(Jawaban: [update 9.30]) [spoiler alert!]
Alhamdulillah ternyata shalat jamaah walaupun 18.40
[Tutup mata dan baca dari sini jika tidak ingin terkena spoiler di atas]
Masa awal penerimaan mahasiswa baru, di ITB selalu ada acara yang bernama OSKM – Orientasi Studi Keluarga Mahasiswa. Acara ini diadakan oleh panitia terpusat Keluarga Mahasiswa ITB, yang terdiri dari ratusan orang mahasiswa bebagai tingkat, dilatih beberapa bulan, dan dikritisi masa kampus dahulu sebelum direstui untuk menyambut maba. Panitia pilihan lah. OSKM adalah acara kaderisasi dan penyambutan maba ITB yang menurut saya cukup bagus dan perlu dilakukan.
OSKM tahun 2013 ini dibuka hari kemaren, pada tanggal 20 Oktober 2013 20 Agustus 2013. Kebetulan saya renang di Kolam Renang ITB dan ternyata pembukaan di lapangan bola SARAGA sana. Pukul 5 sore habis renang, mobilisasi maba dari dalam kampus untuk prosesi pembukaan OSKM ini masih dilakukan. Maklum, mobilisasi 3000 orang pasti super lama walaupun dengan protokoler dan pengibar bendera yang seram dimana-mana.
Oke, karena habis renang capek dan penasaran juga dengan acaranya, saya ikutan menonton. Belum pernah juga nonton pembukaan OSKM dari dekat sebagai massa kampus begini. Penasaran juga sama orang-orang berseragam petani yang gerak-gerak nggak jelas di depan barisan selama mobilisasi berlangsung itu bakal ngapain entar.
Singkat cerita, pembukaan dimulai sekitar pukul 5 lewat, hampir setengah 6. Ada pertunjukan yang dari jauh tampaknya pemainnya memakai pakaian daerah macam-macam. Dan orang-orang berseragam petani tadi naik ke panggung, simbol rakyat kecil sepertinya. Anehnya, selain pacul, capil, dan orang-orangan sawah, ada juga orang-orang berseragam petani yang membawa gentong kecil. Semacam yang dibawa pekungfu jurus mabuk itu. Dan si orang itu juga goyang-goyang sempoyongan gak jelas kayak orang mabok. What the hell the committee thinking? Mereka mau menyimbolkan bahwa mabuk itu realita pedesaan yang harus kita jaga?
Singkat cerita lagi, acara setelah itu adalah pamer yell-yell dari setiap himpunan mahasiswa yang ada di ITB. Dari tadi, massa masing-masing himpunan memang berdiri mengitari barisan maba, berkumpul dengan jahim kebanggannya masing-masing. Ini merupakan inovasi yang bagus karena sepertinya dulu tidak ada. Pengenalan himpunan semenjak masih maba adalah langkah yang cukup baik.
Saya yang belum pernah menyaksikan yell-yell seluruh himpunan satu-satu begini juga tertarik untuk menonton lebih dekat. Himpunan saya, HMIF dapat urutan ketiga kalau tidak salah.
Kembali ke topik di judul, sekitar pukul 6, adzan magrib berkumandang. Namun, himpunan yang mendemokan yell-yell terbaik mereka baru 60%. Himpunan yang berdiri di sebelah barat semuanya belum. Namun, the show must go on. Dan mereka pun go on (hanya hening sejenak menghormati adzan).

Barisan Maba (Dipotret dari bagian depan barisan) Dikelilingi Massa Himpunan dan Dijaga Panitia Keamanan
Wah, wah… Saya yang rakyat biasa ini penasaran dong, acara selanjutnya apa dan bagaimana teknis shalat untuk kerumunan 4000an orang di lapangan tersebut. Karena pada waktu itu saya tidak melihat adanya Tim Pembantu Pelaksanaan Shalat dari GAMAIS yang biasanya bersiap dalam setiap acara OSKM. Batas shaf yang biasanya sudah siap sedari siang juga tak tampak (lihat gambar). Botol wudhu? Nggak liat.
Untuk yell-yell dari sekitar 10 himpunan yang tersisa, minimal 20 menit terbuang lah. Durasi waktu magrib biasanya maksimal hanya satu jam saja. Waktu yang tersisa hanya 40 menit. Dan saya tahu bahwa mobilisasi 3000 orang dalam waktu setengah jam adalah angan-angan.
