Pencarian kerja di Jepang alias shukatsu belaku seperti layaknya pencarian universitas di Indonesia. Ya, tidak seperti lazim di negara lain, Job Hunting di Jepang dilaksanakan secara serentak oleh semua perusahaan di Jepang. Ada periode tertentunya. Tahun 2015, periodenya dimulai serentak pada tanggal 1 Maret 2015. Sedikit lebih lambat dari tahun-tahun sebelumnya yang dimulai dari Desember. Akhir dari periode Shukatsu adalah sekitar bulan Oktober.
Pada periode ini, semua mahasiswa tingkat akhir baik S1, S2, S3 tidak hanya sibuk menyiapkan disertasi tetapi juga sedang sibuk-sibuknya ber-shukatsu ria. Betul, di Jepang mahasiswa mencari kerja satu tahun sebelum lulus.
Istilahnya adalah Shinsotsu-Ikkatsu-Saiyou atau Rekrutmen Fresh Graduate Bersama. Bisa baca lebih lanjut di wikipedia.
Keren yak?
Namun, bagus nggak-nya nggak tahu ya. Sebelumnya saya menganggap itu bagus, karena informasi ttg pekerjaan terbuka lebar dan mahasiswa mudah untuk memilih kerja. Pas diskusi dengan sensei – as expected from professor, beliau ragu. “Saaa…. Dou darou… Bagus sih untuk yg keterima. Kalau belum keterima? Tertinggal jauh mereka kalau setelah lulus baru shukatsu. Minimal poinnya jatuh di mata penyeleksi. Tidak sering itu berarti akhir dari hidup mereka.“
Hmm… Betul juga. Bayangkan, kalau S1 berarti mereka harus cari kerja sebelum tugas akhir bahkan dimulai! Hmf. Dan kalau mereka pertukaran pelajar ke luar negeri, atau sekadar sibuk riset mendewa, atau sakit…
Ada beberapa tahapan seleksi yang umum disini. Secara lengkap kira-kira:
- Seminar pengenalan perusahaan, alias setsumeikai
- Entri, kadang dibagi menjadi dua: pre-entri dan entri-beneran
- Tes tertulis, umumnya disebut SPI
- Wawancara, bisa dua sampai tiga tahap tergantung perusahaan
- Nainaitei, intinya kita lolos seleksi akhir perusahaan dan kita diberi waktu untuk berpikir apakah benar jatuh cinta ke perusahaan ini atau menunggu jodoh lain
- Naitei, jabat tangan ke perusahaan janji tahun depan kerja disana dan sering berhubungan dengan perusahaan sambil menunggu kelulusan
Artikel ini tidak akan membahas dalam dan detail keseluruhan alur shukatsu di atas. Saya pede bisa buat buku minimal 100 halaman tentang shukatsu ini kalau saya niat. Fokus artikel ini hanyalah yang poin yang ketiga, yaitu tes tertulis terutama ttg psikotes-nya. Saya akan membahas alur seleksi secara sekilas saja.
Tadinya artikel ini (sampai ke bagian Tes Tertulis di bawah) merupakan prolog dari artikel Cari Kerja di Jepang: Psikotes dan Psikopas yang spesifik cerita ttg tes kepribadian. Karena prolognya terlalu panjang dan ngalor ngidul kemana-mana, terpaksa saya hapus. Itulah jalan belajar jadi penulis kawan, harus rela menulis ulang berulang-ulang. Atau bahkan harus tega menghapus tulisan kalau dia ternyata keluar konteks.
Namun karena sayang prolog tadi tidak saya buang. Akhirnya, saya buat artikel lain (artikel ini) yang fokusnya lebih ke alur seleksi pada job hunting di Jepang. Saya juga berencana untuk melengkapi cerita ttg jadwal yang saya alami selama job hunting.
