In Indonesia
Comments 3

Jalan-jalan ke Bekasi Timur ~ Perjalanan Pulang

Seperti layaknya makanan, bukanlah hidangan pembuka yang paling mengesankan. Akan tetapi, hidangan penutup lah yang paling ditunggu-tunggu. Siapa yang tidak menunggu-nunggu waktu pulang coba di dunia ini? Waktu pulang sekolah, pulang kerja, pulang kampung. Kami pun begitu, setelah hampir satu jam di lokasi resepsi kami pun pulang. Ya mau bagaimana lagi, resepsinya juga sudah selesai pukul 14.00 tersebut.

Dari gedung OSO Sport kami pun berjalan kaki ke jalan utama tadi (jalan yang bersisian dengan sungai tadi). Cukup jauh. Ya, kayak berjalan mengelilingi kampus UI Depok lah, suasana dan jaraknya. Maklum tidak ada angkutan umum di daerah perumahan Grand Wisata ini. Ojek juga libur. Hal ini membuat kami berfikir: Apakah orang-orang yang merancang perumahan all in one itu tidak memikirkan sarana transportasi di kompleks perumahannya? Apakah mereka memiliki ekspektasi bahwa semua penghuni kompleks punya kendaraan masing-masing? Jangan-jangan bukan anak ITB nih arsiteknya… Kemudian, keadan perumahan yang sepi ini membuat kami bertanya-tanya. Penduduknya saling bersosialisasi nggak ya? Kan rumahnya jarang-jarang… Kayaknya lebih baik buat rumah di desa yang bisa berbaur dengan tetangga dibanding di perumahan mewah begini.

Setelah sampai luar kami kaget, karena ada plang yang panahnya menuju ke arah dalam perumahan tadi dan bertuliskan “Bandung via Tol”. Loh, jangan-jangan kami salah pilih arah lagi. Untung saja, saya bertemu kakak tingkat mas Dodo yang sedikit paham tentang perbekasian dan sarana transportasi ke Bandungnya. Beliau sedang menunggu ojek untuk ke jalan raya samping sungai tadi. Akan tetapi, karena jembatan di depan padat merayap, saya pun menyarankan untuk berjalan kaki saja. Sambil mengobrol kan enak.

IMAG1449.jpgJembatan di depan melewati dua aliran. Satu aliran jalan tol, dua aliran sungai. Karena jalan kaki, kami bisa mengamati semuanya dengan puas. Toh, pakai ojek pun sepertinya waktu tempuhnya sama dengan jalan dalam kondisi macet begini. Tidak juga sih, dengan kondisi capek begini semua teman saya semangat untuk pulang, hanya saya yang sesekali tertinggal untuk memfoto hal-hal tidak jelas. Seperti gambar di samping.

Di ujung jalan jembatan kamu pun naik angkot nomor 39 ke arah pulang. Sampai saat ini, kampi belum menyangka hal itu akan terjadi.

Ah lebay. Apa sih?

Jalan yang bersisian dengan sungai ini cukup padat, walaupun sebenarnya tidak sampai ke taraf macet. Akan tetapi, entah hobi atau merasa tertantang atau memang karena supaya cepat, angkot yang kami tumpangi ini tiba-tiba berbelok saat menemukan satu jembatan kecil. Ia berpindah jalur dari jalur lancar di sisi sungai dengan pertokoan mewah ke jalur berbatu-becek ala off-road di sisi sungai dengan perkampungan kumuh. Wew, mungkin ini supir angkot ingin menyadarkan para mahasiswa yang ada di dalam angkotnya supaya tidak hanya berada di zona nyaman saja tetapi juga berkunjung ke daerah orang-orang bawah.

Sungai dari Sisi Kumuh

mungkin supir angkot ini ingin menyadarkan para mahasiswa yang ada di dalam angkotnya supaya tidak hanya berada di zona nyaman saja tetapi juga berkunjung ke daerah orang-orang bawah

Perjalanan off-road cukup panjang. Ya, sepanjang jalan tadi lah. Selayaknya jalan off-road, guncangan disini pol. Di sisi kanan jalan ada sungai dengan sisi sungai berisi sampah dan tampak di kejauhan lalu lintas di jalan raya cukup padat. Di sisi kiri jalan ada perkampungan kumuh yang saya tidak tahu itu perumahan siapa. Kami menebak sih daerah pemulung atau setidaknya orang miskin lah. Intinya, kedua sisi sungai ini kontras. Jangan-jangan yang kami hadapi ini sungai kehidupan. Sayang saya tidak bisa mengambil foto dari sisi perkampungan kumuh karena saya duduk di sisi kanan angkot.

Setelah beberapa lama, kami menemukan jembatan lagi. Beberapa kali angkot ini berusaha melewati jembatan tetapi gagal. Ada kendaraan lain yang duluan lewat daru arah berlawanan. Setiap angkot mau melewati jembatan, kami histeris. Kenapa? Bayangkan. Jembatan yang akan dilewati tadi itu lebarnya sama dengan lebar angkot. Yah, mungkin sisa setengah meter kuranglah untuk ruang gerak. Apa nggak serem?