Kembalilah ke pertanyaan pada judul? Jadi Tadi Malam Mahasiswa Baru Itu Shalat Magrib Nggak?
Spoiler: Alhamdulillah ternyata jadi shalat magrib berjamaah kok walaupun agak di akhir dan perlu lobying panitia.
Atau dibiarkan bubar secara sporadis dan dibebaskan shalat dimana pun, sesempatnya. Kalau memang begitu, dan bubarnya sempat sebelum shalat isya, lumayan juga. Cuma ya, bayangkan 2000an muslim dari satu titik menyebar mencari tempat shalat. Sericuh apa? Apakah sempat sisa waktu yang diberikan panitia tersebut untuk bernapas eh shalat magrib.
Atau memang ternyata dibubarkan seselesainya acara tanpa memikirkan shalat magrib? Toh bisa dijama’ atau diqada gitu kali ya mikirnya. Setahu saya sih memang shalat jama’ juga boleh walaupun tidak sedang dalam perjalanan. Karena alasan cuaca (hujan, salju, dingin) juga boleh. Kata buku Fiqih Empat Mahzab, shalat jama juga boleh dilakukan dalam kondisi sakit yang menyusahkan (misalnya kencing terus menerus) atau udzur seperti khawatir maksiat, mengancam keselamatan jiwa, harta, atau keturunan, atau karena wanita menyusui yang berat baginya untuk selalu mencuci pakaian.
Tapi ikut acara OSKM ini masuk udzur syari yang mana ya… Hmm.
Jadi apa yang terjadi tadi malam? Skenario yang mana? Ada yang tahu kah?
Update [09.15]: Ternyata ada pengondisian shalat di lapangan, dibantu oleh GAMAIS. Tapi memang agak telat sih shalatnya pukul 18.40 setelah lobying dengan panitia (sbg info: isya pukul 19.03). Hal ini berdasarkan pernyataan dari Dayu Wiyati Purnaningtyas, anak gamais juga. Karena agak telat makanya saya juga nggak liat (persiapannya disumputin dimana ya). Fix aman berarti. Alhamdulillah…
Update [13:50]: Informasi dari Bahary Setiawan. Rundown panitia selesai acara pukul 6.15 dan rencana shalat magrib akan dilaksanakan di (bekas) GSG ITB dan (bekas) lapangan parkir utara ITB. Setelah GAMAIS melihat mobilisasi memakan waktu lama 40 menit (dari dua tempat tersebut ke saraga), GAMAS berpendapat kalau shalat sesuai rencana tidak akan terburu waktu. Dengan skenario itu jam 6.55 baru sampai lokasi (dgn asumsi mobilisasi memerlukan waktu yang sama 40 menit) belum pengondisian wudhu dll, tidak akan sempat untuk magrib. Oleh karena itu, GAMAIS melobi panitia OSKM agar shalat magrib dilaksanakan di saraga.
Catatan kaki:
- Yang saya tahu adalah saya pulang dari Bebek Garang sekitar pukul setengah 8 lewat. Waktu itu, prosesi pemulangan maba sedang dilakukan.
- Jika situasi yang terburuk terjadi, saya harap saya tidak dipanggil menjadi saksi di akhirat kelak untuk urusan ini hanya karena kebetulan saya ada disana waktu itu. Berat euy, kalau dituntut ribuan orang untuk hak shalatnya. Astagfirullah…
- Tulisan yang benar menurut KBBI “magrib” ya, bukan “maghrib”.
Update siang [13:00]:
Catatan dari Penulis
Panjang. Jangan dibaca!
Saya mohon maaf karena judulnya yang terlalu panjang dan tidak sesuai tata tulis artikel yang baik. Tapi itu perlu ditambahi (yang bagian jawab) karena ada desakan dari beberapa pihak yang mengangap tulisan ini agak tendensius (mananya ya?). Juga perlu karena tujuan saya menulis artikel ini sudah tercapai.
Perlu diketahui bahwa saya menulis murni karena penasaran setelah saya pulang apa yang terjadi. Apakah benar ada pengondisian shalat atau panitia sebegitu angkuhnya untuk menabrak jam magrib. Atau ada teknis lain misalnya skenario shalat terserah tadi. Karena saya tidak tahu saya bertanya, untuk memastikan.
