Sebagai pengguna motor yang baik, saya setiap tahun selalu membayar pajak. Patut diketahui bahwa lima tahun ke belakang saya tinggal di Bandung dan motor saya masih memiliki berplat BE. Dengan demikian, pajak motor saya harus dibayar ke pemerintah Lampung, lebih tepatnya kota Metro, kota saya besar dahulu. Karena jalan ke Metro dari Bandung hanya untuk membayar pajak itu rempong, juga menimbang tidak ada juga saudara yang bisa diinapi, saya akhirnya memutuskan untuk mengirimkan berkas-berkas berharga kendaaan saya tersebut ke Metro. Kolega ibu saya yang masih akrab lah yang ditodong untuk mengurusi pajak motor saya ke samsat sana.
Kemudian timbul pertanyaan, kenapa nggak pindah Nopol saja, bukan? Dari BE ke D. Saya juga awalnya berpikiran begitu. Pada awal kepindahan keluarga saya dari Metro ke Tanjungbalai, sekitar tingkat 3 saya kuliah di ITB, saya mengurus segala berkas pemindahannya.
Pertama saya mencari tahu info di samsat Bandung. Saya Ā kaget karena ternyataĀ Sistem Administrasi ManajemenĀ Satu Atap (SAMSAT) disini bagus dan profesional. Walaupun saat mencarinya agak repotĀ (saya tinggal di Dago, tetapi malah mendatangi SAMSAT pusat jauh di by-pass sana, sempat dicegat razia polisi in the process dan karena STNK sudah lewat deadline beberapa hari, saya pun tertilang.), realisasi yg ditemukan disana cukup membanggakan. Disana, sistem antrian sudah rapi. Penjaga administrasi pun ramah saat saya bertanya prosedur pemindahan pajak motor. Minta bantuan gesekan nomor mesin pun antrinya rapi dan tidak lama. Katanya pemindahan pajak gratis. Minta gesek tadi juga gratis.
Saya bangga nih denganĀ lembaga yg sudah reformasi birokrasi seperti ini. Di setiap sudut kantor SAMSAT tertulis pesan yg kira-kira isinya “LAPORKAN SAAT ADA PEMUNGUTAN LIAR” dan “POLISI BERSIH, JUJUR, …”. Wah mantab.
Saya masih sangat ingat saat Pertamina masih jadi kuda laut dulu, sekitar zaman 1990-an. SPBU tidak terurus, kotor, kusam, karatan. Pegawai yang tidak rapi, tidak ramah. Malah seringkali pelanggan dicurangi oleh meterannya. Stok tidak teratur dan beragam ketidakprofesionalan lainnya. Kemudian semua berubahĀ semenjak negara api menyerang Pertamina tobat dan mengganti logonya menjadi lebih elegan dan modern. Kini semua lebih baik. Hampir semua SPBU mengkilat, bernomor, dan ada tulisan pasti pasnya. Pegawai berseragam resmi, dan memiliki etika yg baik kpd pelanggan (meski makin kesini makin longgar juga sih, banyak yg nggak senyum dan langsung aja bilang “berapa mas?”). Mantab lah.
Kantor perpajakan juga sepertinya jauh lebih baik di bandung dahulu. Telkom lumayan. Garuda, wohĀ sekarang jadi maskapai terbaik sedunia boi. Imigrasi sudah mantab. Dinas kependudukan membuat langkah dengan e-KTP-nya. Terakhir PT. KAI yang berusaha mengubah image (dan logo, beserta situsnya) serta menerapkan reformasi di segala bidang termasuk sistem layanan tiket, situs, antrian di stasiun, peraturan-peraturan, dll. Wah, saya sangat salut dengan langkah PT KAI ini. Meskipun banyak yg protes dan merasa tertindas dengan naiknya harga tiket, saya pikir ini langkah yang perlu dan penting. Untuk masa depan transportasi Indonesia. Kalau memang mahal, ya nggak usah pulang kampung tiap minggu lah, nggak usah juga memaksakan diri naik-naik di atas gerbong lagi.
