North Sumatera
Comments 52

Informasi Singkat tentang Tanjungbalai, Asahan

Jika aku akan pulang kampung, entah kenapa orang selalu menyebut “kapan pulang ke Medan?”. Yah, mereka yang menyebut seperti itu sebenarnya tidak bisa disalahkan sepenuhnya. Bagaimana tidak untuk kemudahan saya juga menyebut kota Medan sebagai tujuan pulang. Jika saya menyebut Tanjungbalai, kemungkinan besar pendengar akan bingung dan percakapan bisa lebih panjang. My bad.

Sebenarnya mental seperti ini muncul akibat sentralisasi peradaban Republik Indonesia di salah satu pulau di negeri ini, sebut saja Pulau Jawa. Orang yang bertempat tinggal di pulau jawa bisa dengan percaya dirinya menyebut “Besok saya pulang ke Klaten”, “Yo, pamit ke Sukabumi dulu”, “Saya kerja di Gresik”, atau “Saya masih di Cianjur euy”. Sangat jarang yang menyebut “saya mau ke Jawa dulu” atau “saya mau ke Surabaya dulu” padahal tujuan akhirnya Probolinggo. Bahkan orang Cimahi tidak akan salah menyebut Bandung saat akan pulang kampung padahal jarak keduanya sama seperti jarak Bikini Bottom ke rumah Spongebob.

Orang-orang yang mendapat kemudahan ini kemudian seenaknya menyebut nama ibukota provinsi atau bahkan nama provinsi untuk menyebut titik manapun di provinsi itu. “Kamu di Medannya dimananya?” padahal rumahnya di Kisaran. “Eh, rumahmu di Aceh ya” atau “di Bengkulu ya”. “Kapan pulang ke Bali?”. Lebih parahnya lagi, para pendatang entah juga karena supaya pendengar mudah berbicara atau memang dirinya sendiri kurang mengenal mengenai kota-kota di provinsi asalnya melakukan hal yang sama. Di jawa, mereka berkelakukan seperti orang-orang modern tersebut: menyebut segala kota di luar jawa baik asal daerahnya maupun provinsi lain dengan nama ibukotanya. Well, I condemn them all, including I myself. But I can’t do anything about it.

Dengan demikian, demi propaganda, saya ingin memberikan beberapa informasi singkat untuk memberikan bibit nama kota di luar jawa selain nama ibukota provinsi sekaligus mengedukasi pembaca mengenal kota tempat saya tinggal sekarang. Informasi ini diperoleh dari buku Tanjungbalai Kota dalam Angka, situs pemerintah Kota Tanjungbalai, situs BPS Tanjungbalai, dan cerita penduduk dan keluarga disini.

  • Kota ini sering disebut Tanjungbalai Asahan meskipun sudah bukan bagian dari Kabupaten Asahan lagi untuk membedakan dengan kota bernama sama Tanjungbalai di Kepulauan Karimun, Riau.
  • Walaupun nama aslinya disambung: Tanjungbalai, kota ini sering dipisah menjadi Tanjung Balai atau disingkat menjadi Tg. Balai.
  • Tahun 1980an kota terpadat di Asia Tenggara kira-kira kota mana ya? Ya, Tanjungbalai. Dengan luas hanya 199ha (2 km²), waktu itu Tanjungbalai memiliki penduduk 40.000 jiwa. Dengan demikian, kepadatan populasi adalah 20.000 jiwa/km². Bandingkan dengan kepadatan DKI Jakarta sekarang yaitu 14.000 jiwa/km2. Akhirnya Kota Tanjungbalai diperluas menjadi ± 60 km² dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 20 Tahun 1987, tentang perubahan batas wilayah Kota Tanjungbalai dan Kabupaten Asahan. Tahun 2011 lalu penduduk Tanjungbalai mencapai 150.000 jiwa dengan wilayah terpadat adalah kecamatan Tanjungbalai Utara dengan kepadatan 21.000 jiwa/km².
  • Asal nama Tanjungbalai konon berasal dari kampung kecil di ujung tanjung di muara Sungai Silau aliran Sungai Asahan. Di kampung itu ada balai yang sering dilewati nelayan dan pedagang. Balai itu disebut Balai di Tanjung. Semakin lama kampung itu semakin besar dan jadilah Tanjungbalai.
  • Tanjungbalai merayakan hari jadinya yang ke-391 pada 27 Desember 2011 tahun lalu.
  • Tanjungbalai merupakan bagian dari Kerajaan Asahan yang bertahan dari tahun 1620 hingga tahun 1933. Dengan UU Darurat No. 9 tahun 1956, Lembaran Negara 1956 No.60 Kota Tanjungbalai dipisah dari Kabupaten Asahan.
  • Meskipun penduduk Tanjungbalai mayoritas bersuku batak (42,96%), bahasa batak jarang digunakan disini. Terdapat bahasa Tanjungbalai yang lebih sering dipakai. Bahasa campuran Indonesia, Tanjungbalai, dan Melayu berlogat batak pun sering didengar.
  • Jumlah penduduk bersuku Jawa mencapai 17%.
SD Negeri 132414

