Sangat kita – umat islam – ketahui bahwa Rasulullah Muhammad adalah seorang yang ummi atau buta huruf. Beliau tidak mengerti apapun tentang tulisan, baik baca maupun tulis. Itulah yang diajarkan kepada kita sejak kecil. Benarkah?
Tentu saja sebagai umat islam kita harus memercayai dengan sepenuh hati bahwa rasul terkahir kita itu buta huruf. Namun, ternyata tidak semua orang senang dengan kepercayaan kita. Berikut bukti yang mereka ajukan untuk membuktikan bahwa Muhammad TIDAK buta huruf.
Dari “MUHAMMAD SANG PENIPU: NGAKU BUTA HURUF (Padahal tidak). The best selling author of the 7th century. Penulis best seller abad ke 7, oleh Sher Khan 2005/05/06.” Disarikan dengan menghapus kata-kata tidak penting dan yang bersifat seperti ejekan dan makian.
“Presiden negara kami TIDAK dapat menulis dan membaca – ia sama sekali buta huruf. ” Nah, bagaimana kedengarannya ? Apakah kita bangga kalau kepala negara kita buta huruf ? Ternyata begitulah dengan pengikut Islam. Ternyata standar mereka adalah: kebodohan patut dibanggakan. Banyak apologis dan pengikut Islam menegaskan bahwa Muhamad, godfather IslaMAFIA abad ke 7 itu adalah buta huruf. Dengan begitu, mereka mencoba membuktikan bahwa ia “secara logis” tidak dapat menulis buku seperti Quran, oleh karena itu buku itu hanya dapat datang dari ATAS.
Fakta bahwa selagi bayi, Muhamad dititipkan kepada wanita Bedouin diterima kalangan muslim. Ternyata, keluarga Muhamad memiliki cukup uang utnuk membayar wanita tersebut, kalau tidak bagaimana seorang wanita Bedouin mampu mengangkat anak orang lain ? Dulu belum ada sekolah privat atau Madrasah. Jadi bisa diasumsi bahwa Muhamad diberikan kepada babysitter yang juga memberinya makan dan pendidikan. Kenyataannya, ibu2 Arab Bedouin terkenal rajin mendidik anak2 mereka. Mereka dianggap guru yang paling baik bagi anak2 kecil.
Setelah bekerja sebagai gembala domba, pamannya membawanya ke Syria, ikut dengan karavan dagang. Abu-Talib juga memiliki toko di Mekah (Ibn Qutaibah, Ma”arif) dimana kemungkinan Muhamad ikut membantu di toko. Pada usia 25, Khadijah menunjuk Muhamad untuk mengantar pesanan barang ke Syria. Apakah mungkin orang buta huruf diberi tanggung jawab untuk menyusun accounts/tata buku dan mengerti perincian perdagangan internasional ? Muhamad juga memiliki partner dagang di Mekah. Partnernya ini, Sa”ib, melaporkan:
“Kami saling tergantung; jika Muhamad memimpin karavan, pada saat kembali ke Mekah ia tidak akan masuk rumah sebelum membereskan tata buku dengan saya ; ………”
Nah jelaslah bahwa Muhamad memiliki cukup pengetahuan tentang dagang dan accounting. Pengetahuan macam ini tidak dimungkinkan bagi orang yg tidak mampu membaca.
Dijaman baheula, melancong berarti pengetahuan. Muhamad jelas mendapat manfaat dari pelancongannya itu. Ia bertemu macam2 orang di macam2 tempat dan diam2 mencatat apa yang ia lihat. Ketika Muhamad pergi ke Goa Hira untuk semedi, apa yang sebenarnya ia lakukan adalah mengorganisasikan segala informasi yang dikumpulkannya untuk membuat strategi untuk “menerbitkan” Qurannya. Surah2 dininya tidak sukses, namun ia terus meminjam surah2 dari Torah dan Injil. Pada akhirnya setelah mengulang2 kebohongan berkali2, ia berhasil.
