Sosial Politik
Comment 1

Internet, Presiden, Anak Presiden, dan … Babi Enak?

Tahun lalu saya sempat membayangkan bagaimana pemilu kita di masa depan. Di 2030 kelak. Dimana era remaja yang sejak akil baligh mengenal internet mulai menginjak umur 40an dan menjadi pucuk pimpinan negara. Termasuk mungkin presiden. Lihat saja pemilu kemarin (efeknya pun hingga sekarang). Bayangkan pemilu itu terjadi lagi dengan tambahan si capres suka ngeblog/ngetweet/update status dari remaja.

Sebenarnya banyak di forum sana yang membahas skenario masa depan ini. Ada yang skeptis. Ada yang bilang aman-aman saja. Situs xkcd, kebetulan memberi tahun yg beda tipis dengan awang-awang saya, 2032. Sepertinya komik di bawah termasuk yang memberi argumen ‘aman’. Alasannya ya salah satunya karena sebagian besar pemilih saat itu juga adalah juga generasi internet. Artinya ya sudah toleran dengan gituan. Sama-sama tahu lah dengan tipe tulisan konyol di media sosial. Sama-sama sadar kalau itu gak guna dan well… boring.

Penjelasan lebih lanjut

Tak disangka dalam satu tahun semenjak xkcd (dan saya) mengawang-awang masa depan, di Indonesia mulai keliatan gejalanya. Saya sebenarnya kurang update dan baru tahu belakangan. Tapi yak betul, saya sedang mengungkit ttg blow up media tentang si anak presiden kita sekarang. Kebetulan si anak (masih remaja dan) punya blog.

To start with. Well, guys. It’s just a blog.

Saya gak habis pikir dengan media sekarang (ngomongin media mainstream dulu). Nggak ada topik lain apa ya sampe harus menerbitkan liputan atas blog yang ditulis orang. Well, jelas dia anak presiden. Dan jarang-jarang kita punya anak presiden yang kebetulan ngeblog (belum ada kan ya? Anak Soeharto pas zaman orde baru gak ngeblog kan? CMIIW). Pas banget untuk mencari sensasi yak… Tapi ya mbok yao…

Mana media sekarang kerjaannya malas lagi. Banyak berita hanya turunan dari berita berbahasa asing lain, mungkin editornya pada subscribe ke pranala berita luar negeri dan tiap subuh wajib baca kali ya. Dan lebih lucunya, mereka gak pernah merefer ke berita asli. Termasuk yang membahas ttg anak presiden dan babi ini, ga ada link ke artikel misterkacang yang asli sama sekali. Tapi ini bahasan untuk lain kali.

Saya lebih gak habis pikir lagi dengan media yang mempelintir berita (ngomongin media non-mainstream sekarang). Isi blognya ditulis hanya sebagai catatan harian (ehm blog ehm). Kayak ngomong sendiri gitu kan blog. Cerita ttg kejadian yang dialami sendiri. Gak penting… Eh bisa-bisanya satu dua kalimat di artikel dijadikan berita dan dibumbui lah dengan muatan macam-macam. Si dia suka babi lah. Menghina makanan kesukaan nabi lah.

(Sekarang tentang si konten)

1. Makan babi enak.

So what? Jadi menurut Anda makan babi nggak enak? Ya silakan buat paper sendiri dengan argumen kenapa si babi nggak enak.

Disini (di Jepang atau minimal regional Chubu, Toyohashi) sebuah candaan umum bagi kami ttg babi ini. Misal, habis makan di restoran atau kue beli di jalan. Biasanya celetukannya adalah:

Emm, kok enak ya… Ada babinya jangan-jangan…

Pertanyaannya, kenapa bisa timbul candaan umum seperti ini? Karena kami sadar, betapa sukanya warga lokal sini sama yg namanya butaniku ini. Kalau nggak enak pasti ya nggak banyak yang beli. Sepertinya yang menulis tulisan memojokkan orang hanya dengan statemen “babi enak”, tidak pernah jalan-jalan ke luar negeri deh.

Jelas sekali si misterkacang melawak di blognya ttg keenakan babi ini. Dan sebagian media (dengan ga pentingnya) juga menerbitkan berita ini dg nada fun. Tapi ada juga yang memandang sinis. Editornya ga pernah blogwalking tuh sepertinya.

Babi itu (kemungkinan) enak. Cuma ya nggak boleh. Harom. Sama kayak hal-hal lain yang juga enak tapi dilarang. Baca lagi deh lagu Rhoma Irama feat Nur Halimah.

Dan menyatakan sesuatu enak dan pengen lagi itu belum tentu dia suka. Juga belum tentu kalau dia akan makan lagi. Jadi nggak penting membahas ginian. Dan saya bahas lah… Yah, ini kan blog, tempat gak penting terjadi. Blog is one thing. Kalau outlet berita?

