Hari ini, SBY a.k.a presiden kita tercinta sekarang kembali mengunjungi Bandung. Sama seperti dua post sebelumnya yang berjudul sama, acara kunjungan SBY ke Bandung kali ini juga bertempat di Sasana Budaya Ganesha, IT Bandung (atau begitu yang saya dengar). Kali ini acaranya adalah mengunjungi muktamar sebuah partai – sebut saja partai tiga. Tetapi tentu saja bukan itu yang ingin diceritakan disini. Siapa saya yang tahu (atau peduli) acara yang terjadi di dalam Sabuga atau kegiatan presiden sekali pun.
Seperti biasa, sama seperti dua kejadian lalu, kemacetan kronis terjadi pada jam-jam kedatangan beliau. Well, sangat kronis sampai-sampai jalan Dago yang dua jalur itu penuh di kedua jalurnya. Hal ini berarti tepat setelah lampu merah, kendaraan pun masih menumpuki jalan. Well, at this rate, mau apa pun kendaraan anda, motor, angkot, apalagi mobil, tak akan bisa melewati Bandung (khususnya di sekitar daerah Dago) pada minggu siang 03 Juli 2011 ini. Mungkin dengan ini saya bisa menyimpulkan, jika ada presiden akan mengunjungi daerah tertentu, jangan sekali-kali anda melewati daerah tersebut saat beliau datang.
Saya tahu, nopic = bambang, tapi pas saya lewat tadi lupa motret. Mungkin nanti sore kalau sempat saya potret. Jam empat harusnya paling padat, soalnya dia pulang, banyak orang pulang, dan dago lagi banyak pedagang (yaa, kalau tidak diliburkan seperti di dua kedatangan sebelumnya).
Kejadian ini tidak lain hanyalah potret bahwa pemerintah ada untuk dilayani bukan untuk melayani. Bagaimana bisa, seorang supreme commander dari negara datang ke sebuah kota untuk suatu acara tapi malah membuat kota itu macet total. Jika Bandung hanya sebesar Dago, tentu saja ini berarti kematian bagi kota itu bukan (tentu saja ini hanya kelebaian kata-kata saya). For the sake of one person, one city must give a sacrifice.
Saya heran, kenapa presiden kita tidak memiliki helikopter ya. Semahal itukah? TNI punya banyak (yang belum jatuh) pastinya kan. Atau emang kita semiskin itu. Dengar-dengar SBY mau beli pesawat pribadi juga. Kalau gitu kan gampang, dari jakarta ke Bandara Husein Sastra, terus naik heli deh ke Sabuga. Tidak usah repot dan lama naik mobil. Presiden gituh.
Terus mendaratnya dimana mas! Tunggu dulu. Ini kita ngomong presiden loh. Teman saya saja pernah mengalami daerahnya dilewati presiden. Bedanya, daerahnya kecipratan efek positif. Jalan yang tadinya jelek, langsung di hotmix. For the sake of this one person. Lalu kenapa bikin landasan helikopter susah.
Kalau memang begitu, harusnya presiden sering-sering mengunjungi desa ya, biar desa itu maju dan fasilitas lancar. Toh meskipun demokrasi, sistem kita masih terlihat seperti sistem ABS (asal bos senang) dulu kan.
Ya itulah kita… Jadi inget berita lama soal presiden iran yang kemana-mana naik mobil pribadi tanpa protokol. Adil kan kalau begitu. Hmm…
Ping-balik: Bedebah Berprotokoler | Blog Kemaren Siang
masalah protokol, kirain emang prosedur internasional. iran mungkin keliatannya humble, tapi apa bener dia ga ada pengawalan sama sekali?