Dalam hadis ini (Sahih Muslim, Book 019, Number 4401), al-Bara” b. “Azib, salah satu anggota gang Muhamad mengatakan : “Abu Talib menulis perjanjian antara Rasulullah (saw) dengan kaum musyrik, pada Hari Hudaibiya. ….Mereka (kaum musyrik) mengatakan : Jangan menulis kata2 “Pembawa Pesan Allah.” Kalau kita yakin anda Pembawa Pesan Allah, kami tidak akan melawanmu”.
Narasi itu dilanjutkan ….. “Nabi (saw) mengatakan kepada Ali: “Hapus kata2 itu !” Ia, (Ali) mengatakan: “Saya tidak akan menghapuskannya.” Akhirnya Nabi (saw) menghapuskannya dengan tangannya sendiri……….”
Nah lagi ! Jika Muhamad tidak dapat membaca bagaimana ia tahu kata2 mana yang harus dihapuskan ?
Namun terlepas dari kekurangan Muhamad, kita harus akui bahwa ia penulis best seller segala jaman. Lupakanlah sukses Harry Potter, Quran adalah buku terlaris segala jaman. Jika Muhamad lahir di tahun ini, ia tidak perlu mencari nafkah dengan merampok atau membunuh. Cukup dengan menulis buku. Ia memang tahu bagaimana menarik perhatian orang dengan tulisannya.
Lihatlah hadis berikut ini: “Diriwayahkan Amir ibn Shahr: …….Rasulullah (saw) MENULIS dokumen bagi Dhu Marran……” (Sunan Abu-Dawud Book 19, Number 3021)
Ini lagi saksi lain, Yazid ibn Abdullah, yan, meriwayahkan, “Kami berada di Mirbad. Datanglah seorang dengan rambut terurai dan memegang selembar kulit merah ditangannya. … Kami kemudian bertanya: Siapa menuliskan dokumen ini untuk mu ? Ia menjawab: Rasulullah (saw).” (Sunan Abu-Dawud Book 19, Number 2993)
Apakah kita perlu bukti2 lain bahwa Muhamad TIDAK buta huruf ? Satu lagi nih, biar anda puas: Ibn “Abbas mengatakan , “Pada saat penyakit Rasul semakin parah, ia mengatakan, “Bawakan saya kertas (tulis) dan saya akan MENULIS pernyataan sehingga kau tidak akan lengah.” (Bukhari 1.3.114)
Mereka yang tidak mengeti tentu akan dengan manggut-manggut dengan seluruh tuduhan itu. Apalagi mereka yang dari awal memang membenci Rasulullah, kegirangan tuh.
Sekarang akan diulas dan dibuktikan bahwa Nabi Muhammad itu benar-benar buta huruf (tidak bisa baca tulis), tidak seperti yang dituduhkan. Dimulai dari “Injil” (baca: versi PL dab PB). Untuk mudahnya, demi keseragaman, Injil versi PL dan PB saya sebut saja Alkitab. Saya akan mulai dulu dengan pernubuatan Nabi Muhammad dalam Alkitab. Pernubuatan ini memang sepertinya lepas konteks, tetapi nanti akan ada hubungannya dengan Nabi Muhammad yang ummi (buta huruf).