Nah karena prolog tadi dihapus, artikel Cari Kerja di Jepang: Psikotes dan Psikopas sebelumnya jadi kekurangan dua konteks. Pertama, kalau cari kerja di Jepang itu setahun sebelum wisuda. Ada yg menyangka kalau saya udah lulus soalnya, dg melihat judul “cari kerja” tersebut. Kedua, bahwa kegiatan job hunting di Jepang itu eventual tiap tahun, kayak SNMPTN. Nah, tiap tahun tuh perusahaan se-Jepang harus mengadakan tes ini itu, psikologi, dan macam-macam. Capek kan… Memakai Sybil System kayaknya jauh lebih cost-effective.
Seminar dan Entri
Nah bulan Maret, saat periode shukatsu dibuka adalah awal dari terbukanya seminar pengenalan perusahaan. Job fair atau titian karir lah istilah di kita. Dimana-mana pada buka job fair yang intinya perusahaan ngumpul di suatu tempat, buka stand, presentasi dia punya lowongan apa aja, cari orang yang gimana, jadwal mereka gimana, dst. Nah, kalau kita masih bingung mau melamar siapa, silakan ikut ini job fair. Namun, kalau gebetan udah mantab nggak ikut ini nggak apa. Langsung aja cari info entri atau pre-entri ttg perusahaan tersebut.
Perusahaan biasanya punya afiliasi media rekrutmen. Yang terbesar adalah mynavi dan rikunabi. Isinya semacam wikipedia perusahaan-perusahaan Jepang gt, terkelola secara tahunan. Seperti biro jodoh, situs semacam ini pun mencocokkan pribadi kita dengan kriteria yg dicari perusahaan, lalu menampilkan daftar perusahaan rekomendasi. Oh ya, hampir sebagian besar pre-entri dilakukan di dua web nabi tadi.
Setelah pre-entri, pelamar biasanya diwajibkan mengikuti seminar pengenalan perusahaan lagi. Kali ini di kantor perusahaan itu, bukan di job fair. Presentasi lagi ttg perusahaannya lebih detail dan langkah seleksi. Sering juga ketemu beberapa pegawai langsung dan tanya jawab tentang perusahaan. Hal-hal pribadi juga boleh ditanyakan. Rata-rata lembur berapa lama, cari orang yang kayak mana, di kantor seru nggak, yang jelek di perusahaan ini apa.
Sayangnya, entah perasaan saya aja atau nggak, pegawai perusahaan manapun saat ditanyakan hal begitu jawabannya standar. Nggak jauh beda satu kantor dengan kantor lain. Default tatemae orang Jepang gitulah, jawaban politis. Sampe muak saya ikut setsumeikan karena dengerin hal yang sama mulu, bahasa Jepang pula.
Nah, kalau tetap minat dg perusahaan tersebut, kita akan memperoleh berkas pendaftaran alias entry sheet (ES). Lamaran resmi ke dia dilakukan dengan mengisi berkas ini. Umumnya dengan TULISAN TANGAN. Kanji dan sejenisnya harus ditulis cantik semua tuh. Dengan melampirkan berkas pendukung lainnya, surat lamaran ini lalu dikirim lewat pos (kalau tulis tangan). Beberapa perusahaan terutama perusahaan baru atau yang bidangnya IT biasanya pake berkas entri online, semacam OpenES. Udah modern.
Berikut adalah contoh berkas lamaran saya ke Brother (sayang, kalau ada perusahaan namanya sister, kesana saya lamarannya deh). Isinya persis sama kayak CV.

Intinya: info umum, riwayat pendidikan/kerja, tema riset sekarang, kenapa ingin ke perusahaan ini, dan pertanyaan spesifik perusahaan lainnya (misal: kenapa suka mobil atau teknologi elektronik favorit apa atau di kampus prestasi terbaik apa)
Nah, kalau lolos seleksi berkas baru deh kita ikut seleksi. Tes tulis, wawancara, presentasi, bla-bla. Tiap perusahaan bisa punya gaya dan alur pengujian berbeda.
Tes Tertulis
Tes tertulis yang berkaitan dengan job hunting di Jepang biasa disebut SPI. Kepanjangannya adalah Synthetic Personality Inventory. Saya juga baru tahu saat menulis artikel ini, haha.