Percobaan Menyebrang Balik PertamaGambar di atas adalah jembatan pertama yang kami coba seberangi. Masih lumayan mending lah. Gagal karena dari depan ada mobil yang juga menyerobor masuk ingin menyeberang ke arah berlawanan. Gambar di bawah adalah jembatan kedua yang kami lewati. Lebih menegangkan karena lebih sempit dan tidak memiliki pembatas di salah satu sisinya. Hanya dibatas tiang yang sepertinya akan rubuh kalau ditabrak angkot. Hii.. Ditambah lagi, si supir angkot ini tidak kira-kira. Ia menancap gas kencang-kencang di atas jembatan. Gile, memang supir ini suka tantangan. Lumayan sport jantung sebentar.

PercobaanKeduaLebihEkstrem_thumb.jpg

Akhirnya, setelah menumpangi angkot penuh kenangan ini, kami sampai juga di jalan dekat pintu tol Bekasi Timur. Berjalan kaki lewat jembatan sebentar, kami sudah menemukan si pintu tolnya. Disini, bus juga bisa dinaiki sesaat sebelum masuk tol. Saat bus belok misalnya, kami kejar saja. Sayangnya, kami tidak seberuntung saat kami berangkat. Bus yang kami kejar penuh. Pol, tidak ada kursi lagi. Bahkan sudah ada beberapa mbak-mbak yang berdiri dan akhirnya mereka duduk menempati undakan di samping supir. Kami yang tidak mendapati undakan mana-mana lagi, akhirnya duduk saja di sandaran tangan dan bahu milik kursi orang lain.

Tunggu dulu. Ini artinya saya nggak bisa tidur dong. Wah… Karena situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan saya pun keluar dari zona nyaman dan tidak tidur. Hanya bersandar di tepi pintu ke area belakang bus. Saya tidak menyangka tetapi saya kuat juga. Yah, saya kan sedang merencakan jalan-jalan ke tempat yang lebih jauh, backpacking gitu. Masa begini saja tidak sanggup.

Terntata tidak terlalu buruk kok. Justru sangat-sangat terasa keren berdiri disini.  Karena kondisi tidak nyaman, kepala saya juga menyesuaikan keadaan sehingga tidak pusing walaupun tidak tidur. Segar biasa. Karena terpaksa tidak tidur, saya bisa melihat alam di sekitar. Banyak hal yang cukup menarik untuk dilihat karena jarang dilewati. Misalnya daerah perindustrian, lengkungan jalan tol, rest area, sawah, dll. Lebih menarik lagi jika sudah dekat Bandung. Daerah pegunungan kita bisa melihat bukit-bukit dan jalan raya dan rel kereta api yang melintasi bukitnya. Wow..

Beberapa mobil lain yang lewat juga cukup menarik. Yang menarik juga, saya melihat beberapa truk besar yang tiduran di jalan. Ya, literal tiduran di jalan di ruas kilometer 50-an. Supirnya juga ikut tiduran dengan santai dan kaki ke atas di samping truk tadi. Mungkin dia sedang menunggu mobil derek. Sayang karena bus yang saya tumpangi terlalu cepat dan cukup berguncang saya jadi tidak bisa mengabadikan momen tadi.Pemberhentian dekat Padalarang

Saya juga baru tahu kalau kebanyakan bus melanggar peraturan: dilarang menurunkan penumpang di jalan tol. Bus ini misalnya, di daerah Padalarang ia berhenti untuk menurunkan penumpang di dekat jembatan tol yang melintasi jalan di bawahnya. Sebelum gerbang tol Pasir Koja, ia juga menurunkan penumpang di belakang rumah penduduk. Sepertinya, memang titik ini sering dijadikan tempat penurunan penumpang. Soalnya di pagar rumah penduduk tadi sudah ada tim yang menyiapkan tangga untuk dilewati penumpang yang turun. Hmm.. Yang saya heran, tim yang menunggu tadi itu siapa ya? Supir angkot sekitar? Lah, ada angkutan umum yang menunggu tah di jalan depan rumah sana?

Kami agak ragu apakah mau turun di terminal Leuwi Panjang atau gerbang tol Pasir Koja. Setelah galau berpindah-pindah keputusan, kami turun di titik yang lebih cepat: gerbang tol Pasir Koja. Kami pun pulang ke Dago naik angkot Dago-Caringin yang kami tumpangi saat berangkat juga. Azan maghrib sudah berkumandang. Walaupun saat turun dari bus, tidak ada terasa capai sama sekali di badan – rasanya puas seperti sudah bertualang kemana – , saat naik angkot rasa pusing disertai capai itu muncul juga. Alhamdulillah kami bisa pulang dengan selamat dan perjalanan simple tetapi melelahkan ini mungkin bisa dicatat sebagai momen yang dapat dikenang.

Selesai.

3 Comments

  1. Ping-balik: Sekedar Tips Penyajian Tulisan pada Blog | Blog Kemaren Siang

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.