Dalam Kitab Ulangan 18:18 (silahkan kalian cek), Allah berfirman kepada Musa: “Seorang Nabi akan Ku-bangkitkan bagi mereka dari antara saudara mereka, seperti engkau ini; Aku akan menaruh firman-Ku dalam mulutnya, dan ia akan mengatakan kepada mereka segala yang Ku-perintahkan kepadanya”
Pernubuatan pada ayat tsb saya tekankan pada kata “dari antara saudara mereka”. Musa dan kaumnya orang-orang Yahudi dimaksudkan sebagai satu kesatuan ras, dan sebagai saudara mereka tanpa ragu-ragu adalah ras/bangsa Arab. Perhatikanlah, Alkitab menyatakan Ibrahim (Abraham) mempunyai 2 orang isteri, Sarah dan Hajar. Dari Hajar, melahirkan anak bernama Ismail. “…..dan Ibrahim menamai anak yang dilahirkan Hajar itu Ismail” (Kejadian 16:15). “Dan Ibrahim memanggil Ismail, anaknya….” (Kejadian 17:23). “Dan, Ismail, anaknya, berumur 13 tahun ketika dikerat kulit khatannya” (Kejadian 17:25). Sampai usia 13 tahun, Ismail adalah satu-satunya anak dari benih Ibrahim, ketika perjanjian disahkan antara Tuhan dan Ibrahim. Tuhan kemudian memberi Ibrahim anak laki-laki melalui Sarah bernama Ishak yang jauh lebih muda dibanding Ismail. Ismail dan Ishak adalah kakak-beradik seayah (Ibrahim) lain ibu, karena itu salah seorang dari mereka adalah saudara dari yang lainnya. Keturunan Ishak adalah bangsa Yahudi dan keturunan Ismail adalah bangsa Arab yang berarti antara Yahudi dan Arab adalah bersaudara. Anak-anak dari garis keturunan Ishak adalah saudara dari anak-anak garis keturunan Ismail. Dengan pengertian yang sama, maka Muhammad adalah berasal dari saudara bangsa Israel, karena ia adalah keturunan dari anak-anak Ismail putera Ibrahim. Hal ini tepat sekali dengan ramalan atau pernubuatan sebagaimana tercantum kata “….dari antara saudaramu” pada Ulangan 18:18. Ramalan tsb dengan jelas menyebutkan Nabi yang akan datang yang seperti Musa, tidak harus berasal dari anak-anak Ishak atau diantara mereka sendiri, tetapi berasal dari “antara saudara mereka sendiri”. Jelas Muhammad berasal dari saudara mereka sendiri.
Lebih jauh, ramalan mengatakan, “…Aku akan menaruh firman-Ku dalam mulutnya…”
Coba perhatikan kalimat “menaruh firman dalam mulut”. Saya ingin apa maksud dari “menaruh firman atau perkataan dalam mulut”? Kalau saya menyodorkan tulisan ini kepada anda katakanlah kepada saudara A dan kemudian A membaca tulisan saya di blog ini, apakah itu berarti “B telah menaruh firman atau perkataan dalam mulut A”? Coba kalian penuduh semua renungkan, saya tidak mengarang-ngarang, ayat Ulangan 18:18 ini tercantum dalam Alkitab, sedangkan tudingan bahwa Muhammad itu tidak buta huruf atau bisa baca tulis tercantum di mana? Katakanlah dari tulisan orang atau buku yang lain. Pertanyaannya adalah lebih kuat keterangan yang lain itukah atau lebih kuat Alkitabkah?
Sejarah menyatakan bahwa Muhammad ketika menerima wahyu pertama berusia sekitar 40 tahun. Pada suatu malam di bulan Ramadhan, ia berada dalam sebuah gua kira-kira 3 mil ke arah utara kota Makkah. Di dalam gua tsb, ia didatangi Malaikat Jibril seraya berseru memenuhi relung hati dan bathin beliau dalam bahasa daerahnya: “Baca!” atau “Nyatakan!” atau “Bawakan!”. Muhammad ketakutan dan dalam keadaan kebingungan menjawab: “Saya tidak dapat membaca!”. Kemudian Malaikat Jibril memerintahkan untuk kedua kalinya dan memperoleh jawaban yang sama dari mulut Muhammad. Pada yang ketiga kalinya, Malaikat Jibril melanjutkan. Barulah Muhammad mengerti apa yang harus dilakukannya hanyalah mengulangi untuk berlatih, dan dia mengulang kata-kata yang ditaruh dalam mulutnya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.
(Ayat pertama yang diwahyukan Allah lewat Malaikat Jibril ini tercantum pada permulaan dari Surah Al ‘Alaq (96):1-5).