Isi SPI kurang lebih ada tiga: bahasa, logika-matematika, dan kepribadian. Mungkin TPA kali ya kalau di Indonesia. Hm.. hm…
Sebenarnya saya nggak paham SPI itu apa dan bagaimana. TPA atau bukan. Sudah menjalani pun masih nggak ngerti. Kayaknya emag nggak perlu ngerti-ngerti amat deh. Saya akan cerita pengalaman aja ya.
Selama saya ngejob-hunt kemarin, saya belum pernah mendapatkan SPI yang bahasa. Katanya sih ujian ttg bahasa Inggris dan bahasa Jepang. Menurut banyak litratur dan blog, tes bahasa Jepangnya ya semacam JLPT aja. Namun, JLPT N1 dengan waktu hanya 30 menit dan soal yang lebih banyak. Wikkk…. Untung saya nggak dapet.
Matematika yang diujian standar. Probabilitas dasar, aritmetik, kombinatorial, cara membaca grafik, aljabar, dan mungkin statistik. Misalnya diberikan tabel, satu kolom berisi tentang persen-persen dan kolom bawahnya tentang nilai eksaknya. Lalu ada beberapa sel yang kosong. Nah disuruh tebak deh. Atau ilustrasi balapan mobil-mobil atau perjalanan antar kota ABC ala ujian matematika SMP awal kalau ndak salah ya.
Yang susah kalau kebagian tes IQ eh tes logika. Parah. PUARAH. Jangan kira kayak tes IQ yang biasa di Indonesia (atau di situs Raven-Online yg super gampang banget sampe saya dapat nilai sempurna di tes pertama, soal nggak random, dan awal-awal harus nyopot otak dulu saking mudahnya [otak dicopot supaya ga kebanyakan mikir kalau itu decoy]).
Kalau tes IQ biasa paling-paling kita disuruh liat pola. Ada beberapa objek diliat yang beda mana. Ata dari objek tersebut ada perubahan konsisten terus disuruh nebak kotak kosong harusnya isinya apa. Kayak yang di bawah ini lah ya…
Tes Bagian Pertama: Standar
Nah. Saya nggak tahu kalau tes IQ ternyata bisa lebih variatif dari itu.
Suatu saat saya daftar NTT Data Tokai. Tesnya terdiri dari matematika tambah-tambahan (plus minus doang), logika, dan personaliti. Nah yang logikanya ini dibagi menjadi tiga bagian (kayaknya empat tapi saya lupa). Nah yang pertama standar kayak di atas. Walaupun sampe belakang-belakang soalnya ruwet juga sih. Mana waktunya mepet pet pula. Nggak kejawab 40% kayaknya.
Nah, yang dua bagian lainnya ini. Killer.

Bagian Kedua – Menebak Alur Perubahan
Yang harus dipikir: operator perubahan itu efeknya seperti apa (boleh nyatet di kotak kanan atas)
… emm …

Bagian Ketiga – Prosedural
Di bawah ada peta perlakuan dari setiap operator. Nah, yg di atas bakal jadi apa hayo…
(Notes: soal yg ini belum make tiga operator terakhir yang bakal menambah kompleks pertanyaan)
Ada pertanyaan?
Oh ya, seperti terlihat pada gambar, bahasa pengantar ujian tertulis ini umumnya bahasa Jepang yak. Jadi ya wow, guling-guling… Kesulitan bertambah berkali lipat bagi alien kayak kita. Beberapa perusahaan yang niat menarik pelajar asing biasanya menyediakan yang berpengantar bahasa Inggris sih untungnya. Atau minimal dibolehin buka translator. Saya dua kali kebagian ujian tertulis bahasa Inggris dan dua kali kebagian ujian tertulis bahasa Jepang.