2. Menghina makanan kesukaan nabi

Nah yang kedua ini lanjutan cerita si anak presiden. Untuk kemudahan, saya kutipkan verbatim dari artikel yang beliau tulis di bawah ini:

Karena ngerasa dosa, gue langsung cari masjid yang paling deket. Ini maksudnya gue mau tobat gara-gara makan daging babi tadi. Waktu gue sholat, gue gak bisa khusuk gara-gara gue keinget sama enaknya daging babi tadi. Gue ngerasa sekarang dosa gue jadi berlipat ganda gini. Supaya gak inget sama daging babi itu, gue cari makanan lagi biar gue lupa ama itu daging. Setelah muter sana sini, gue akhirnya nemuin daging kambing. Dari luarnya sih keliatan enak banget tapi tau deh rasanya. Setelah gue coba, ternyata rasanya tu gak enak banget, kaya makan arang yang dikasih kuah jengkol busuk. Rugi dah gue.

Jadi yang dia hina apa? Yaa, daging kambing yang dia temui. Nggak ada hubungannya sama makanan kesukaan nabi atau bukan. Memang betul, Rasulullah suka dengan daging kambing. Tapi dalam konteks yang dia tulis disini, jelas-jelas, dia expect daging kambing yang dia beli enak. Dia tahu dong daging kambing gimana. Eh, ternyata kagak enak. Itu artinya, si penjual gak pandai mengolah si daging kambing jadi bau kambingnya masih sangat terasa. Semua orang yg pernah makan kambing pasti tahu kan rasanya, lengketnya daging kambing gimana?

Kenapa bisa digeser jadi menghina makanan kesukaan nabi yak… Hmm… Sedihnya lagi, kebanyakan “media” yang menulis demikian (kalau mereka bisa disebut media), adalah media bernuansa islami dan beberapa bahkan ada string “islam” di namanya. Apa mereka nggak belajar, adab? Hukum menjelek-jelekkan saudara sesama muslim. Lebih parah lagi, fitnah… Risiko menyebarkan berita ga benar/ ga akurat?

Sebegitu desperate-nya kah mereka mencari berita untuk menjatuhkan lawan politiknya? Apa ya mereka nggak malu dengan tema dan nama pranala berita mereka. Jika ada media favorit Anda menggunakan plot device seperti ini, mungkin itu artinya sudah saatnya mencari bacaan baru.

Berita zaman sekarang aneh-aneh ya. Saya sendiri gak nyangka, skenario mengungkit blog untuk menjatuhkan lawan ini langsung ada di depan mata. Tidak perlu menunggu 2030 ternyata. Hmm…


To a greater note. Akhir-akhir ini gaya nulis saya selalu Topik Utama – (selesai) – Epilog: Memandang topik dengan pandangan lebih umum atau kembali ke pembuka nih. Setelah artikel selesai, masih ada lagi. Hehe…

 Media menurunkan berita gak penting sih bukan barang baru lagi. Mungkin karena internet, relatif tidak punya batas ruang deh ya. Mau nulis sampah sebanyak apa pun, harddisk gak akan penuh. Bisa diatur juga supaya berita yg penting dan headline tetap terjaga visibilitasnya. Dan khalayak internet selalu menuntut hal yang baru dan cepat, menarik dan sensasional, menyebabkan banyak berita gak bermutu seperti ini. Saya yakin berita kayak gini gak akan ada di koran. Well, kalau ada yg nemu, saya ga keberatan di bantah. Oh ya, media gak bermutu? Itu lain cerita kayaknya…

Kejadian anak presiden babi ini, eh, anak presiden dan babi di atas adalah karena masih banyak orang sekarang yang bukan generasi internet. Timses. Editor berita. Partisan partai. Pembaca berita. Masih banyak orang yang belum biasa dengan social media rambling. Akhirnya banyak yg masih menganggap itu serius.

Kembali ke masa depan, saya masih mengawang-awang sebenarnya. Saya sepakat dengan Randal Monroe bahwa di masa depan kayaknya sahabat-sahabat blogger dan fesbuker kita gak akan sebegitu kurang kerjaannya dengan menganggap serius tulisan puluhan tahun ke belakang. Cuma sampai 2030 tercapai, bakal ada progress perlahan kan. Saat dimana pengguna internet sejak puber dalam populasi pemilih belum mayoritas. Saat itu, perang saling menjatuhkan dengan memanfaatkan tulisan lama si calon, tweet anak si calon, status adik si calon bakal dilempar kesana kemari. It’s a kind of social bullying all over again.

Btw, calon saya siapa yak… Eh*

1 Komentar

  1. Ulasan tulisan ini bagus dan mudah di mengerti.. kadang-kadang untuk kasus kasus yang beginian perlu juga kita berdiam diri, dan cukup di amati saja tanpa perlu banyak komentar.. Justru dengan komentar selewaran diantara netizen ini yang sering bikin marut..

    Salam kenal 🙂

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.