SD Negeri 132414 di Jalan Amir Hamzah, Tanjungbalai

  • Pemerintah mempertahankan nomor nasional dari SD Negeri di Tanjungbalai sehingga nomornya memiliki 6 digit. Nomor ini tetap dipakai di berbagai kesempatan seperti gapura, spanduk, dan ijazah, Sebagai contoh, foto diatas diambil di depan rumah kakek saya. SD Negeri 132414 yang kebetulan nama lokalnya juga SD Negeri 13 Tanjungbalai.
  • Siswi di Tanjungbalai yang beragama islam wajib memakai jilbab ketika sekolah. Jumlah penduduk yang beragama islam adalah 81.99%. Akan tetapi, menurut pengamatan saya sangat sulit menemukan gadis elok nan berjilbab cantik (baca: benar) di luar jam sekolah, misal di jalan atau di pasar (Tidak seperti di Bandung 😀).  Mungkin suhu udara yang seperti suhu pantai dan minimnya kegiatan atau organisasi keislaman yang melibatkan remaja yang menyebabkan hal ini.
  • Seluruh sekolah libur sepanjang bulan Ramadhan.
Betor

Betor Itu seperti Motor (we outsider called it Mobil) tetapi Becak

  • Transportasi utama yang digunakan adalah sepeda motor. Angkutan umum utama yang digunakan adalah becak ditempeli sepeda motor utuh disamping (bukan becak yang ditambahi mesin motor atau separuh badan sepeda motor di belakang becak, seperti di Jawa). Juga disebut betor seperti di daerah lain.
  • Seperti di kebanyakan daerah di Sumatera Utara, mobil (kendaraan beroda empat itu) disebut motor, motor (kendaraan beroda dua) disebut kereta, dan kereta (kendaraan bergerbong dan ber-rel) disebut kereta api.
  • Aturan lalu lintas disini hampir tidak digubris. Pemakai helm tidak ada. Lampu merah yang hanya ada di empat persimpangan pun (dua tahun lalu setahu saya cuma ada dua) pun jarang digubris pemakai jalan.
  • Karena makin banyaknya sepeda motor a.k.a kereta, PNS diwajibkan memakai sepeda untuk ke kantor setiap hari Jumat.
Terminal tidak laku disini

Angkot juga sepi dan jarang terlihat

  • Tanjungbalai adalah kota pelabuhan. Banyak penduduknya yang bermatapencaharian nelayan.
  • Sungai Asahan termasuk sungai yang lebar (sekitar 500m). Banyak kapal yang diparkir di sepanjang sungai ini. Pemandangan ini sangat mengesankan bagi saya.
Kapal Parkir dan Jembatan Titi di Latar

Kapal Parkir dan Jembatan Titi di Latar

  • Terdapat jembatan sepanjang hampir 1 km melintasi Sungai Asahan yang entah mengapa disebut orang lokal sebagai jembatan “Titi”.
  • Kita dapat menyeberang ke Malaysia dengan kapal ferri cepat menempuh waktu 4 jam dari pelabuhan Teluk Nibung, Tanjungbalai. Banyak sayuran dan bahan makanan hasil penduduk Tanjungbalai yang memang dijual segar di Malaysia.
  • Di Tanjungbalai terdapat pasar yang dikenal dengan nama Pasar Mayat. Sebelumnya, lokasi pasar ini memang permakaman. Pasar ini menjual pakaian dan bahan makanan. Pasar yang tergolong pasar tradisional ini (tentunya bukan mall) buka dari pagi hingga jam 11 malam.
  • Letak kota Tanjungbalai yang lumayan dekat dengat Malaysia, Singapore, dan Batam serta posisinya sebagai kota pelabuhan yang cukup dikenal membuat banyak penyelundupan masuk kesini. Narkoba. Miras. Barang bekas dan produk luar negeri. Orang Rohingya. Tentu saja mereka tidak melewati pelabuhan resmi dan pengecekan imigrasi. Yang harus mereka lakukan adalah mencari pinggir pantai terdekat yang cukup jauh dari jangkauan polisi air kemudian jalan kaki ke kota dengan tenang. Polisi disini sibuk menangani hal ini dan tidak menaruh perhatian sama sekali ke lalu lintas.
Kapal Polisi Parkir

