Peristiwa ini terjadi sekitar tahun 2007. Saya dan keluarga sedang melakukan perjalanan dari kota Metro, Lampung ke kota Bengkulu, Bengkulu. Menjelang masuk kota Bengkulu kami melaju di sebuah jalan raya yang lurus. Waktu sudah menunjukkan pukul 22. Hari sudah gelap sehingga jalanan cukup sepi. Perjalanan Metro – Bengkulu memakan waktu sekitar 14 jam perjalanan. Seperti biasa, kami berangkat pada pagi hari sekitar pukul 7 pagi. Dengan demikian wajar saat menjelang masuk kota Bengkulu hari matahari sudah bersembunyi di dalam selimutnya.
Kami melaju dengan kecepatan sedang. Maklum hari sudah malam tidak bisa terlalu cepat meskipun kami sudah penat duduk berlama-lama di dalam mobil sewaan ini. Ingin rasanya cepat-cepat merebahkan diri di kamar panggung rumah nenek. Aku yang cepat lelah dalam perjalanan seperti biasa sedang tertidur ayap-ayap di kursi tengah mobil. Ayahku menyetir ditemani mengobrol oleh ibuku di depan agar tidak mengantuk.
Aku tidak melihat secara persis peristiwa ini. Hey, aku sedang hampir mabuk kendaraan dan kejadian ini berlangsung dengan sangat cepat.
Saat melaju dengan cukup santai, ayahku melihat motor dari depan yang berjalan tidak wajar. Lajur yang motor itu ambil terlalu kanan sehingga bisa dikatakan ia salah jalur. Kami juga hampir berada di sisi kanan lajur kiri jalan sehingga bisa dikatakan kami hampir di tengah jalan. Saat mobil kami dan motor tadi mendekat tiba-tiba, motor tadi seperti oleng dan bergerak ke arah kami. Tak pelak serempetan pun terjadi. Motor tersebut mengenai sisi kanan depan moncong mobil.
Nasib motor tidak diketahui tetapi yang jelas kami tidak mendengar atau merasakan dia terjatuh. Setelah gesekan terjadi, bukannya berhenti ayahku langsung tancap gas mempercepat jalannya mobil. Tidak, kami tidak sedang melakukan tabrak lari. Dari awal juga bukan kami yang menabrak. Kami juga bukan orang yang tidak punya belas kasihan atau
Hasil dari serempetan tersebut dapat dilihat pada gambar berikut.
Ayahku pernah mendengar bahwa terdapat perampokan yang menggunakan taktik “argg gue ketabrak, lo berhenti, gue sikat harta bawaan lo“. Dengan kata lain, motor tadi sengaja menabrakkan diri dengan harapan mobil yang ditabrak akan berhenti. Toh, jika mobil menabrak motor hampir selalu mobil yang disalahkan atau setidaknya mereka akan merasa bersalah atau penasaran dengan keadaan si motor. Ketika mobil berhenti, ia dan mungkin bersama teman-teman yang sudah bersiap tinggal menjarah mobil dan seisinya. Tidak ada jalan keluar bagi mobil.
Pada saat motor memepet, ayahku mengaku melihat pengendara motor itu membawa alat seperti tongkat atau semacamnya. Coba perhatikan kembali luka pada mobil pada gambar di atas. Di ujung paling depan luka tersebut (tepat di atas lampu sen mobil) terdapat cekungan yang cukup dalam. Cekungan tersebut kemungkinan besar terjadi akibat suatu benda keras yang sengaja dipukulkan pada mobil. Bayangkan jika yang terserempet itu adalah setang motor, apakah mungkin ia dapat menimbulkan cekungan pada badan mobil ke arah dalam. Padahal motor itu melaju dari depan bukan dari samping kanan.
Kemudian cekungan diikuti oleh goresan luka yang cukup panjang hingga mencapai spion mobil. Jika setang motor menyentuh mobil dari depan, kecil kemungkinan ia menimbulkan goresan sepanjang itu. Dengan hukum aksi-reaksi dan memperhitungkan refleks manusia, seorang pengendara motor yang mepet dengan mobil dan sempat menyentuh badan mobil itu akan langsung langsung mental akibat hukum fisika dan pengendara akan menjauhkan diri dari mobil akibat refleks. Terkecuali jika motor itu ingin mati sehingga dia sengaja mempertahankan setang motor sampai menggores begitu panjang. Kemungkinan lain ialah menyentuh bukan gagang motor melainkan benda keras yang disengaja dipukulkan kesana.
Dalam surat kabar, kami menemukan ternyata memang modus ini sering terjadi di kawasan Bengkulu. Penjahat memang selalu punya ide cerdas untuk mengelabui mangsanya. Mereka selalu selangkah lebih maju kecuali kita selalu waspada.