Kenapa tidak langsung bertanya ke panitia? Saya ini angkatan 2008, kesana juga cuma gak sengaja lewat. Panitia sekarang angkatan berapa? Mana kenal saya. Saya tidak punya akses apapun. Kalau saya menggosip dengan nada negatif ke teman-teman “eh kemaren itu shalat nggak ya, kok saya nggak liat persiapan shalat dari panitia”, justru saya salah. Berita menyebar dan panitia menjadi buruk citranya.
Tapi saya tahu disana kemaren ada ribuan mahasiswa, sebagian pasti terhubung ke internet. Ini era informasi, ya sudah buat artikel aja. Bikin status? Mensyen di Twitter (saya bukan pengguna Twitter aktif dan tidak tahu akun OSKM sebelum ada yg memberi tahu). Meh, Saya ini blogger. Ngeblog dong kerjaan saya. Blog saya juga, terserah saya kan. Ya udah, artikel ini saya buat dengan judul langsung bertanya, dan otomatis masuk ke akun FB dan Twitter saya. Kali ada teman saya sesama 2008 atau 2009 yang kemaren sempat lewat dan menonton sampai habis. Kan dia bisa memberi tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Lalu artikel ini menyebar lebih luas lagi (as intended, sampai dibaca oleh saksi mata kejadian). Dan muncullah istilah-istilah ngeri seperti “membuat isu”, “tabayun”, dan “pembunuhan karakter”. Entah apa maksudnya?
Membuat isu: Saya ini bukan siapa-siapa, cuma alumni dan blogger saja. Siapa saya membuat isu. Kalau saya kader golongan tertentu, pejabat kampus, atau pengamat perpolitikan kampus mungkin. Tapi kan saya bukan. Kalau ternyata pertanyaan saya atas kejadian tadi malam naik pangkat jadi sebuah isu ya sudah. Biarkan saja walau bukan niat awal saya. Bagus kan, isu shalat pada saat OSKM ini jadi tersorot. Saya juga pernah jadi panitia pengondisian shalat. Pengalaman memang sulit koordinasi dnegan panitia OSKM. Kalau ini jadi isu, dan OSKM masih ada seminggu tentu koordinasi yang sulit itu bisa jadi mudah. Walau sekali lagi itu tidak ada di niat awal saya.
Tabayun: Entah apa yang harus ditabayunkan. Tabayun artinya mencari kebenaran suatu berita. Cek dan ricek. Lah ini beritanya saja belum ada. Saya masih bertanya sebenarnya kemaren itu apa yang terjadi. Ada yang komen “Ada engondisian shalat maghrib kemarin dibantu teman2 GAMAIS, shalat maghrib alhamdulillah dilaksanakan pukul 18.40. Alhamdulillah setelah lobying ke panitia OSKMnya”. Ya sudah, tujuan artikel tercapai. Saya update artikelnya.
Kalau memang beritanya tentang OSKM ya ini cara saya tabayun, karena saya tidak punya akses kemana pun.
Pembunuhan Karakter: Yang ini paling aneh lagi. Lebay lah. Siapa yang terbunuh? Karakter yang seperti apa? Karena penyataan saya yang mana? Karena judul tidak sesuai isi? Wong judulnya itu yang jadi inti permasalahan. Awal-awal mah cuma pengenalan OSKM itu apa dan apa yang saya dapat dari lewat disana. Tapi tujuan utama artikel ya judul itu… Apa salahnya pertanyaan seperti itu? Toh sekarang udah dijawab dan saya taruh terang di judul.
Kemudian di Twitter ada yang marah-marah karena hal tersebut dan minta hapus blog saya (bukan tulisan saya, mungkin maksudnya artikel ini tapi twitter kan cupu gimana gitu, pendek, makanya saya nggak suka) dan juga marah karena angka 18.40. Apa pula ini, kalau kata orang Medan. Wong saya menyajikan apa adanya dari info yang didapat.
Kalau ada yang tersinggung ya bagus, berarti harus lebih ditingkatkan kinerja siapa pun itu yang tersinggung. Masih ada kesempatan kok, OSKM masih seminggu ini. Salah satu yang berkomentar di FB saya curhat kalau tahun kemaren sempat miss satu kali shalat saat OSKM. Nah, berarti masalah shalat ini isu yang penting juga kan. Walaupun bukan niat saya juga mengangkatnya.
Terakhir saya meminta maaf jika ada pihak-pihak yang tidak suka kalau masalah shalat terangkat menjadi isu ini. Moohonn maaf…! Kalau ada yang tersinggung juga mohon maaf. Tapi tunjukkan karena apanya dong… Judul lagi? Apanya yg salah dari judul itu?