Satuan Kapal Polisi Sedang Parkir di Dekat Pekong

  • Dipinggir jalan utama sering ditemukan penjual dadakan yang menggelar dagangannya di pinggir jalan. Mereka ini menjual barang dari kapal yang rusak di jalan (baca: di laut) atau karam. Kebetulan saat jalan-jalan menyusuri sungai ini dengan speedboat, kami berhasil menemukan satu kapal yang sedang karam.
  • Kota ini juga disebut sebagai kota kerang. Hal ini dikarenakan dulu Kota Tanjungbalai pernah menghasilkan Kerang dalam jumlah yang besar. Akan tetapi, belakangan ini produksi Kerang jauh menurun dikarenakan ekosistim yang tidak mendukung.
  • Kota ini pernah mendapatkan penghargaan Adipura pada tahun 2008 silam.
  • Terdapat pula tuga lumba-lumba di salah satu bundaran besar di kota ini. Entah siapa yang mendesain, padahal lumba-lumba tidak ada hubungannya sama sekali dengan kota ini. Memang dahulu pada zaman penjajahan Belanda, lumba-lumba dapat ditemui di Sungai Asahan di dekat kota. Akan tetapi, sekarang tidak pernah ditemui lagi. Mungkin di laut seberang Tanjungbalai masih ada tetapi itu diluar jurisdiksi kota Tanjungbalai.

Kapal Karam di Dekat Pelabuhan Teluk Nibung

Nemu saat Keliling di Sungai Asahan

  • Terdapat sebuah kebun binatang di kota ini! Wow kan… Hanya saja kebun binatang ini bukan milik pemerintah. Luasnya mungkin hanya setengah lapangan bola. Katanya sih kebun binatang ini milik pribadi dan diletakkan di halaman belakang sebuah rumah orang <redacted from original>.
  • Ralat 2015/10 untuk poin di atas: pemiliknya bukan seperti yg ditulis di atas (padahal kalau teliti kalimat di atas tidak menunjuk ke pemilik kebun dan tidak berniat rasis). Sesuai Perpres 12/2014, inpres sebelumnya tahun 1967 dicabut dan penyebutan etnis yg benar dalam dokumen resmi dikembalikan pada istilah Etnis Tionghoa. Tulisan ini dibuat tahun 2012 yg saat ditulis penulis tidak tahu kontroversi dalam pemakaian istilah sebelumnya. Meskipun blog ini bukan dokumen resmi negara, kata tersebut saya hapus. Mohon maaf jika ada yg tersinggung atas ketidakakuratan info dan pemakaian kata.
  • Catatan 2015/10: Saya yg bukan orang Tanjungbalai hanya pernah sekali ke kebun binatang ini dan mendengar lewat saja ttg kebun binatang ini. Jadi tidak tepat informasinya. Mohon maaf kalau ada yg tidak berkenan.
  • Tanah di Tanjungbalai kebanyakan tanah rawa atau disebut tanah layo yang berpasir sehingga Tanjungbalai sulit berkembang. Sulit membangun bangunan disini. Harus ditimbun dulu.
  • Disini magrib (matahari terbenam) pukul 18.30 dan subuh pukul (05.15).
  • anjungbalai umurnya 400 tahun! Sangat tua ya? Walau sudah berumur, sayangnya kota ini masih miskin (baca: belum maju) dan kurang dikenal masyarakat di luar pulau Sumatera atau bahkan luar Sumatera Utara.

Yah, untuk sementara ini segitu dulu informasi yang bisa saya berikan. Semoga artikel ini bisa memberikan gambaran mengenai kota ini. Lain kali, jika saya pulang kampung, saya akan menyebut nama kota ini sebagai tujuan saya. Insya Allah.