Saya salut kepada lembaga modern tersebut yang sudah melakukan reformasi dengan menekankan bahwa pelayanan, untuk lembaga yang urusannya pelayanan, ialah penting. Ya iya lah ya, dimana-mana kalau di area jasa alias pelayanan ya kerjanya melayani,Ā dengan baik.
Yang masih primitif sekarang mungkin lembaga-lembaga seperti perjalanan laut (apa toh lembaganya? pelni?), departemen agama (mau nikah aja pungli-nya banyak), kepolisian (katanya kalau kasus-kasus remeh kayak penodongan, motor hilang gitu masih susah ngurusnya, no need to mention pungli saat razia), kecamatan dan sekitarnyaĀ (PNS-nya masih belum profesional, malas, tidak mau kerjanya ditambah-tambahi, misal bagi-bagi e-KTP ke penduduk. Suka main zuma sih.), kantor pos (kantor pos udah belum ya), dan mungkin SAMSAT ini.
Loh bukannya tadi (lima paragraf ke belakang) katanya sudah bagus?
Itu kan SAMSAT di Bandung. Secara Nasional sepertinya belum. Kembali ke urusan perpindahan pajak kendaraan saya. Saya kirim deh semua berkas yang diperlukan. Kalau tidak salah, STNK, BPKP, dan bantuan gesek nomor mesin dari SAMSAT. Diterima oleh Ibu Anisah disana. Diurus. Eh, ternyata pencabutan berkas dari SAMSAT Metro ada biayanya. Iya sih di Bandung masukin berkas kendaraan baru gratis. Tapi di Metronya, nyabut berkasnya bayar. Lima ratus rebu boy. Apa-apaan… Mahal banget untuk keluarga saya itu.
Akhirnya, keluarga saya pun memutuskan untuk membayar pajaknya saja. Tidak perlu pindah. Dengan demikian, mekanisme yang dilakukan tahunan untuk membayar pajak motor saya terpaksa, mengirim berkas berharga ke Metro, minta tolong Ibu Anisah, terus balikin lagi deh ke Bandung berkasnya.
Saya agak heran juga, apa nggak ada ya mekanisme untuk para pengguna kendaraan di luar daerah pajak kendaraannya. Ya, setidaknya yang nggak perlu mendatangi SAMSAT setempat dengan membawa STNK dan BPKB lah. Gimana kek? Zaman sekarang gitu, zaman canggih boi, zamannya nasional, bukan kedaerahan. Pakai web kek, unggah kopi STNK dan BPKB, terus bayar via transfer, ntar STNK yang baru dikirim via pos. Atau bisa bayar di SAMSAT manapun di seluruh Indonesia gitu. Integrated. Ya setiap daerah jujur lah, kalau ada orang yg bayar pajak bukan di daerahnya, dana pajaknya di transfer kek ke daerah asal. Masa’ sesama badan pemerintah daerah tidak bisa saling percaya. Tidak bisa saling kerja sama dan berkoordinasi.
Tahun ini adalah tahun ketiga saya menjalankan ritualĀ long distance relationshipĀ pembayaran pajak tersebut. Ritual yang pertama saja cukup membuat saya trauma.Ā Sabtu tersebut selalu kukenang. Terkenang bukan hanya karena ke razia polisi dua kali dalam seminggu dan ke razianya di tempat yang sama sekali tidak pernah saya duga ada razia loh ya. Minggu ini ritual itu saya jalankan dan saya agak ragu untuk keluar dengan telanjang, tanpa STNK nih. Siapa tahu ada konspirasi besar yang ingin menghadang saya saat saya berkendaraan tanpa STNK. Ternyata di depan McD Dago ada razia gitu. Wah!
DAN, mari kita tunggu semua badan pelayanan milik pemerintah yang lain untuk melakukan reformasi besar-besarannya.
Ping-balik: Kantor Pos Cisitu ~ Bagaimana Nasib Pos Indonesia? | Blog Kemaren Siang
Ping-balik: Medical Check Up Is Damn Expensive / Cek Kesehatan Itu Mahal Sumpeeh..! Anyir!! | Blog Kemaren Siang
Gitu ya?