard in Indonesia. Atau perasaan saya aja ya?
Saya juga agak penasaran, regulasi ttg periklanan di kendaraan ini bagaimana ya? Ada batasan atau pajak pajak tertentu nggak. Kalau baligo yang di perempatan atau tempat-tempat tetap begitu kan harusnya diregulasi ketat oleh pemerintah kota. Terkait erat dengan tata kota tuh.
Kalau di kendaraan, apalagi si kendaraan itu milik pribadi bijimana tuh? Kan nggak ada beda dengan truk pertamina mengecet badan truk dengan iklan perminyakan, atau truk Coca Cola berisi iklan orang minum Coca Cola.
Oh ya, foto-foto di atas adalah baligo tronton yang ada di Nagoya. Kebanyakan foto malam karena nemunya pas pulang kantor. Saya juga nggak ngerti yang diiklankan apa… Di Tokyo saya sering lihatnya grup band/idol. Mungkin karena liatnya di Akiba kali ya. Di Nagoya, pernah juga satu dua liat iklan band di tronton beginian. Sayangnya mau difoto kabur duluan truknya.
Ping-balik: Master Plan Pemekaran Blog | Blog Kemaren Siang