Saat saya S1, saya memiki agan yang sangat unik. Sudah Profesor dan isinya wisdom semua mungkin. Jadi unik. Soalnya jarang profesor di Indonesia kan. Saya bangga dibimbing beliau. Ada plusnya banyak minusnya. Sangat terkenang dalam ingatan. Namun, itu bukan bahasan artikel kali ini.
Sebelum wisuda, saya ditawari untuk submit makalah di konferensi di Malaysia. Agak ribet urusan administrasi waktu itu, soalnya udah hampir lulus kan. Konferensi setelah saya lulus. Jadi agak sulit kalau mau dibilang membiayai mahasiswa konferensi. Yap, Indonesia dan birokrasinya yg ga fleksibel juga meliputi ITB.
Singkat cerita, saya akhirnya bisa menghadiri konferensi tersebut. Satu dua bulan kemudian, saya ingat hari itu saya di Saraga, lagi nonton pembukaan orientasi mahasiswa sebelum saya dan teman ngumpul makan-makan di bebek garang, tepat sebelum saya menulis artikel kontroversial “OSKM 2013: Jadi Tadi Malam Mahasiswa Baru Itu Shalat Magrib Nggak?“.
Agan nelpon. Tumben bangen. Nah, agan ingin paper tersebut disubmit ulang ke jurnal. Oh okee.. Bisa gitu ya… Nggak semudah itu ternyata. Kontennya tentu harus beda, harus lebih komprehensif dan meyakinkan. Tulis ulang seperempat, coba ganti bagian klasifier cari yang lebih bagus.
… Kerjaan baru. Udah lulus padahal. Duh, masa .
Satu dua bulan kemudian saya mendapat info lulus beasiswa ke Jepang. Dan beban itu perlahan menghilang karena sempat galau dan juga saking excited nya-mau ke Jepang.
Kemudian, saya S2. Punya profesor baru. Komunitas Indonesia di lab menyebut dengan kode “agan” dari juragan, biar kalau ngobrol sesama nggak perlu nyebut kata sensei. Kesibukan pun dimulai dan jurnal dari agan sebelumnya itu kayaknya nggak mungkin bisa diselesaikan. Udah lupa juga kali.
Setahun kuliah, saya presentasi paper di konferens Bandung. Dan ketemu deh dengan si agan lagi. Dan masih ingat rupanya janji jurnal itu. Ampun gan…
Singkat cerita, saya selesai S2. Agan saya di Jepang ini baik banget, padahal menurut isu-isu dari sempai agan termasuk yang kibishi. Mungkin karena saya masih master, bukan doktor. Atau mungkin karena topik riset saya gitu-gitu doang. Aplikasi, bukan fundamental.
Karena paper yang dipresentasi di Bandung tadi baru preliminary report, mestinya ada paper full report kan ya. Niatnya sih gitu. Sebelum lulus, submit paper lagi jalan-jalan ke konferens mana gitu. Eh ga sempat karena sistem kebut sebulan, hehe…
Dan… Agan bilang, oke. Kamu tulis jurnal aja. Jeng jeng… Okelah dicoba. Waktu itu akhir Februari atau awal Maret. Tepat setelah sidang akhir. Masih ada sekitar satu bulan kan, buat mengekstrak tesis jadi enam halaman.
Kemudian, kejadian itu terjadi. Tangan saya cidera, saat lomba lari. Satu bulan baru pulih… Terakhir ketemu agan, senyum aja. Beliau berkata ramah:
Chikai uchi ni…
“Kaga apa,” Katanya. Dalam waktu dekat, suatu saat.
Kemudian, dua bulan kemudian. Saya disini. Nggak tahu mau ngapain. Dan takut kalau ketemu agan lagi. Dua-duanya…
Ping-balik: Pengen Nulis Jurnal | Blog Kemaren Siang