Akhir-akhir ini saya mendengar istilah baru (sudah lama sih, mungkin saya saja yang telat): kultwit. Pada intinya, kultwit itu kumpulan tweet yang bahasannya jadi satu. Dengan kata lain, artikel yang dipisah jadi tweet-tweet. Saya jadi heran, orang mana yang menciptakan cara tak mangkus, tak sangkil, dan menyusahkan seperti ini. Saya ingin membahasnya tetapi artikel berikut sudah menjabarkan panjang lebar. Silakan disimak.
A note to my readers who don’t speak Indonesian (probably there are less than 6 of you out there, but I respect you): I’m sorry this time I have to write in the language you don’t understand. But I have to do it because firstly I suppose kultwit (means lecturing via tweets) is mostly an Indonesian phenomenon —at least I’ve never seen it done by non-Indonesian people in my timeline. Secondly, I attempt to reach a wider audience in Indonesia regarding this topic, and I suspect using English deters this. Thank you for your patience and understanding.
Di Indonesia mungkin susah menemukan pengguna tetap Twitter yang tidak kenal kultwit, yakni rentetan twit yang membahas satu topik. Tujuan kultwit bisa untuk mengajukan suatu pemikiran (misalnya “industri film di Indonesia masih pekat diwarnai praktek monopoli”), melukiskan kembali suatu hal atau peristiwa (“gejolak dalam KPK di balik penetapan Miranda Gultom sebagai tersangka”), atau…
Lihat pos aslinya 798 kata lagi
Ping-balik: Berbagi Tulisan WordPress ke Facebook dan Bugnya | Blog Kemaren Siang
Sebagian orang memang menganggap ini salah, namun sebagian lainya juga mengambil bahkan mempublikasikan ulang sebagian dari kata-kata tersebut..
Sementara bagi saya (pribadi) tidak ada yang salah, mungkin juga menyimaknya sebagai sumber tambahan, karena disitu semua katanya terdiri dari rakuman-rakuman singkat..hehehe..
Salam kenal Om.. 😀
Ping-balik: Sekilas Tentang Pariwisata Sulawesi Utara | Tabea Manado