Oh ya, ada tes tulis yang agak menarik. Selain tes tentang jurusan (informatik ttg algoritma, elektro ttg sirkuit, dll) dan pertanyaan riset, ada pertanyaan begini. Dengan uang 500 yen, gimana cara membangun komunitas 1000 orang. Hm…
Non-Wawancara: Presentasi | Diskusi Grup
Beberapa perusahaan selain tes tertulis dan wawancara ada lagi tes yang lain. Biasanya adalah presentasi dan grup discussion.
Untuk diskusi grup, biasanya kita dikelompokkan dengan peserta lain. Satu kelompok 3-4 orang. Lalu kita diberi sebuah tema dan diminta diskusi. Selama diskusi, satu orang perusahaan akan mengamati satu kelompok dan memberi penilaian.
Tema yang diberikan macam-macam. Tergantung perusahaan. Bisa jadi umum atau bisa jadi spesifik tentang pekerjaan di perusahaan itu. Misalnya yang pernah saya alami: apa makna dari bekerja, apa yang harus dipersiapkan sebelum olimpiade 2020, atau klien ingin membuat sebuah e-Commerce ttg bla-bla-bla dengan spek bla-bla-bla bagaimana disain user interface-nya.
Terakhir, setelah diskusi grup, kelompok akan mempresentasikan hasil diskusinya di hadapan seluruh peserta lain.
Yang dinilai dari diskusi grup ini? Entahlah… Mungkin seberapa cepat kita bisa berfikir, bagaimana berkomunikasi, inisiatif dalam diskusi (nyatet, time keeping, atau moderasi), dll. Yang jelas, kalau lawannnya orang Jepang kayaknya sesiapa orang asing pun bakal kelabakan deh. Ya mereka jago banget bahasa Jepang.
Terkadang, ada seleksi presentasi yang ga pake diskusi grup tetapi masing-masing. Jadi diberi sebuah tema, setiap peserta mikir presentasi ttg tema itu selama satu jam, kemudian presentasi satu-satu. Yang pernah saya alami adalah temanya ttg napak tilas kehidupan. Jadi disuruh cerita dari lahir sampai sekarang kemudian ke masa depan, dalam waktu 10 menit. Momen naik turunnya hidup dan rencana ambisi dll. Hmm…
Btw, ini berkas presentasi yang dibuat saat itu. Alur momen pada grafik turun naik agak kurang tepat dengan kejadian asli, karena buru-buru buatnya.
Wawancara
Ada dua tipe wawancara: grup atau sendiri. Pewawancara biasanya 3-5 orang. Untuk wawancara grup, sekali wawancara masuk lebih dari satu peserta. Jadi bisa pertanyaan yang sama ditanyakan ke seluruh peserta. Jarak peserta dan pewawancara biasanya 3 meter, jauh parah. Mungkin untuk menegaskan posisi peserta terhadap pewawancara kali ya. Durasi wawancara bisa beda-beda. Ada yang dua jam. Ada yang satu jam. Ada yang 10 menit.
Ada lagi dua tipe wawancara: kita ditanya atau kita yang nanya. Ini agak menarik. Beberapa perusahaan yang nyeleneh biasanya membalik mode wawancara. Jadi bukan pewawancara bertanya macam-macam ke peserta melainkan sebaliknya, peserta harus bertanya macam-macam ke pewawancara. Biasanya diakhiri juga dengan peserta harus memilih siapa pewawancara yang berhasil lolos selekse dan siapa yang gagal (dan kenapa).
Pertanyaan yang diajukan pewawancara ke peserta kayaknya standar aja dari perusahaan ke perusahaan. Beberapa contohnya adalah:
- Kenapa bisa ketemu perusahaan ini dan terus tertarik
- Mau ngerjain apa di sini / rencana ke depan
- Kenapa mau ke Jepang (untuk orang asing; jawaban standar: anime)
- Berapa lama mau kerja di Jepang (walaupun sentimen umum perusahaan di Jepang adalah sekali pegawai di PT.X sampai mati disana, kayaknya lebih baik jawab pertanyaan ini dengan jujur. Paling diplomatis mungkin: saya mau pulang kampung tapi belum tahu kapan)
- Ceritakan tentang riset
- atau mungkin tentang kehidupan sosial atau organisasi di kampus; pernah melakukan apa aja, pernah mengadakan acara apa, seberapa besar, kontribusimu gimana, dll
- Dan pertanyaan follow up yang bisa beda tiap orang ke orang.