Sisi baiknya adalah banyak orang yang peduli dan aware dengan masalah shalat ini. Dan kalau ada maba yang tahu hal ini, mereka jadi tahu kalau mereka punya hak untuk menuntut adanya waktu shalat. Bonus yang lumayan kan?
Perlu dicatat bahwa penulis juga pernah jadi panitia pengondisian shalat. Jadi sedikit banyak pernah merasakan beratnya di lapangan. Dan susahnya koordinasi dengan panitia pusat. Tahulah saya betapa berat pekerjaan Anda. Jadi untuk panitia pengondisian shalat dari gamais yang merasa tersentil (yg saya bingung kok bisa kalian tersinggung, tanya kenapa) dengan tulisan ini tolong berbesar hati saja. Lapang dada. Terimalah ini sebagai kritik dan pembelajaran. Walaupun saya tidak berusaha untuk menyinggung siapapun loh. Justru saya bangga setelah tahu bahwa panitia pengondisian shalat berinisiatif melobi panitia pusat untuk shalat magrib di saraga, dan mengondisikan tanpa persiapan. Waw, pasti sangat berat itu. Good job.
Ping-balik: Takut Ketemu Agan Lagi | Blog Kemaren Siang
wah baru lihat tulisannya, sebenarnya saya kemarin juga penasaran sih mabanya jadi sholat atau kagak, tpi setelah nanya ke temen panitia akhirnya tahu kalau mereka sholat.
semoga bisa jadi eval buat panitia oskm kedepannya 😀
Artikel yang mantap! Terimakasih atas informasinya.
Menarik Albadr, semoga Allah membalas kebaikan dirimu karena telah membuka mata banyak orang atas kesalahan ini, dan kemudian ada perbaikan di masa depannya 🙂
Ping-balik: Syarah “OSKM 2013: Jadi Tadi Malam Mahasiswa Baru Itu Shalat Magrib Nggak?” | Blog Kemaren Siang
bagian pembunuhan karaketernya lucu bet. Kalau ada orang yang menyuruh kamu hapus blog ini, berarti kamu yang dibunuh karakternya 😀
hmm, kl menurut saya kl orang itu terbunuh karakternya, berarti dia pamrih dalam kegiatan mengondisikan shalat. merasa berjasa dalam mengondisikan shalat ,lalu seakan ‘tidak dianggap’.
mungkin judulnya sekalian tambahin, ‘tabayyun’ dsj kak Albed, kl masih panas sih..hehe
ternyata pengondisian shalat ini masih terus ‘panas’ tiap tahun ya..haha
saya juga merasa begitu, si panitia mungkin merasa “dipertanyakan” hasil kerjanya
tapi tetap saja terlalu berlebihan menanggapinya, “pembunuhan karakter” lah, “mengutuk kegelapan” lah, “tabayyun” lah *geleng-geleng*
masalah utamanya sih kayaknya masih sama ya? alokasi waktu shalat (khususnya shalat yang sempit waktunya) masih tidak bijak
sudah 10 tahun lebih, urusan jadwal sholat ini selalu berulang ketika urusan orang jalan ke masjid dan kembali ke lokasi acara pun diatur alokasi waktu dan tata-caranya oleh orang lain.
Niatnya sih supaya rapi pak, karena yang diurus 3000an orang. Cuma kadang alokasi waktunya kurang dan manajemennya tidak baik. Jadi tertabrak jadwal sholatnya.
Bahayanya kalau memang panitianya yg krg peduli dg jadwal shalat. Semoga tidak.
panitia lapangan dan peserta adalah korban pembuat jadwal/rundown acara. jadwal sholat sudah fixed. jadi ini bukan persoalan manajemennya tapi alokasi waktunya karena urusan manajemen sudah dilatih sejak bulan2 sebelumnya (best case). dan sepertinya tidak pernah ada simulasi mobilisasi yang melibatkan massa (non-panitia) sehingga estimasi waktu (lama proses dan deviasinya) selalu meleset.
iya juga ya pak korban pembuat jadwal…
dan trainingnya best case… kurang cocok kalau untuk training AI mah. 😀
haha, semalam (bada magrib) awak lihat ini artikel masih sepi, sekarang mah udah rame, sampe dituding pembunuhan karakter lah.
awak juga bingung bagian mananya.
btw, untungnya sudah terjawab :)) (dengan segala macam pertanyaan lain yang muncul)
saya masih bingung dan, pembunuhan karakter nya yang bagian mana…
artikelnya menarik, hihi. ada baiknya anda konfirmasi dulu kepada panitia bro jika inti dari tulisan anda ini justru berupa pertanyaan. sekian. 🙂
Betul, tapi saya tidak tahu sama sekali panitia siapa. Makanya saya buat pertanyaan dalam bentuk artikel terbuka seperti ini saja.