Setelah Malaikat Jibril pergi, Muhammad segera berlari ke rumahnya. Dengan ketakutan dan seluruh tubuh berkeringat, beliau meminta isterinya tercinta Khadijah untuk menyelimutinya. Beliau berbaring dan isterinya memandanginya, heran bercampur khawatir ada apa gerangan yang telah menimpa suaminya. Ketika telah tenang kembali, Muhammad menjelaskan kepada isterinya apa yang telah dilihat, didengar dan dialaminya. Setelah mendengar cerita Muhammad, Khadijah isterinya baru memahaminya. Khadijah meyakinkan bahwa ia percaya kepada Muhammad dan bahwa Allah tidak akan membiarkan hal yang seperti itu terjadi pada suaminya. Apakah yang telah dilakukan Muhammad ini semua merupakan pengakuan seorang penipu? Apakah seorang penipu yang mengaku telah didatangi Malaikat yang membawa pesan dari Yang Maha Tinggi lalu menjadi kuatir, ketakutan dan berkeringat seluruh tubuhnya, kemudian lalu lari ke rumah mengadu-ngadu kepada istrinya? Setiap kritikus mestinya dapat melihat apakah reaksi dan pengakuan Muhammad ini adalah tingkah laku seorang pembohong dan penipu? Layakkah hal seperti itu dilakukan oleh seorang penipu dan pembohong sebagaimana yang kalian fitnah selama ini? Khadijah sebagai seorang isteri tahu persis, siapa Muhammad sebenarnya. Jauh sebelum menjadi suaminya, Khadijah sudah tahu persis watak, karakter dan akhlaq Muhammad. Sejak remaja, beliau (Muhammad) sudah mendapat gelar al-Amin (orang yang jujur, tidak pernah bohong dan dapat dipercaya). Akhlaq beliau juga sangat terkenal dengan Akhlaqul Karimah tingkat tinggi, berperasaan halus dan sangat peka terhadap lingkungan sekitarnya terlebih lagi terhadap lingkungan sosial masyarakatnya.
Selama 23 tahun, tepatnya 22 tahun 2 bulan dan 22 hari dalam era kenabiannya, firman-firman Allah selalu ditaruh dalam mulut beliau dan beliau mengucapkannya. Kemudian disampaikan kepada para sahabat, dan ditulis oleh para sahabat pada daun, kulit, tulang dll serta terpatri di dalam hati para sahabat yang tekun. Dalam sejarah tercatat pula bahwa bangsa Arab pada waktu itu terkenal dengan kekuatan hafalan dan daya ingatnya yang luar biasa. Selama era turunnya Al Qur’an, dari ayat pertama sampai dengan ayat terakhir sangat banyak para sahabat yang hafal Al Qur’an yang susunannya sesuai dengan petunjuk Muhammad secara berurutan seutuhnya sebagaimana yang dapat kita lihat pada Al Qur’an yang ada sekarang.
Apakah benar bahwa Muhammad itu ummi (buta huruf, tidak bisa membaca dan menulis)? Pertanyaan balik dari saya dan kaum muslimin, apa buktinya bahwa beliau (Muhammad) bisa baca tulis? Kalau benar, siapa gurunya, pengajarnya? Mungkinkah dan masuk akalkah seorang tokoh yang begitu menggemparkan tidak ada riwayat, siapa gurunya, siapa yang telah mengajarinya membaca dan menulis?
Pada Yesaya 29:12, dapat kita baca: “Dan apabila Kitab itu diberikan kepada seorang yang tidak dapat membaca dengan mengatakan, “Baiklah baca ini!, maka ia akan menjawab, “Aku tidak dapat membaca”. Apakah ayat-ayat dalam Alkitab itu bohong? Kalo bohong, yang benar yang bagaimana? Apakah yang benar itu pendapat yang hanya cuap-cuap.
Perlu diperhatikan, dalam sejarah tidak ada Alkitab yang berbahasa Arab pada abad 6 Masehi ketika Muhammad masih hidup dan berda’wah. Disamping itu beliau benar-benar tidak dapat membaca dan menulis. Tak ada seorang manusiapun yang pernah mengajarinya tentang hal itu. Lalu siapa gurunya? Siapa lagi kalau bukan Allah sendiri lewat Malaikat Jibril yang mematrikan firman-firman-Nya di dalam hati sanubari beliau?
