Jadi Ceritanya...
Tinggalkan sebuah Komentar

Tanjungbalai, 4 Agustus 2013, Malam 27 Ramadhan: Festival Kembang Api

Merecon trailDear diary Blog Kemaren Siang,

Desing peluru. Bau mesiu. Dentum ledakan.
Di ujung horizon utara, tampak rinai-rinai cahaya.
Bersuar…
Kerlap kerlip menyeruak putih dari gelapnya malam.
Itulah yang akan didapati hampir semua warga Tanjungbalai
ketika ia menjejakkan kaki ke luar rumahnya pada malam 27 Ramadhan ini.

Entah siapa yang merencanakan non-event ini.
Atau memang sudah tradisi (entah siapa yang memulai).
Seolah-olah semua warga sudah tahu
dan sepakat untuk menyalakan kembang apinya bersama-sama*.
Mulai dari maghrib malam ke 27 Ramadhan.

Hasilnya lumayan seru.
Desing merecon roket siing siing dan rentetan ledakan kecil seperti peluru.
Bau asap bekas ledakan kembang api.
Dentum ledakan merecon yang agak lebih elit sedikit.
Beruntut-runtut tanpa henti.
Benarlah kata adikku ri, malam ini seolah-olah sedang berada di kawasan latihan militer**.
Tanjungbalai Latihan Militer

Menurutku, dibanding orang menyalakan merecon sendiri-sendiri, kemudian mengganggu tetangga.
Bikin ribut saja.
Kalaupun memang rela membakar-bakar uang untuk merecon,
mendingan sekalian ramai-ramai begini. Lebih seru!
Jadi event atau non-event yang disepakati bersama.
Seperti festival, sehingga semua orang menyalakan kembang api bersama-sama.
Jadinya Semarak…
Terasa semangatnya…
Apalagi kalau festivalnya diadakan oleh pemerintah sebagai daya tarik wisata
Kayak di Jepang tuh, mantep kan?

Yang sekarang ini memang belum sekeren Obon***
Atau Hanabi Matsuri*** yang ada di film-film itu sih.
Tapi lumayan lah, malam Tanjungbalai kali ini.

Tapi,
Ada drawback juga dari situasi malam Tanjungbalai ini
Shalat tarawih jadi kayak di Gaza***..
Kurang khusyu jadinya, hmm…

*) Keluarga saya bukan termasuk keluarga yg cukup punya uang untuk dihamburkan dengan membakar merecon. Adik saya saja (sudah SMA sekarang) sampe komentar “pas ayang kecil nggak pernah dibeliin merecon ma, ma..” Saya berkomentar, “Terus sekarang?”. Adik saya menjawab “Halah, kecil aja nggak dibeliin. Apalagi udah besar…”. Kami pun tertawa…
**) Saya tinggal di daerah agak sepi pinggir kota. Udah sebegitu bisingnya, gimana di kota yak… Oh ya, salah satu yg cukup menyegarkan adalah menertawakan merecon tetangga yang begitu murah sehingga suara meledaknya terdengar cupu. “Lebih besar bunyi kentut ayang”, kata adik saya.
***) Saya belum pernah lihat Obon, Hanabi Matsuri, atau Gaza

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.