Sekelumit Cerita menjelang UN
Hari itu sudah siang. Kelas kami XII IPA 2 sedang menempati ruangan di sebelah selatan sekolah, di satu-satunya ruang kelas di gedung baru di belakang sekolah. Meskipun materi pelajaran kami bisa dikatakan hampir habis, seluruh murid di kelas kami hadir. Tampaknya materi yang didiskusikan hari ini penting sekali. Pak Prian (bukan nama sebenarnya) sedang memberikan satu dua nasihat kepada kami, murid yang sebentar lagi menghadapi salah satu ujian terpenting dalam hidup kami, Ujian Nasional. “Kita pasti bisa menghadapi ujian ini. Kita pasti bisa lulus… “, begitulah sepenggal kalimat Pak Prian yang kuingat saat itu. “Jangan sampai kita membiarkan teman kita, satupun, tertinggal di sekolah ini. Ayo bersama kita lulus…” Nasihat yang luar biasa. Setelah Pak Prian memberikan wejangan dan meninggalkan ruangan, hidangan utama kelas di siang itu dimulai. Baiat, untuk bersatu padu menghadapi UN ini. Untuk menanamkan dalam-dalam ke lubuk hati, wejangan bapak wakil kepala sekolah tadi. *Apa pun caranya*. Yah, tidak perlu takut suudzon. Anda benar. Apa pun caranya. Ini bisa dibilang konsolidasi ‘lokal’ untuk menyerang balik sistem yang bernama UN. Sistem yang bisa memperlambat …