Dalam Al Qur’an ditegaskan: “Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur’an) menurut kemauan hawa nafsunya sendiri. Ucapan itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan kepadanya oleh Jibril yang sangat kuat” (An Najm 53:3-5).
Perjanjian Hudaibiyah adalah perjanjian Gencatan Senjata antara kelompok Madinah yang dipimpin langsung oleh Rasulullah dengan kelompok Musrikin Makkah ketika ingin melakukan Ibadah Haji Umrah ke Makkah, namun dihalangi oleh Musyrikin di Makkah. Mendekati kota Makkah, Utsman bin ‘Affan diutus oleh Rasulullah menghadap kaum Musyrikin Makkah untuk memberitahukan maksud kelompok Islam Madinah ke Makkah bukan untuk menyerang (berperang) tetapi melaksanakan Ibadah Haji Umrah, dan memohon kepada Musyrikin Makkah untuk tidak mengganggu kaum muslimin selama menjalankan Ibadah Haji Umrah tsb.
Namun, apa yang terjadi? Ternyata Utsman bin ‘Affan tidak kembali-kembali dan setelah diselidiki, Utsman ternyata ditawan/ditahan oleh kaum kafir Makkah. Akhirnya Rasulullah beserta para sahabat melaksanakan bai’at bersama-sama dengan meletakkan tangan yang satu diatas tangan yang lainnya seraya bersumpah dengan nama Allah untuk menyerang Makkah, dan siap mati untuk itu. Sumpah, tekad yang bulat atau bai’at ini dikenal dalam sejarah dengan sebutan “Bai’at Ar-Ridhwan”. Bai’at ini kemudian didengar oleh kaum kafir Quraish Makkah, dan kaum kafir Quraish Makkah akhirnya melunak dan kemudian mau melepaskan Utsman bin ‘Affan. Akhirnya keluarlah perjanjian Gencatan Senjata. Namun, bukan orang kafir namanya, jika tidak ada keculasan di dalam hatinya. Naskah perjanjian yang sudah dibuat antara lain ada mencantumkan kalimat “Bismillah ar-Rahman ar-Rahim” dan “Rasulullah”, ini tidak disetujui oleh kelompok Kafir Makkah. Kafir Makkah menginginkan agar kalimat “Bismillah ar-Rahman ar-Rahim” diubah menjadi “Bismika Allahumma” (artinya: Dengan Nama-Mu ya Allah) dan kalimat “Rasulullah” diubah menjadi “Muhammad ibn ‘Abdillah” (artinya: Muhammad putera Abdullah).
Atas permintaan Musyrikin Makkah tsb, Rasulullah menyetujuinya, namun Sayyidina Umar ra. mencetuskan perasaan banyak kaum muslimin seraya berucap dengan nada protes: “Mengapa kita harus menerima perjanjian yang melecehkan agama kita?”. Sayyidina Ali ra. yang menulis perjanjian itu juga enggan menghapus kalimat-kalimat yang telah ditulis, tetapi Rasulullah kemudian bersabda: “Aku adalah Rasul Allah, tidak mungkin Dia (Allah) mengabaikan kita”. Beliau minta alat tulis yang dipegang Ali, dan minta ditunjukkan mana 2 (dua) kalimat yang akan diubah tsb, kemudian beliau mencoretnya dan minta kepada Ali agar menggantinya dengan apa yang kaum Musyrikin inginkan.
