Bandung
Comments 2

Paradigma terhadap Wanita (Bandung)

“Bandung lengkap euy. Barang-barang di Bandung cakep-cakep, murah-murah pula.”

“Gua benci sama wanita”.

Mungkin di antara kalian ada yang pernah mendengar untaian kata singkat dan aneh itu. Entah yang atas atau bawah, entah dimana? Apa hubungan keduanya hingga menjadi satu kompilasi posting? Mungkin tidak ada, kecuali judul posting yang mengeratkannya.Tepat sekali, kalimat kedua pernah muncul pada salah satu community site dengan akun resmi yang dimiliki orang yang sama yang menulis artikel (posting.red) ini. Sebuah kalimat yang mungkin terlalu global, mendustai diri sendiri, dan bodoh. Bahkan jika ditulis dalam keadaan iseng, atau kalap stress. Pria bodoh mana ya yang bisa aplikasi statement itu ke dunia nyata, mungkin anggota IMAHO dan Psikopat-psikopat. Kita kan diciptakan berpasangan dan akan berpasangan. Saling melengkap dan melindungi. Setuju? (Berlebihan gak sih?)

Satu hal yang patut dicap dengan verbak statement ke dua adalah subjek dengan karakteristik tertentu, yang memenuhi algoritma-algoritma tertentu sehingga mengakibatkan abnormasi atau kesalahan eksekusi dalam transformasinya di real life. Anda tau lah yang saya maksud. Tidak perlu dirinci bukan kriteria yang seperti itu. Biasa disebut wanita nakal, martabat rendah, pantai dan lain-lain. Oh iya, ada suatu kriteria wanita “baik-baik” yang mungkin bisa membuat Statement dua tereksekusi. Misal wanita yang terlalu secret, tertutup atau tidak pengertian dan tidak dapat dimengerti lingkungan termasuk orang/ pria didekatnya atau wanita yang (terkesan) kontrapria. Hhuh.. Tidak lah, kita tidak akan mebicarakan hal seperti itu.

Bandung. Sebuah ibukota provinsi, kota yang termasuk besar. Bukan ukurannya, tapi level aktivitas kotanya dan vitalnya bagi daerah sekitarnya. Selayaknya kota besar lainnya, tentu disini banyak kultur yang jarang dijumpai di kota kecil atau desa, seperti desa Metro misal. Kultur barat mungkin cukup setengah kental mengisi kultur sestandarnya kita lihat pada kota-kota lah. Di kota besar, jelas perekonomian bergerak mantap, dan distribusi barang lebih cepat. Salah satu teori yang menjelaskan mengapa barang cantik berkualitas disana relative murah ketimbang kota kecil. Tidak hanya soal barang elektronik atau tekstil, subjek berupa wanita pun berlaku untuk Statement Satu. Mitosnya, cewe-cewe Bandung, cute-cute euy. Anak-anak ITB apalagi.

Okay, overall… Wanita Bandung memang cute. Mostly have a beauty and something like that. Kata orang cantik itu relative dan jelek itu mutlak. Tapi hampir sebagian besar pria akan setuju pada kecantikan seorang disini. Begitulah.. Namun sungguh disayang. Seperti halnya Statemen Satu, disini wanita cantik termasuk murah (You know what I mean).

Bagaimana di kampus ITB sendiri? Tentu tidak murah donx, setidaknya tidak banyak yang murah. Beautiness? Dengar-dengar juga cewek STEI mbohay-mbohay. SF yang 80 persen anggotanya perempuan, bolehlah. MIPA juga lumayan. Sebenarnya tidak tergantung fakultas sih, tapi sepertinya mitos itu ada benernya. Sama Metro? Cantik, lumayan. Metro kan desa (hehe.. hiperbolis), jadi sulit membandingkannya. Tapi kayaknya jarang yang secantik Yuna deh. Hm..

Okay, kita tinggalkan kata cantik. Get the point. Tiada hari yang saya lalui di Bandung tanpa melihat minimal 3 pasang pasangan muda/i berjalan bergandengan bersama disini. Suasana yang sangat hangat di iklim yang dingin. Bukan hanya cewek sekuler, wanita berjilbab pun tak jarang saya melihatnya disini. Yah, namanya juga kota besar. Tentu kita tidak membicarakan monoton pasangan bergandengan ya, tapi dengan variasi yang mungkin anda juga bisa menebaknya.

Di kamar kos saya juga ada ceweknya kok. (bukan bareng gua tapi lo) Terdapat sebuah cerita. Dahulu kala, sebelum gua tempatin, mas-mas sebelumnya kerap membawa lawatan seorang kekasih ke ini kamar. Yah biasa- ngobrol, becanda, duduk-duduk, rangkul-rangkul, dkk di dalam kamar ku sekarang ini. Standar lah, sekali lagi anda tahu sendiri. Tapi sebab itu, saya agak beruntung. Dengan hal itum saya memiliki kesempatan menempati kamar ini. Lumayan luas. Kabarnya sih mas di DO ama bu kos. Tapi ada yang saya heran, satu hal penting dari fitur kamar ini adalah, jendela yang menghadap langsung ke teras bawah yang sulit ditembus cahaya jika dilihat dari luar. Teras itu hamper tiap malam diisi dengan dua orang yang ber’aduhai’ dengan ‘siapa’nya. Tontonan gratis gitu deh. Si cucu kos itu kan hamper tiap malam dan konkret, tapi gak di DO ya?

Writer’s Note: Berhubung ini blog yang tidak bertema dan berdasar apa-apa dan tidak ada niatan untuk menuju kesana, saya tidak perlu menjelaskan detil dan member rujukan atau dalil yang berkaitan dengan posting ini bukan. Anda bisa googling sendiri jika pingin. Saya cuma ingin berpesan, bagi kalian yang hijrah ke kota-kota baru (B. Lampung, Depok, Bogor, Jogja, Surabaya, Bintaro, Tanggerang, Semarang, dll), jagalah diri kalian sendiri sebaik mungkin. Jaga kesehatan fisik dan batin, perasaan, pikiran dan perbuatan, serta lingkungan dan orang yang kalian cintai. Kepincut lawan jenis sih boleh, tetapi jangan parah dan bablas. Lakukanlah dengan elegan dan sesuai. Lihat gua donx! (apanya???) Maaf, maksudnya contohlah orang-orang terdahulu yang telah sukses dan survive. Ambil hikmah pada setiap kejadian. Saya sendiri pun berharap agar saya tidak menelan ludah sendiri atau memuntahkan pil pahit. Semoga kita semua berada dalam lindungan-Nya. Bersama doakan. Amin.

Semakin panjang jalanmu, semakin jauh langkahmu, semakin besar kotamu

Semakin tinggi peluangmu terkontaminasi mutagen.

2 Comments

  1. miraayuningtyas says

    bed bru liat sy ada artikel gini…

    metro bukan desa kali bed, kotamadya gtu

    hmm…sy lumayan stuju untk bbrpa hal,, banyak hal bru yg bahkan sy sndri jg bru liat di sini (mgkn krna waktu d bdrlmpg, lingkungan sekitar sy ngga seheterogen di sini n sy jg lbh byk stay di rumah). Awalnya kaget, tp lama2 yah itulah realita, bed.

    “Saya sendiri pun berharap agar saya tidak menelan ludah sendiri atau memuntahkan pil pahit. Semoga kita semua berada dalam lindungan-Nya. Bersama doakan. Amin.”

    suka nih tulisan yang ini, hhe… Amiin…

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.