P.S. Saya bukan orang Tanjungbalai, meskipun rumah dan keluarga besar sekarang disana. Jadi saya tidak tahu pasti ttg kota ini. Informasi di atas adalah yg saya peroleh dari kunjungan saya kesana sebentar-sebentar. Beberapa info pasti tidak tepat. Silakan koreksi jika ada yg salah.

P.S. 2. Utamakan kepala dingin dan sopan santun. Jika ada yg salah, tunjukkan dengan jelas dan saya akan koreksi. Tidak perlu ada sumpah serapah di antara kita.

P.S. 3. Comment section penuh beberapa orang yg kurang berpengalaman dalam mengoreksi. Mohon dimaklumi dan pandang sebelah mata jika Anda kesana…

1 Komentar

  1. avatar Denny

    Wak kamu yo bujang,semuo lah cakap kamu ku tengok,gara gara “ong” kek kamunyo mangkonyo tak maju tanjung tu

  2. avatar Anak PT Timur Jaya

    Sukses Selalu Kota Kelahiranku. . . !
    Dan Semoga Makin Maju dan Berkembang Selalu Terus Menerus. . . !

    I Love Tanjung Balai City, North Sumatera, Indonesia.

    Balayar Satujuan. . .
    Batambat Satangkahan. . .

  3. avatar indrasyah putra
    indrasyah putra says

    Bangga aku bng jd putra asli tg.balai, jd rindu kmpung blog nya bagus. Ijin share bang.

  4. avatar andi fauzan
    andi fauzan says

    gmna ya kbar tmpat klhran ak ak
    rindu ak dh mau dtng.dh 4 thun ak ga ad ksna2 lgi

  5. Ping-balik: Constant Moving and Perfect Plan | Blog Kemaren Siang

  6. avatar Haji Ismail Ibrahim

    Pernah sampai ke Tanjungbalai Karimun,, Infomasi ini sangat berguna isya-Allah kesihatan mengizinkan teruja untuk sampai ke Tanjungbalai Asahan,.

  7. avatar innesh lubis
    innesh lubis says

    alhamdulillah…
    mokasi yo sudaro.
    apopun itu ,tanjung bale berpotensi.

  8. avatar Mizi

    Very good Artikel , salut ama anda yg tlh membuat artikel ini…..Buat Anda jgn pernah malu mengatakan bahwa Anda berasal dr tanjung balai or anak tanbe ….Saya jg lahir dan besar dt Tg Balai . Salam anak perantauan

  9. avatar Ali Imran Lubis
    Ali Imran Lubis says

    Artikel yg begitu menarik…
    saya asli orang tanjungbalai…
    ada satu yg ingin saya ralat…
    tentang jembatan “titi”…
    sebenarnya nama jembatan itu ialah jembatan “Tabayang” karena mnghubungkn kota Tanjungbalai dgn Kcamatan Sei Kepayang…
    Namun, org2 Tanjungbalai memiliki bhasa khas trsndiri dlm mnyebut jembatan yakni dgn sebutan “Titi”…
    Jadi, kesimpulan ny sprti ini….
    Jembatan trsebut nma ny Jembatan Tabayang… Ttapi org Tanjungblai mnyebut nya “Titi Tabayang”

  10. Ping-balik: Tanjungbalai, Libur, dan Internet | Blog Kemaren Siang

  11. Ping-balik: Tanjungbalai, Libur, dan Internet | Blog Kemaren Siang

  12. avatar Putrasahan
    Putrasahan says

    Aku merasa bangga adanya saudara yang mau dan mampu menulis riwayat Tanjungbalai ini. Terima kasih Bang.

  13. Ping-balik: Reformasi Birokrasi Pemerintah dan Pembayaran Pajak Motor Tahunanku | Blog Kemaren Siang

  14. avatar wak ulong
    wak ulong says

    mantap botul info incek ni bah. . . .

    Iola. . .
    Kanapo pala malu jadi anak tanbe (tanjung bale) ni, . ,
    konalkan la kota kito ni diluar sana yo cek.

  15. avatar benny

    tidak harus kita sesalkan dan dikasihani, justru harus semakin banyak propaganda yang seperti ini. Aku setuju dengan tulisan tentang tanjung balai ni.. sangat pertamax..

Tinggalkan Balasan ke Denny Batalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.