Lagipula kemaren kan banyak orang disana. Saya cuma ingin tahu skenario mana yg terjadi. Kemudian mungkin bertobat jika ternyata skenario buruk yang terjadi.
Kali aja di antara ribuan orang itu ada yg baca dan memberi tahu saya via komen, bagaimana teknis shalat magrib tadi malam.
ya semoga caranya tidak memancing prasangka buruk kepada panitia. 🙂
Saya tanya salah seorang panitia, shalat maghribnya seperti tahun kemarin. di lapangan saraga. begitulah bro. lebih jelasnya sila tanya panitia, agar tujuan daripada tulisan ini lebih tepat sasaran. 🙂
Sip, sudah diupdate artikelnya. Sudah ada orang yg tahu (dan kebetulan panitia) yg komen.
Saya nulis ini kan karena saya tidak tahu sama sekali siapa panitianya. Saya alumni… Begini kan enak, cepat terjawab dan orang jd aware.
Kalimat saya tidak memancing prasangka apapun kok. Yang mana coba…
kayaknya gak ada yang bilang kalimat anda memancing prasangka deh. hihi
lalu maksud kalimatmu “ya semoga caranya tidak memancing prasangka buruk kepada panitia. :)”
jangan bilang itu harapan? karena nadanya seperti sebuah sindiran dan respon dari komen saya yg sblmnya lagi,
dan tidak ada yg bisa diharapkan lagi terhadap “caranya” karena tulisan saya sudah tertuang
Karena judulnya tergolong bagus untuk sebuah tulisan.
Wah, anda hebat bisa membaca intonasi melalui tulisan.. satu hal yg tidak mudah bagi kebanyakan orang. Hehe.
Salam kenal 🙂
Nah gitu kan jelas. Judulnya yang dianggap memancing prasangka buruk. Kenapa nggak bilang dari tadi. Susah amat jujur…
Kalau gini saya bisa jawab kan. Saya buat artikel ini buat bertanya. Biar jelas ya taruhlah tujuan utama artikel di judul kan? Langsung. Dan sekarang sudah diupdate dengan jawabannya,
Kalau ada yg melihatnya beda dan malah berprasangka buruk dg panitia (tanpa membaca artikel pula), itu diluar urusan editor dong.
Btw, thank pujiannya. Saya pikir semua tulisan ada intonasinya, selama yg nulis orang normal (bukan 4L4y)… Terbaca lah nada tulisan kalau sering komunikasi via teks…
hayo loh bed, itu kalo gak solat gimana?
emang ga ada pelayanan solat gitu?
Entahlah, yang jelas waktu itu nggak liat ada persiapan shaf, wudhu, atau perangkat adzan. Entah ada panitia pelayanan sholat yang disummon nggak.
Bisa sih kemaren panitia ngehandel sendiri kalau mau shalat di tempat. Cukup tayamum pake tanah di bawah, terus shalat di lapangan. Satu jamaah 3000an atau sporadis sendiri-sendiri. Paling makan 10 menit doang. Cuma agak gak elegan keknya. Dimana ITB-nya. Yang cewek juga kasihan.
sesulit itu kah solat bed? tapi karena saya gatau kondisi lapangan, berdoa saja supaya ga ada yg berbahaya. hayo loh bed jadi saksi.
Ya nggak sulit, kalau mau inisiatif masing-masing peserta oskm aja. Tinggal ambil tanah di bawah, geser-geser dikit dari barisan, shalat deh. Cuekin panitia dan massa himpunan. Toh ntar mereka kesindir kan.
Tapi maba kan nggak seberani kita ke panitiaa.
padahal dulu saya paling demen ngajak debat panitia, seru bed. ada ngobrolnya gitu. masa bisa langsung tayamum? kan air masih terjangkau.
Yya juga sih. Berarti peserta inisiatif, langsung keluar lapangan, ke mushola sabuga aja kalau begitu. Dengan harapan yang ngikut nggak lebih dari 20an orang. Nggak muat ntar.
Tapi hanya seumprit maba yang sekeren dikau war.