Oh ya, saya pernah ditanyaain ttg. IBM Watson, gimana pendapatmu? Hmm… Random banget. Tapi kalau bisa menjawab yg umum kayak gini pasti impresinya lebih kuat. (disclaimer: di perusahaan yg ini saya satu-satunya peserta yg dapat nilai Rating 6 dari skala 5 oleh shacho-nya)
Wawancara sebuah perusahaan biasanya lebih dari satu kali, mungkin minimal dua kali ya… Kalau begitu, biasanya yg wawancara pertama petugas rekrutmen lebih soal pribadi. Wawancara kedua orang teknis, lebih ke persoalan enjinering. Wawancara terakhir biasanya adalah seleksi akhir sebuah perusahaan. Pewawancara adalah langung dari shacho (Presiden Direktur) atau selevel di bawahnya.
Nainaitei dan Naitei
Setelah lulus, perusahaan akan memberitahu kita kalau kita memperoleh naite. Intinya adalah janji non-formal dari perusahaan bahwa sang peserta boleh menjadi pegawai di perusahaan tersebut (tahun depan, atau periode lain).
Saya nggak begitu ngerti nainaitei dan naitei ini bedanya apa. Atau nggak beda. Cek kamus sama juga tuh… Penerima naite atau nainaitei disebut naiteisha atau nainaiteisha. Imbuhan -sha (者) bermakna “orang”.
[Jeffrey’s Japanese⇔English Dictionary]
(n) early unofficial job offer; informal promise of employment
(n,vs) unofficial offer (esp. job offer); tentative decision; (P)
Intinya mungkin kayak tunangan lah, kali ya… Oh ya. Walaupun unofficial, Japan Times pernah membahas detail ttg naitei dan kekuatan hukumnya yg mengikat.
Yang penting, setelah notifikasi tersebut kita akan diberi waktu untuk berpikir. Apakah benar-benar akan mengambil perusahaan tersebut atau menunggu dulu perusahaan lain. Perusahaan yang besar dan merekrut banyak orang biasanya memberikan waktu agak lama, sampai bulan Agustus misalnya. Perusahaan kecil yang merekrut sedikit orang dan ingin mengamankan sumber daya terpilih, biasanya agak menekan. Cuma satu dua minggu dikasih waktu istikharah.
Tebakan saya sih, pemberitahuan awal tadi namanya nainaiteisha, kalau kita udah bilang ok aku padamu berarti udah jadi naiteisha.
Setelah memberikan konfirmasi bahwa kita menerima tunangan perusahaan dan mantab menuju ke pelaminan, kita akan diberi jadwal naiteishiki – upacara naite. Mungkin kayak mengukuhkan janji dari para peserta yang sudah berhasil lolos seleksi dan mengikat benang merah ke perusahaan. Mungkin inilah awal dari periode naitei.
Upacara ini biasa dilakan di Agustus-Oktober dan merupakan akhir dari rangkaian kegiatan job hunting di Jepang. Seenggaknya bagian hunting-nya aja. Dari upacara ini sampai lulus kuliah, mungkin bakal ada magang, pesta minum, dll dari perusahaan untuk melatih dan mengakrabkan si (calon) pegawai baru.
Sampai artikel ini ditulis awal bulan Agustus, saya belum pernah mengalami naiteishiki ini.
Penutup
Yap, begitulah sekilas alur job hunting di Jepang. Doakan saya supaya dapat yang terbaik dan saya doakan juga bagi yang ingin menantang Shukatsu supaya lancar, dapat yang terbaik, dan sehat selalu. Terutama ‘kamu’ yang ada disana… Semoga informasi ini bermanfaat.
Mungkin di artikel mendatang saya akan mengilustrasikan jadwal dan kegiatan yang saya alami selama Shukatsu ini berlangsung.
thank you sensi udah share