Tentang saat berniaga ketika beliau ikut membantu Khadijah, kalian mengatakan tidak mungkin seseorang berhasil melakukan transaksi dagang tanpa bisa baca tulis. Lho? Kenapa tidak mungkin? Banyak kok di kaki lima kita temui, atau anak-anak jalanan yang jual jajanan tidak bisa baca tulis karena tidak sekolah. Kenapa tidak? Tentang Nabi Muhammad yang ummi (buta huruf) ini, memang telah dirancang oleh Allah sendiri dan Nabi pun tahu diri, sehingga beliau juga tidak ada minat untuk mempelajarinya. Lalu, apa makna dibalik ke-ummi-an atau kebuta hurufan Nabi ini? Jawaban yang pas dan ini yang disepakati para ulama Mufassirin dan Muhadditsin (Ulama Ahli Tafsir dan Ahli Hadits) tidak lain dan tidak bukan adalah agar Al Qur’an itu memang benar-benar terbukti murni bersumber dari Allah. Beliau yang buta huruf pun masih tetap kalian tuding bahwa Al Qur’an itu dikarang oleh Muhmmad, apalagi jika beliau bisa baca tulis.
Tiga hadist terakhir menyebutkan bahwa Muhammad menulis dokumen ini dan itu. Seklias hadist ini mengisyaratkan bahwa Muhammad menulis dengan tangannya sendiri. Padahal hadist ini menerangkan bahwa Muhammadlah ide redaksinya. Penulisnya bisa siapa saja. Sekarang coba bayangkan, ketika Anda ke Gramedia dan penjaga bilang mau buku apa? Kita jawab Donaldtrumph penulisnya Bob Hasan. Tentu kita tidak peduli kalau pengetiknya udin atau juru tulisnya paul.
Hadits Bukhari 1.3:144 memperlihatkan Nabi sedang rawan alias ibarat kata sekarang sudah di UGD terus dia mau bikin tulisan. Orang waras manapun pasti tak ada yang membayangkan orang di UGD jadi penulis. Apalagi di sekitar Rasul ada sahabat, teganya. Kertasnya saja Nabi suruh ambilin. Apalagi kertas yang dikenal kalangan Arab dahulu tidak seperti sekarang, tetapi keratin kulit dan kayu yang butuh tenaga dalam menulisnya. Setiap Rasulullah mendapat wahyu beliau memerintahkan juru tulisnya menulis di ‘qirthos’. Al Qirthos bukanlah seperti HVS sekarang melainkan dapat berupa tulang, kulit pohon, kulit binatang, pelepah atau apapun. Kertas baru mereka kenal saat menaklukkan Persia jauh setelah Rasul wafat. Juru tulis Muhammad yang selalu mendampingi hingga akhir hayatnya ini adalah Ali bin Abi Tholib, Utsman bin Affan, Ubay bin Ka’ab, Zaid bin Tsabit, Muawiyah, dst.
Pemilik blog tidak memiliki ilmu yang cukup untuk memberi penjelasan tentang ini. Semua bahan dan materi dalam tulisan ini diambil secara utuh dengan beberapa perubahan kata, kalimat, dan redaksi dari komentar-komentar pada sebuah situs dialog Islam-Kristen. Jika ada kebenaran dalam artikel ini, kebenaran itu hanyalah datang dari Allah semata. Dan jika ada kesalahan, saya atas nama penulis mohon ampun kepada-Nya. Terimakasih juga kepada M. Sejuki, Jack, Doctor dan teman-teman muslim yang telah memperjuangkan kebenaran pada situs itu dan menulis ilmu yang sangat bermanfaat seperti yang tercantum pada post ini.
iya koq
setau saya juga punya sekeretaris
Rosululloh tinggal nyetempel pakek setempel kenabian yang tulisannya Alloh, Rosul, Muhammad
enakan juga ngebahas tentang ilmu daripada debat..
Setau ane, rasulullah itu punya semacam sekretaris yg tugasnya menulis ini atau itu sesuai perintahnya.
Btw, tak usahlah mengambil dalil dari alkitab para ahlikitab. Sungguh kitabullah sudah cukup.
Emang punya sjnis sekretaris kan Rasul.
Yang mempertanyakan aja yang kurang mengetahui (ane juga kalo ditanya susah juga njawabnya).
Yah, hal itu (mengambil dalil dari alkitab) hanyalah untuk menyenangkan mereka (sang penanya yang alkitab user) dan meredam sedikit respon fluktuatif mereka.